01. PROLOG

82.9K 3K 472
                                        

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

[●اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ●]

[●اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ●]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Arsya, hafalanmu sudah siap?"

"Belum, Buya," jawab Arsya dengan nada pelan.

Buya menatapnya tajam. "Malam ini kamu tidak usah makan malam. Tidak ada jatah untuk yang tidak menghafal."

Arsya menunduk, menahan laparnya. Namun, esok harinya dia kembali dihukum.

"Main terus? Sudah bisa menghafal Surah Al-Waqi'ah?"

"Belum, Buya."

"Kalau begitu setor hadist saja."

Arsya menggeleng. "Arsya belum siap hafal."

Buya menghela napas panjang. "Mulai besok, jangan ke meja makan. Tidak ada makan buatmu sampai hafalanmu selesai."

Ketegangan di rumah semakin terasa. Hingga suatu malam, Buya memutuskan sesuatu yang mengejutkan.

"Arsya, kamu akan pindah ke Mesir untuk sekolah."

Arsya terkejut. "Buya, Arsya nggak mau pindah ke Mesir!"

Buya tak bergeming. "Bawa dia!"

Tangisan adik-adiknya, Aqilah dan Arsyi, mengiringi kepergiannya.

"Bang Arsya!" teriak Aqilah dan Arsyi sambil mengejar mobil.

Arsya menoleh dari jendela mobil. "Arsyi, Qila, nanti kalian ke makam Abah dan Umi. Bilang ke mereka Arsya berangkat ke Mesir buat sekolah. Selamat tinggal, Arsyi, Aqilah."

Perlahan, Arsya menatap kota Bandung yang mulai menjauh.

"Selamat tinggal, Bandung," gumamnya lirih.

---

Hari ulang tahun Annisa yang ke-14 berubah menjadi mimpi buruk ketika kebenaran terungkap.

"Jadi Nisa bukan anak kandung kalian?" tanya Annisa dengan tatapan kosong.

Ibu mengangguk pelan. "Iya, Nisa. 14 tahun lalu, Ibu dan Bapak mengadopsimu setelah orang tua kandungmu hendak membuangmu."

Annisa tercengang. "Mereka tahu aku masih hidup?"

Bapak mengangguk. "Kami menemukan mereka hendak meninggalkanmu di tempat sepi. Malam itu, kami memutuskan untuk membawamu pergi dan merawatmu dengan cinta."

"Tapi kenapa baru sekarang Nisa tahu?" Annisa suaranya bergetar.

Ibu memegang tangannya. "Kami ingin kau tahu, sebelum kita pindah ke Bandung. Orang tua kandungmu ada di sana."

Annisa terdiam sejenak, lalu berkata pelan, "Kalau begitu, mari ke Bandung."

---

Kepindahan Annisa ke Bandung meninggalkan luka baru. Sahabatnya di Makassar, sulit menerima kepergian itu.

"Kamu benar-benar akan meninggalkan Kakak di sini?" tanyanya dengan nada penuh harap.

Annisa menunduk. "Maaf, Kak. Nisa harus pergi.

"Janji, kalau Kakak sudah sukses, Kakak akan menyusul ke Bandung."

Annisa tersenyum pahit. "Nisa tidak mau menunggu Kakak."

"Kenapa?"

Annisa menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Karena Nisa tidak mau lagi berharap pada manusia."

---

Kota Bandung menjadi titik temu nasib mereka. Arsya yang mencari arti kebebasan, Annisa yang mencari jejak masa lalu, dan mungkin, takdir mereka berdua akan saling bersilangan.

 Arsya yang mencari arti kebebasan, Annisa yang mencari jejak masa lalu, dan mungkin, takdir mereka berdua akan saling bersilangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hallow semuanya, terima kasih sudah mau membaca "Cinta dilangit Arsya" dengan versi terbaru, semoga kalian suka alur baru ini.

Jangan lupa vote, komen dan share ke teman-teman kalian biar bisa baca bareng dan halu bareng.

Spam nama Arsya >>>

Kasih kesan dan pesan>>>

Jangan lupa follow akun Instagram @story.nrasya

See you next time, Assalamualaikum.
Sabtu, 28 Juli 2024.

Cinta di langit ArsyaWhere stories live. Discover now