BAB 4

3 1 0
                                    

Setelah menyelesaikan pekerjaanku, aku bersantai di gazebo taman Royal Heir Palace. Bunga-bunga yang bermekaran dengan indahnya, cocok dinikmati sambil minum teh. Apalagi setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan, walaupun hanya sedikit, tapi yang membuatku lelah adalah menyempurnakan rencanaku.

"Kakak pertama"

Aku menoleh melihat Alder yang datang dengan Aden membuatku mengernyitkan kening, "Bukankah aku sudah bilang untuk datang sendiri?"

"Itu... Kak Eld memaksa ikut..."

"Aku tidak akan membiarkanmu memarahi Fern lagi" tukas Aden.

Memarahi? Ah, aku ingat dengan ingatan yang datang semalam, karena Alder sangat kesulitan menggunakan kekuatan elemennya. Elemen tanaman. Dia bahkan sudah berganti guru berkali-kali selama ini, sampai-sampai sebulan yang lalu Putra Mahkota menghukumnya untuk menyalin materi yang terdiri dari dua buku sebanyak lima kali. Namun saat kekuatannya lepas kendali ketika debutante Aden dan Aras, Putra Mahkota menekan mana¹ nya. Astaga, sisi kejam Putra Mahkota ini lebih banyak.

Kembali ke situasi sekarang, aku menghela nafas, "Duduklah kalian berdua"

Terpaksa kubiarkan Aden untuk bergabung, jika aku mengusirnya dia pasti akan curiga dengan apa yang kulakukan pada Alder, dan itu akan makin merumitkan hubunganku dengannya.

"Aku langsung saja, aku mau kau melatih kekuatanmu dengan baik sebelum debutante Aras dan Aden"

Baik Alder maupun Aden sama-sama terkejut.

"Kakak pertama, kau bercanda? Guru nya saja sudah berganti-ganti, dan sekarang kau mau memaksanya mengendalikan kekuatan dalam dua bulan?" Aden terlihat tidak setuju dengan perkataanku, walaupun begitu aku harus tetap melakukannya demi dirinya dan juga diriku.

"Kulihat metode yang diajarkan pengajarnya semuanya sama, terlalu terburu-buru, itu jelas tidak akan menghasilkan apa-apa. Aku bisa mengajari Alder dengan seratus ribu kali lebih baik"

Aden tertawa mendengar penuturanku, "Kau sombong sekali, kak. Fern akan tersiksa jika kau yang melatihnya"

Aku menggeleng kesal. Anak ini benar-benar menjengkelkan.

Benar, suruh dia pergi saja.

'Kau ini, mau menyulitkan hubunganku dengannya yang sudah tidak baik?'

Aku menghela nafas kasar, "Aku akan mendengar keputusan Alder. Aku sudah menawarkan diri, kalau Alder menolak, maka aku tidak jadi melatihnya. Tapi dia tetap harus mengontrol kekuatannya sebelum debutantemu dengan Aras"

Aden terlihat mengepalkan tangannya begitu mendengar balasanku yang dingin, "Kau jangan memaksa Fern!"

"Aku... mau latihan sama kakak pertama," ucap Alder tiba-tiba.

Oh? Apa ini? Terdengar seperti musik di telingaku. Ternyata semudah ini?

"Fern? Kau yakin? Dia pasti akan menyiksamu" tukas Aden, tapi Alder membalasnya dengan gelengan kepala.

"Kakak pertama sangat peduli dengan rakyat yang kesulitan. Kakak pertama juga dengan baik mengajarkan anak-anak panti sihir tingkat rendah, aku juga ingin cepat-cepat mengendalikan kekuatanku" jelas Alder

Aku menyeringai kecil mendengarnya. Bagus, ini lebih mudah dari yang kuduga.

"Kau... Terserahlah, aku akan menemani. Kalo dia macam-macam, aku yang akan menghajarnya" ujar Aden seraya mendelik ke arahku, tapi aku tidak menggubrisnya dan kembali menyesap teh ku.

"Baiklah, mari mulai dari yang sederhana," ujarku seraya meletakkan cangkir.

"Ulurkan jari telunjukmu, fokuskan mengumpulkan energi pada ujung jari itu, cahaya mana akan berkumpul, setelah dirasa cukup, bayangkan bentuk yang mau kau keluarkan, lalu lepaskan pelan-pelan" Aku menjelaskan seraya mempraktikkannya, dari mana yang terkumpul di ujung jari, muncul sulur tanaman kecil. Pada novel yang kubaca, Zivane diberkati dengan semua spirit yang ada. Bukankah itu luar biasa?

"Sekarang cobalah," kataku, memandang ke arah Alder yang terpukau.

"Baik, kakak" Alder mulai mengulurkan jari telunjuknya dan mencoba fokus mengumpulkan mana. Namun tidak lama kemudian, cahaya mana meredup, membuatnya terlihat putus asa.

"Tidak perlu buru-buru, pelan-pelan saja" ucapku. Alder mengangguk dan mencoba lagi. Kali ini dia berhasil mengeluarkan sulur kecil. Bagus jika sudah berhasil, sementara Aden terpukau bila Alder bisa menggunakan kekuatannya.

"Selanjutnya, buat yang lebih tebal dari itu"

Alder memandangku ragu, "Apa aku bisa?"

"Tentu, tidak usah buru-buru," jawabku meyakinkannya.

Walaupun terlihat ragu, Alder mencobanya. Dia terlihat lebih fokus dibanding dengan yang tadi. Dari mana yang dikumpulkan di ujung jari nya, kini keluar sulur yang sedikit lebih besar dari sebelumnya.

"Wah! Keren Fern!" Pekik Aden kagum. Alder sendiri juga terkagum-kagum dengan apa yang berhasil dilakukannya.

"Kakak pertama, lihat! Aku bisa!"

Astaga dia seperti anak kecil yang sangat senang setelah diberi permen. Aku hanya mengangguk menanggapinya.

"Sekarang gunakan sulur itu untuk mengangkat sendok"

"Ayo Fern, kau pasti bisa" ujar Aden menyemangati. Anak ini peduli sekali dengan Alder.

Alder memfokuskan sulur nya agar bisa mengangkat sendok, begitu berhasil, dia amat teruja dengan pencapaiannya.

Waktu berlalu dengan cepat, sekarang menjelang siang dan Alder sudah bisa mengeluarkan sulur yang lebih besar dan menggunakannya untuk mengangkat kursi.

"Kakak, apa aku boleh mengangkat pedang kakak? Aku sudah bisa mengangkat kursi ini, aku mau mencoba mengangkat yang lebih berat" ujar Alder memohon.

"Tidak, pedang ini berat, cukup sampai sini untuk melatih kekuatan sulurmu"

Yang benar saja, pedangku ini bahkan dua puluh kali lebih berat dari kursi. Aku saja butuh dua hari untuk terbiasa sampai-sampai tanganku kebas. Entah material apa yang digunakan untuk membuatnya.

Mendengar penolakan dariku, Alder terlihat sedih. Aku menghela nafas, dia memang anak kecil.

"Sekarang ikut aku" Aku bangkit dari dudukku dan berjalan ke sudut taman, kedua pangeran itu juga mengikutiku. Di sudut tanam ada beberapa semak mawar yang terlihat layu.

"Ini... Bagaimana kalian para pengurus taman disini? Membiarkan tanaman di kediaman Putra Mahkota tidak terawat!"

Wah, dia marah? Aku tau dia sangat menyukai tanaman, tapi aku tidak sampai menduga dia akan semarah ini. Para pengurus terlihat ketakutan dengan amarah Alder.

"Tenanglah, Alder. Aku sendiri yang melakukannya"

Alder memandangku tidak percaya dan kesal, "Tapi kenapa, kak?"

"Sekarang aku mau kau melatih kemampuan penyembuhanmu"

Bukan tanpa alasan aku meminta melakukan itu. Jika Kaisar benar-benar terluka saat debutante, setidaknya Alder dapat memberikan pertolongan. Alder terlihat ragu untuk melakukannya, tapi setelah didukung Aden, Alder mendekati semak-semak dan mengumpulkan mana untuk memulihkannya. Tapi karena dia ragu-ragu, mana nya meredup kembali.

"Yakinkan dirimu, Alder" ujarku dingin.

Alder kembali mengumpulkan mana nya. Hingga menjelang sore, aku sudah kelelahan disini. Sampai Alder mencoba yang kali ini untuk kesekian kalinya. Tapi tunggu dulu, itu terlalu banyak.

"Tunggu Alder!"

Dan ledakan pun terjadi, beruntung aku sempat mengeluarkan barrier untuk melindungi kami bertiga.

"Fern? Kau tidak apa-apa?" Aden panik melihat Alder yang terdiam saking terkejutnya, sebelum akhirnya dia menangis. Ledakan tadi membuat area ini jadi rusak.

Ketiga ksatria menghampiri kami dengan cemas. "Yang Mulia. Apa yang terjadi?" Gabriel terlihat panik.

"Tidak ada apa-apa" tukasku menenangkan kepanikan, pandanganku kembali beralih ke Alder yang masih menangis tersedu. Aku menghela nafas, bagaimana bisa mana nya meledak begitu. Aku menggenggam tangan Alder, dan itu membuatnya terkejut. Bisa kurasakan aliran mana nya yang kacau karena kepanikannya.

"Hari ini sampai disini, beristirahatlah. Lakukan lagi lain kali"

Setelah berucap demikian, aku pergi meninggalkan kedua pangeran itu.

Foedus Vitae MeaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang