13.Nomor Asing

41 1 0
                                    

Sekolah masih ramai oleh murid-murid. Baru tiba di gerbang Syahira melihat wajah yang dia kenali. Namanya Kak Azzim. Mereka berjalan beriringan masuk kelas.

"Syahira kan?"

"Iya Kak," ujar Syahira menunduk.

Seorang guru menatap gahar ruangan kelas. Kakinya menghentak penuh emosi. Syahira yang ke toilet mendengar suara Pak Kamil. "Dasar anak badung, berani kalian absen di pelajaran konseling saya..." Pak Kamil menarik napas. Kembali ke dalam kelas.

"Jadi Reynand bikin ulah lagi mending aku ke kelas gak usah pikirin tuh cowok." batinnya berusaha tidak peduli.

***

Reynand baru membolos sekolah. Dia sengaja tidak masuk agar kedua orangtuanya tahu bahwa dia masih nakal. Supaya mereka sadar dan perhatian padanya. Tapi apa tetap saja siang sini Reynand tak di kabari.

Sempat mampir ke markas. Langkah menuntunnya keluar dari minimarket. Ia habis menenggak kaleng soda, lalu membuang di tong sampah. Ponselnya berbunyi segera Reynand baca pesan masuk.

081235XXXX

Private Number

Kalau mau dia selamat lo dateng ke sini

Reynand

Oke gue ke sana

Private Number

081235XXXX

Gue tunggu jgn pke lama

Motor menyusuri jalanan ibukota. Macet mengerubungi mobil. Dia naik motor jadi bisa menerobos. Takut kehilangan pembantunya apapun akan Reynand lakukan. Demi menyelamatkan harta berharga. Di hidupnya cuma ada Bi Zumi. Sejak kecil merawat dan memberikan kasih layaknya seorang ibu. Berbeda dengan Mama lembek dihadapan Papa.

Dua orang tengah duduk di kursi. Bukan hanya Bi Zumi melainkan sahabatnya juga ada di sana. "Tolongin gue Rey!" Keluarkan tenaga Reynand memukul sampai titik akhir.

Setelah puas menghajar. Reynand mengangkat dagu mereka, mulai bertanya. "Lo di suruh siapa ha jawab?"

Menggantung ucapannya."Gue disuruh sama-" Terdiam, sebuah pintu akhirnya terbuka. Cowok berjaket hitam memakai masker menutupi wajah. "Lo di suruh siapa ha, jawab?" Reynand membopoh sahabatnya keluar.

"BIBI KENAPA BISA ADA DI SINI?" Bibi bungkam keringatnya jatuh.

"Tadi gue ke rumah lo bawa jaket geng kita sama tas lo ketinggalan di markas taunya gue sama Bibi di culik." balas Jati dengan raut datar.

"Makasih." Tumben seorang Reynand berterimakasih. Bi Zumi melihat aura positif pada diri majikannya. Sosok pembangkang sebagian lenyap.

"Ayo kita bawah ke rumah sakit!" ucap Hanan. Alzio memasukkan ke dalam mobil sedan miliknya. Mereka sudah berjanji terus bersama. Dalam suka maupun duka.

"Gimana ini?"

"Angkat aja biar gue yang ngomong lo jangan takut ada gue."

"Stop jangan-" teriak Irsyad menolak. Kalau mereka panik, ini bisa berdampak pada dirinya dan sahabat lainnya. Badan Reynand menggigil melihat darah yang mengalir di tubuh Jati. Abyan mempercepat laju kendaraan.

Mereka belum sampai akibat macet. Sekarang mobil berhenti di lampu merah. Abyan memukul kemudi dengan keras. "Akh... shit." pekik Abyan menumpahkan kemarahan.

"Sabar, ini ujian tenang kenapa sih Abyan gue doain kita nyampe tepat waktu." ucap Irsyad sok bijak. Sementara Reynand terlihat diam, di susul Alzio. Keduanya tampak panik.

***

Di rumah Sakinah menunggu dengan was-was. Perasaannya kacau balau. Melihat peristiwa di mana Bi Zumi diculik tanpa bisa menolong.

Bi Zumi datang dan turun dari taksi. Melihatnya dari arah pintu, memberi angin segar pada Sakinah. Wanita tua itu bertanya kepada Bi Zumi. "Di... mana Reynand?"

"Den Reynand bawa temannya ke rumah sakit, hebat den Reynand pahlawan bagi Bibi..." sungut Bibi memuji.

Sementara Sakinah menutup pagar. Hatinya lega menemukan sisi baik putranya dalam menolong sesama. Mungkin ini jalan supaya anaknya berubah menjadi lebih baik. Semoga ya amin! Dalam batin Sakinah terus berdoa.

Reinald mampir ke rumah untuk mengambil dokumen. Terkejut melihat tas Reynand di depan sofa. "Ke mana anak sialan itu? Pembunuh harusnya gak ada di rumah ini." meski terdengar tipis, tapi Sakinah dan Bi Zumi bisa mendengarnya.

Gerimis datang saat berada di rumah sakit. Mereka turun dengan basah kuyup. Keadaan Jati kian bertambah parah. Sehingga dia di bawah ke icu. Reynand duduk di kursi tunggu. Sebuah uluran membuat Reynand tersentak. "Reynand gue salut sama lo!" Irsyad mengeluarkan pendapatnya.

"Gue juga..." lirih Alzio.

Bukan pujian cowok itu inginkan, cuma pertemanan sejati. Bukan sekedar sanjungan palsu.

***

Tbc...

Tungguin nextnya ya!

Aku buat ini sedikit pendek tapi
sebagian dari akun lamaku. Buat versi ini silakan cek di sini.

Jangan dicontoh ya perbuatan Reynand gak baik. Ini cuma proses dari yang buruk ke perubahan meski gak secara langsung.

See you.

Titin Kahar

REYNAND & SYAHIRAWhere stories live. Discover now