11

263 15 3
                                    


Halo, readers!

Sebelum lanjut, jangan lupa intip cerita kedua aku yang judulnya 'Teensitter', yaaa. Genrenya sama kayak Big Baby yakni femdom. Aku harap banyak dari kalian yang suka sama ceritanya kayak kalian suka sama cerita ini dan mau bantu dukung entah lewat bintang atau komen, hehe👉🏻👈🏻

(Maaf kalau sampulnya agak jelec, tapi isinya gak bakal sama kayak sampulnya, kok!)

Selamat membaca^^


●●●


Musik mengalun, deru mesin dari keramaian jalan memadu nada yang menciptakan sedikit kebisingan.

Kota di mana tak ada satupun gedung tinggi tampak seperti biasa, tak ada yang berubah.

"Lalu kemaren orangnya datang! Hahaha, mukanya kemaren pucat banget, Ika!" Dua tangan berbeda ukuran yang bertaut, senyuman tipis yang terlukis, serta canda tawa dari seorang pria yang masih terkikik dengan kata-katanya sendiri. Suasana perjalanan yang menyenangkan.

"Demal kayaknya seneng banget liat temen sendiri menderita." Gea menoleh sebentar ke arah Demal yang masih tertawa, lalu fokus pada jalanan di depan. Lengah sedikit mobil yang ia bawa bisa-bisa mengalami kecelakaan. "Kalau teman kayak dia mau menderita atau bahagia wajib Demal ketawain!" Gea terkekeh mendengar itu.

Pria yang duduk di bangku penumpang di samping supir melepas genggaman tangan mereka yang bertaut kemudian memiringkan tubuh ke kanan untuk memeluk sang istri yang tengah menyetir. "Masih lama, Ika?" Rambut Demal diusap, disusul dengan kecupan ringan pada puncak kepala. "Bentar lagi, kok. Lagian gak jauh banget." Demal mengangguk.

"Kita enggak singgah ke supermarket dulu? Buat beli sesuatu, Demal sungkan datang tanpa bawa apa-apa." Gea diam, tampak berpikir. "Hmm, iya juga. Kita berhenti di supermarketnya Kina aja. Kita beli buah aja atau sekalian makanan ringan?"

"Buah aja biar sehat." Gea mengangguk. "Oke."

"Tapi nanti Ika sendiri, ya, ke kasir." Setir mobil berbelok ke kanan. Wanita itu melirik Demal sekilas. "Kenapa?" Si pria mengerucutkan bibir, ekspresi kesal muncul di wajahnya. "Demal gak mau liat temen Ika itu, ngeselin."

"Loh, tapi temen Ika temen Demal juga?" Yang ditanya merengek marah. "Kecuali Kina!" Membuat tawa Gea pecah. "Iya, iya. Demal duluan aja ke mobil waktu Ika ke kasir." Pria itu mengangguk.

.
.
.

"Selamat datang, selamat berbelanja, kalau lo pulang aja." Sambutan hangat dari seseorang di kasir membuat Gea mencebik. "Gak mau uang?" tanya Gea. Kina di balik meja kasir berdiri dengan satu kaki menjulur ke samping—membuat tubuhnya memendek—sambil menatap kuku-kuku cantik yang baru ia hias tadi pagi. "Mau, sih, tapi uang dari lo enggak butuh. Pasti uang haram."

"Nyenye, supermarket lo, tuh, pake penglaris kolor." Kina berdecak saat Gea berkata demikian. Ucapan Gea barusan membuat beberapa pasang mata menatap kepadanya. "Jaga congor lo. Lo pikir gue pengusaha apaan?"

Demal yang berada di belakang Gea menjadi panik melihat dua wanita yang akrab sebagai sahabat itu bertengkar. "Lo yang mulai, Mony*t."

"Udah, ah! Sana beli, bayar lebih dan jangan balik lagi!" Gea berdecih lalu mengacungkan jari tengah pada Kina. Wanita itu menarik Demal untuk pergi ke rak yang menyediakan beraneka ragam buah-buahan.

Setelah memilih buah yang akan dibeli, Gea pun pergi kasir dengan Demal yang masuk duluan ke dalam mobil, sesuai dengan apa yang dikatakan Demal sebelum ke supermarket tadi. "Awas aja kalo buah-buahan lo busuk di dalam."

Big Baby [HIATUS]Onde histórias criam vida. Descubra agora