9th Notes

66 17 2
                                    

Dua hari kemudian

Air terjun itu berdiri megah di sisi timur Magnolia state, di belakang hutan, dikelilingi semak bunga liar berwarna merah dan putih, dan tingginya setidaknya sepuluh atau dua belas kaki. Sudah lama Wu Xie mendengar tentang keindahan tempat ini, satu destinasi wisata tersembunyi yang nyaris terlupakan.

Ketika dua hari berikutnya Wang Pangzi tiba di rumah peristirahatan paman kedua untuk menemaninya, Wu Xie ingin mengunjungi air terjun itu. Dengan sepeda motor, mereka melintasi jalan setapak hutan yang damai dipenuhi suara-suara alam.

"Aku bisa mendengar gemuruh air terjunnya," Wu Xie berkata dari belakang Pangzi, tersenyum senang. Sejak dia menemukan kerangka itu, sulit baginya untuk merasa bebas dan gembira seperti sekarang.

"Kau ingin memancing? Atau berenang?"

"Memancing? Astaga, membosankan sekali. Sebenarnya aku hanya ingin santai dan mencari inspirasi."

Pangzi terkekeh di sela derum sepeda motor. "Aku memang kawan yang menyenangkan, bukan? Kau menunggu kedatanganku untuk mengunjungi tempat ini."

Wu Xie mendengus.

Mereka segera tiba di kawasan air terjun. Pangzi memarkirkan sepeda motor di satu lahan yang telah disediakan. Menjelang sore, tempat itu sepi. Aliran air sungai bening dan menakjubkan, menyelinap di celah bebatuan. Percikan air terjun menciptakan butiran-butiran yang beterbangan di bawah sorot cahaya matahari. Wu Xie melihat warna warni pelangi di udara, dan menghirup aroma dedaunan dan rumput segar.

"Ini tempat yang sempurna untuk santai," komentar Pangzi.

Perlahan berjalan ke arah air terjun, dia melewati batu loncatan besar lalu mengelilinginya, mengamati semua detail rumit yang terukir di batu. 

"Sungguh suatu mahakarya yang indah," ujar Wu Xie, tersenyum menikmati indahnya pemandangan serta percikan air sejuk yang mengenai wajahnya.

Pepohonan besar dengan dahan lebat menggantung di sisi kanan mereka, menghalangi sinar matahari dan melapisi jalan setapak sejauh mata memandang. Menghembuskan napas, samar-samar Wu Xie bisa melihat kawanan burung hinggap di dahan, sebelum akhirnya melayang ke udara.
Melihat sekeliling, tidak ada yang langsung menarik perhatiannya.

Untuk beberapa lama, Wu Xie dan Pangzi duduk di bebatuan. Pangzi mengoceh tentang banyaknya serangga air dan ikan dengan bentuk dan warna yang imut. Bunga-bunga liar muncul di samping rerumputan liar yang panjang. Suara burung gagak yang nyaring mengagetkan mereka. Melihat ke atas, Wu Xie tidak dapat melihatnya, tetapi dahan-dahannya berdesir. Dia tidak yakin tapi merasakan ada seseorang yang memperhatikannya, tapi ia tidak membiarkan hal itu memancing rasa penasaranku. Dia tidak ingin banyak berpikir, hanya ingin santai sejenak.

Lalu, bayangan itu tiba-tiba muncul di bawah sebuah pohon.

Terkejut dengan apa yang ada di lihatnya, Wu Xie belum bergerak. Matanya masih mengamati semuanya saat otak mencoba mencerna apa yang dilihatnya.

Seorang pemuda, mungkin seusianya, berdiri di bawah pohon, terlindung oleh bayang-bayang. Dia tampak terlalu pucat dengan mata kosong. Dia tampak menakutkan dengan rambut hitam, kemeja hitam longgar, celana jins, dan sepatu converse hitam. Tidak ada yang aneh. Hanya saja sosok itu pucat dan mengeluarkan aura suram dan gelap.

Tolong aku, matanya seakan berteriak. Kamu bisa melihatku, bukan? Tapi kamu berpura-pura.

Sosok pemuda asing itu terus menatapnya, lantas tangannya yang pucat kebiruan menunjuk satu titik di bawah pohon. Wu Xie menyadari ada kegelisahan dan rasa takut yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tetapi pengalaman ini bukan hal baru baginya. Dia pernah melihat sosok-sosok aneh dan dengan cepat mengenali tekanan dan penderitaan yang disampaikan lewat kilatan mata. Sesuatu yang menghantui, menakutkan, gila. Dan itu baru saja terjadi beberapa hari lalu di rumah peristirahatannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨𝐩𝐚𝐭𝐡 𝐏𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭𝐞 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢𝐨𝐧) Where stories live. Discover now