4

694 27 0
                                    


Acara meminta maaf dan memaafkan yang berlangsung beberapa menit telah berakhir dan kini berganti menjadi acara 'bergosip ria' oleh sepasang kekasih yang telah diberkati di atas altar. Orang yang berposisi sebagai wanita yang tadinya terlentang sudah bangkit dan kembali ke posisi duduk seperti sebelumnya, masih dengan pria di atas pangkuan yang berperan sebagai suami dari wanita bernama Gealika yang kerap dipanggil 'Ika' oleh pria tersebut.

Mereka berdua membicarakan banyak hal. Mulai dari masalah politik, perang antara dua negara atau lebih, konspirasi bumi mitos, kota Atlantis, capres dan cawapres, bahkan para tetangga yang sikapnya kurang pas di hati mereka. Yah, walaupun jarak rumah mereka dengan tetangga lumayan jauh.

Posisi mereka saat ini bila dilihat dari arah yang salah pasti dapat menimbulkan kesalahpahaman. Seperti yang baru saja dialami oleh seseorang yang tak sengaja lewat dari depan pintu kamar mereka yang terbuka lebar. Orang yang tadi sempat berjalan jauh kembali mundur untuk memastikan apa yang baru saja dia lihat.

"Hoi, ngapain kalian?"

Gea dan Demal yang asik berbincang-bincang terpaksa menoleh ke arah pintu di mana seorang pria seumuran mereka berdiri dengan ekspresi bingung. "Memangnya kami ngapain?" tanya Gea, bukannya menjawab.

"Kalian kalau mau ngekngok ngekngok pintunya ditutup, kek. Gak malu apa diliat orang?" Kata-kata pria itu membuat Gea kesal. "Dih, emang siapa yang begituan, pe'a? Lagi asik menggosip malah diganggu, cih."

Pria yang tengah memegang gagang pintu—hendak menutup—berhenti. "Oh ... iya, kah?" Orang itu pergi, namun kembali setelah beberapa detik. "Nih, titipan lo." Menyerahkan dua buah tote bag kertas kepada sang wanita.

Mata Gea berbinar begitu melihat barang yang ia tunggu-tunggu datang. "Widih. Thanks, Bro." Gea mengacungkan jempol, namun langsung melambai-lambaikan tangan seakan sedang mengusir orang yang baru saja memberinya barang yang ia inginkan. "Gak asik lo," ketus si karakter baru dan langsung pergi.

Demal dengan sisa tangis beberapa menit yang lalu menarik ingus, menatap pada dua tote bag kertas yang diberikan pada Gea. "Memangnya Ika nitip apa sama Gesan?" Wanita yang ditanya hanya tersenyum. "Makanan, kok. Ika pengen coba dari tadi tapi gak kesampean."

Kembali Demal terlihat murung dan sedih. "Karena Demal, kan?" Gea menggeleng. "Bukan, bukan. Beberapa menit sebelum Gesan pulang Ika ngechat biar dibeliin itu. Gak kebeli karena Ika mager buat mesan dari online. Bukan karena Demal, kok." Sang wanita merapikan rambut Demal yang sedikit berantakan, mencubit pipi berisi si suami yang menggemaskan.

Gea mengambil selembar tisu dari atas nakas, dan meletakkannya di depan lubang hidung Demal. "Buang dulu ingusnya. Nanti Demal kecapean karena narik-narik ingus terus." Pria itu menurut dan membuang ingus yang memenuhi hidung ke tisu yang dipegang oleh sang istri. Setelah selesai, tisu tersebut dibuang ke tong sampah tak jauh dari tempat mereka duduk.

Tote bag kertas yang tadi sempat menganggur di samping Gea diambil, isinya dikelurkan. "Demal mau?" tawar Gea. "Itu apa, Ika?" Sebuah kotak berwarna putih dengan garis merah di bagian pegangan membuat Demal penasaran dengan isinya. "Ayam goyeng, Mal. Ayam tanpa tulang tapi, hehe."

"Makan bareng, yuk? Kita kencan di kamar aja sambil makan ayam." Demal mengangguk. Dua kotak ayam goreng tanpa tulang dengan bumbu yang berbeda bisa habis dengan bersih hanya oleh mereka berdua saja.

...。o○ ○o。...

06.23

Gea dengan wajah basah—baru mencuci muka—menuruni tangga dengan tubuh yang segar karena tidur dengan nyenyak tadi malam. Sesampainya di dapur langsung disambut oleh dua pria dewasa yang mana satu orang sedang memasak dan yang satu lagi sedang duduk di kursi makan sambil berbincang dengan pria yang memasak.

"Pagi, Bros."

Keduanya menoleh. "Pagi, Nyonya Besar." Gea terkekeh mendengar panggilan dari kedua manusia tersebut.

"Kapan nyampe, Nael?" tanya wanita yang baru tiba dan langsung duduk di seberang pria yang menjadi teman berbincang Gesan. "Subuh tadi, Gea." jawab pria itu. Gea mengangguk-angguk. "Sesibuk itu, ya? Sampai dua minggu gak keliatan?" Nael terkekeh. "Jadwal padat, apalagi ngurus remaja rapuh jaman sekarang." Gea tertawa mendengar kalimat terakhir Nael. Pasti pria itu kerepotan, pikirnya.

Nael tampak menoleh kanan-kiri. "Oh, ya. Demal di mana, ya? Tumben gak keliatan."

"Masih tidur di kamar. Jam bangunnya kan jam setengah delapan," jawab Gea yang sibuk melihat ponsel. Nael mengangguk paham.

Gesan yang sudah selesai memasak meminta kedua makhluk dewasa yang sedang duduk untuk membantunya meletakkan makanan ke atas meja. "Ingat cuci piring." Itu Gesan yang bersuara. "Hm," gumam si wanita.

"Aku ke atas dulu ngecek Demal. Kalian sarapan aja duluan, nanti aku sarapan sama Demal." Setelah mengatakan itu, Gea langsung ngacir ke kamar dan memeluk Demal yang masih tertidur pulas.

Lama dipandangi wanita itu wajah damai Demal yang tampak begitu indah saat tidur. Gea memekik gemas, suaminya begitu menggemaskan sampai ia ingin melahap suaminya saat ini juga.



















Okay, so now we have new characters. And they are :

– Gesan Megata
– Nael

Entah kenapa tiba-tiba otak jadi lancar malam-malam begini, jadi aku update, hehe.

Tunggu aku niat yah biar update lagi🥰🥰🥰

Big Baby [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang