R - 06

59 21 2
                                    

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

.

.

.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Kata orang, menjadi kepala rumah tangga itu memiliki tanggung jawab yang besar. Lantas, bagaimana dengan pria yang merangkap sebagai kepala keluarga sekaligus seorang Ibu. Tentu bukan hal mudah, pun tidak bisa sesempurna layaknya orang tua lengkap lainnya. Ah! Bukankah sejatinya semua hal tidak ada yang sempurna?

Lima tahun menjadi orang tua tunggal membuat Alden paham bagaimana rasanya berada diposisi itu. Mencari nafkah demi menghidupi keluarga kecilnya pun menjadi sosok Ibu agar malaikat kecilnya tetap merasakan hadirnya orang tua lengkap, meskipun hanya melalui dirinya.

Banyak orang bilang kehidupan yang dimiliki Alden terlihat sempurna. Bahkan, tidak satu atau dua orang yang menginginkan kehidupan seperti yang dimiliki pria itu. Namun, seperti kata pepatah rumput tetangga jauh lebih hijau, begitulah sejatinya pribahasa yang sesuai.

Menjalani kehidupan yang sempurna tidak serta merta membuat Alden merasakan semua yang orang lain bilang. Ketampanan, kemewahan, harta berlimpah, serta pribadi yang mapan, sejatinya belum cukup membuat dirinya merasa bahagia.

Kesepian. Satu hal yang mendominasi perasaan Alden selama ini. Menjalani kehidupan sehari-hari seorang diri membuat pria itu dilanda kehampaan, kendatipun ada malaikat kecil yang menemaninya.

Asap mengepul serta aroma khas dari segelas kopi yang baru saja Alden seduh itu seketika menguar menusuk penghidunya. Rutinitas pagi yang tidak pernah Alden lewatkan yaitu menikmati secangkir kopi, kendatipun ia kerap kali melewatkan sarapannya.

"Papa!"

Suara cempreng seorang gadis menyapa rungu Alden. Yang dipanggil pun menoleh dan mendapati presensi gadis kecil yang tengah menuruni tangga dengan tergesa, diikuti dengan seorang asisten rumah tangga di belakangnya.

"Pelan-pelan, Kayla, nanti jatuh!" peringat Alden.

"Good morning, Papa," ucap Kayla tepat setelah berada di hadapan sang Ayah.

Sebuah kecupan singkat di pipi juga Alden dapatkan, membuat hati pria itu menghangat karenanya.

"Good morning, Princess."

Gadis kecil itu lantas segera mengambil duduk di salah satu kursi yang kosong, dan menunggu pengasuhnya menyiapkan makan untuknya.

"Papa antar Kay ke sekolah, 'kan?" tanya gadis kecil itu dengan ceria.

"Tentu, Sayang. Hari ini Papa yang antar Kay, tapi Kay pulang sama Pak Bagas, ya. Papa ada meeting siang nanti."

"Oke, Papa!" Kay tersenyum lebar menampilkan gigi susunya yang rapi, "Wow.. terima kasih, Mbak Ratna," imbuhnya sesaat setelah sang pengasuh meletakkan sarapan di hadapannya.

"Tuan, saya permisi ke belakang dulu," pamit Ratna.

"Ya, terima kasih, Mbak."

Keluarga kecil itupun menikmati sarapannya dalam diam. Beginilah situasi setiap paginya. Hanya diisi dengan Alden dan buah hatinya. Tanpa sosok seorang Istri atau Ibu di antara mereka.

"Papa boleh tanya sama Kay?" celetuk Alden.

"Tanya apa, Papa?"

Alden meletakkan alat makannya sejenak, lalu memusatkan perhatiannya pada sang anak, "Kay ingin punya Mama?"

RENJANA || MYGWhere stories live. Discover now