Pengkhianatan Saudara

19 3 0
                                    

Aya berjalan masuk ke istana bersama Ciko digendongnya. Aya baru saja dari taman bunganya melihat perkembangan bunga-bunga di sana. Aya seketika berhenti ketika melihat Felix dan Fitz masuk ke ruangan kerja.

"Beberapa hari ini mereka nampaknya sangat sibuk," gumam Aya.

Aya melanjutkan jalan menuju kamar tidurnya. Sesampainya di kamar, Aya langsung duduk di sofa sambil memangku Ciko dan mengelus-elus tubuh Ciko.

"Kira-kira apa yang mereka sedang kerjakan? Mereka bahkan tidak punya waktu untuk tidur," gumam Aya.

Terdiam.

"Hanya kamu yang selalu menemaniku," ucap Aya memandang Ciko.

Menghela napas, "aku bosan" Aya lesu.

...

Saat makam malam pun Fitz bahkan tidak ke ruang makan dan memilih untuk makan di ruang kerjanya bersama dengan Felix.

"Meja sebesar ini tapi hanya aku yang ada di sini... Sangat sepi dan hampa," keluh Aya.

Menghela napas, "Tapi untunglah makannya enak," melanjutkan makan.

Selesai makan, Aya langsung keluar dari ruang makan dan hendak menuju kamarnya tapi ia terhenti ketika melihat Fitz sedang berjalan ke arah ruang kerjanya sambil membawa begitu banyak berkas ditangannya.

"Dia tidak akan sakit kan jika bekerja terlalu keras seperti itu?" ucap Aya.

Terus memandangi Fitz sampai Fitz masuk ke ruangannya. Aya hanya bisa melihat Fitz dari jauh dan tidak bisa menghampirinya karena takut membuat Fitz terganggu. Bahkan pelayan yang selalu membawa makanan maupun minuman untuk Fitz pun dilarang untuk masuk dan hanya sampai di depan pintu saja.

Aya kemudian kembali berjalan menuju kamarnya dan sesampainya ia tidak langsung tidur, melainkan Aya membuka jendela dan memandangi langit malam dengan bintang-bintangnya. Aya mengalihkan pandangannya ke bawah dan melihat beberapa prajurit sedang berkumpul.

"Kenapa malam-malam begini mereka berkumpul di sana?" tanya Aya sambil memperhatikan mereka lebih jelas.

Mempertajam penglihatannya, "Mereka sedang berlatih? Malam-malam begini?" Aya penasaran.

Suara pintu terbuka seketika membuat Aya terkejut dan langsung berbalik.

"Fitz, kau membuatku kaget saja," ucap Aya sambil memegangi dadanya.

"Kamu belum tidur?" tanya Fitz.

"Iya, aku butuh udara segar dulu," jawab Aya.

Fitz berjalan mendekati Aya, semakin dekat, semakin dekat, lalu tangannya mengarah ke Aya seperti ingin memeluk dan kemudian tangan Fitz meraih gagang jendela lalu menutupnya.

"Udara sangat dingin, jangan biarkan jendelanya terbuka," ucap Fitz.

Aya grogi dan salah tingkah hingga pipinya memerah.

"Kamu kenapa? Sakit?" tanya Fitz khawatir sambil memegang pundak Aya.

"Hah?" Aya bingung.

"Pipi kamu merah, kamu demam?" tanya Fitz lagi.

"Oh ini, mmmm....karena... dingin makanya jadi merah," jawab Aya gugup.

Fitz mengangguk.

Fitz membawa Aya menuju sofa sambil menggandengnya lalu menyuruh Aya duduk. Aya masih memegangi pipinya agar merah di pipinya segera pudar dan hilang.

Canggung.

"Oh iya, tadi aku lihat dari jendela beberapa prajurit sedang berlatih. Apa mereka biasanya berlatih malam-malam begini?" tanya Aya sambil mencair kan suasana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

swapped soulWhere stories live. Discover now