Bagian 6 : Gara-gara Sion

183 114 127
                                    

Jangan lupa vote dan komen.

( ☞ ⚈̥̥̥̥̥́⁠⌢⁠⚈̥̥̥̥̥̀⁠)☞ 🌟🗨️

( ☞ ⚈̥̥̥̥̥́⁠⌢⁠⚈̥̥̥̥̥̀⁠)☞ 🌟🗨️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

"Aneh, Clovis kok sifatnya jadi pendiem sih," ucap Lavanya, ia sedang bersembunyi dibalik rumput

Lavanya membenci perasaan aneh yang saat ini ia rasakan. Entah mengapa ada perasaan familiar yang selalu ia rasakan ketika dekat dengannya.

"Clovis aneh ya? Dia sama kayak kamu deh," ucap Sion tiba-tiba.

!!

"Ih kaget tahu!" Lavanya memutarkan bola matanya lalu berbalik menatap Sion, dan si empu yang ditatap hanya cengengesan.

Lavanya menyilangkan kedua tangannya di dada. "Oh iya! Aku mau nanya perihal kemarin, kenapa aku bisa pacaran sama kamu?" tanya Lavanya dengan menatap tajam Sion.

"Ouh, alasannya simpel ... Aku ingin ngikat kamu, tadinya mau nikah sih, berhubungan kamu masih TK, gak jadi deh," jawab Sion membuat Lavanya terkejut.

"Sion! Kamu gak waras ya?!" Lavanya meninggikan suaranya.

Sion terkekeh, sejujurnya ia tahu memang itu gak waras. Tapi, siapa peduli? Sion hanya tidak ingin kehilangan Lavanya.

Nada suara Lavanya cukup keras, sehingga Clovis yang sedang bengong pun melirik ke arah belakang.

'Haaa ... Kenapa gua harus lihat yang kayak gitu sih.'

"Nyebelin!" Lavanya memukul lengan Sion dengan keras.

Sion tersenyum, ia lalu menarik tangan Lavanya untuk pergi ke suatu tempat.

"Mau ke mana?" tanya Lavanya dengan nada merengek.

"Main balok, kita buat istana pakai itu yuk! Nanti kalau kamu mau nikah sama aku, aku buatin istana beneran," Sion tampak bersemangat dibandingkan sebelumnya.

Lavanya memilih mengikuti keinginan Sion, dan membiarkan anak kecil itu menarik pergelangan tangannya.

"Siapa juga yang mau nikah sama kamu," ucap Lavanya mencibir.

"Namanya juga 'kalau' aku tahu kamu gak mau nikah sama aku, masih suka Clovis ya?" Sion sesekali melirik ke arah Lavanya.

"Apa? Nggak!" Lavanya mengelak begitu keras.

"Jangan denial Lavanya, tapi, bagus juga sih, masih ada kesempatan aku untuk deketin kamu." Sion tersenyum gembira membuat Lavanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

Arta yang sedang duduk di jungkat-jungkit sendirian, dia melihat Lavanya dan Sion yang melewatinya, tanpa menyapanya membuat dia kecewa.

"Kok aku gak disapa?" Arta bergumam kecewa sambil mencibir kesal.

Arta pun memilih turun dari jungkat-jungkit tersebut, dia berniat mengikuti mereka. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, dirinya bertubrukan dengan Clovis yang memiliki niat sama dengannya.

BACK TO THE PAST (TAMAT)Where stories live. Discover now