24

559 72 6
                                    




.


.



Jaemin berhenti sekitar dua meter dari daun pintu besar yang salah satunya sedikit terbuka. Ia tahu Jeno di dalam, ingin menghampiri namun takutnya akan mengganggu konsentrasi sang kembaran.

Berita tentang kedatangan sang ayah dan adik bungsunya kembali ke mansion ini mampu membuat Jaemin tak karuan selama beberapa hari. Apalagi mendengar jika Jisung belum kunjung sadar dari pemulihannya membuat vampir cantik itu semakin gelisah. Ia ingin bertanya kepada sang kembaran perihal kabar kelajutan dari Jisung karena Jeno-lah yang menerima kabar itu dari sang ayah, tapi kembarannya itu lagi sibuk mempersiapkan apa yang Jaehyun pinta.

Semerbak harum bunga mawar menyeruak menyapa indera penciumannya. Jaemin seketika dirundung rasa penasaran dengan apa yang tengah dilakukan sang kembaran di ruangan yang tak pernah dibuka itu.

Jadi tanpa Jaemin sadari kakinya perlahan melangkah mendekati daun pintu yang sedikit terbuka namun cukup muat untuk badan kokoh sang kembaran masuk. Dengan membawa kepalanya menyembul sedikit di balik pintu, netra penasarannya dapat melihat Jeno di dalam sedang berdiri di depan sebuah peti mati kosong yang terbuka. Tangan vampir itu menari-nari di atas udara hingga tumbuhan mawar merambat ke dinding-dinding dan lantai di ruangan itu hingga hampir sesak dengan batang rambat mawar. Jeno dengan sihirnya ia memunculkan ribuan kuncup-kuncup mawar yang akan segera mekar sehingga Jaemin harus menutup hidungnya karena aroma mawar semakin pekat memenuhi ruangan itu.

Tak lama ada pendar cahaya berwarna samar terlihat di sudut-sudut ruangan, namun hal itu hanya sebentar dan ruangan itu kembali gelap. Jeno menoleh ke arah pintu tempat sang kembaran mengintip. Jaemin biasa saja, tidak memberikan respon apa-apa kala sang kembaran memergokinya yang sedang mengintip vampir itu. Ia tahu Jeno sudah mengetahui keberadaannya di ambang pintu bahkan sebelum Jaemin memutuskan untuk mengintip.

Jeno menyudahi sihirnya kala lilin-lilin kecil yang sudah dipersiapkan berada di atas lantai yang mengelilingi peti mati tersebut menyala hingga ruangan itu tidak terlalu gelap gulita. Jeno meninggalkan peti itu dan menuju ke pintu dengan melewati mawar-mawar yang segera mekar di atas lantai.

Jaemin segera menyingkir dari pintu kala Jeno keluar dari ruangan itu kemudian menutup pintunya dengan rapat.

Netra kedua vampir kembar itu bertemu dengan sorot yang berbeda. Jelas di kedua manik indah milik Jaemin memancarkan binar penasarannya dengan apa yang sudah ia lihat barusan.

"Untuk apa ayah menyuruhmu menata ruangan terlarang yang tak pernah ayah izinkan untuk membukanya?"

Jeno tahu sang kembaran akan menanyakan hal ini.

"Ini untuk adik bungsu. Di dalam terdapat batu sihir yang akan membantu memulihkan kekuatannya dengan cepat."

Jaemin mengangguk saja, "Lalu kenapa harus ada peti mati? Jisung nanti diletakkan di situ?"

Jeno mengangguk, "Dia akan tidur di peti sampai kekuatannya pulih dan terbangun dari tidur panjangnya."

"Agak mengerikan."

Jeno terkekeh mendengar penuturan jujur sang kembaran. Baik dirinya dan Jaemin sama sekali belum pernah melihat seorang vampir tertidur panjang di peti mati. Sang ayah juga tidak pernah mengalami tidur panjang namun sang kepala keluarga Lee itu pernah melihat salah satu pengawal pribadi kaisar Lee tertidur sangat lama di peti mati karena terluka parah akibat melindungi kaisar Lee dari sabitan pedang yang sudah dilumuri oleh racun mematikan.

Seorang vampir yang terluka parah, mereka memiliki dua pilihan, tertidur panjang untuk memulihkan luka dan kekuatannya atau mati karena tidak sanggup menahan luka yang ia terima. Kematian paling banyak dialami oleh vampir biasa karena tidak memiliki daya tahan tubuh yang kuat seperti vampir bangsawan. Vampir bangsawan tidak mati dengan mudah, namun jika berada di ambang batas kematian, maka yang terjadi adalah vampir itu akan tertidur sangat lama dengan ujung yang tidak pasti. Entah berapa lama seorang vampir origin tertidur, ia akan membawa kekhawatiran dan ketidakpastian bagi orang-orang terdekatnya.

Istilah untuk manusia adalah tertidur dalam koma-nya.

Dan untuk kasus yang dialami oleh Jisung, vampir bungsu Lee itu berhasil keluar dari masa kritisnya berkat penyembuhan yang dilakukan Taeyong menggunakan kekuatan Chenle. Tapi kesadarannya seakan belum siap untuk menguasai badannya sehingga Jisung terlelap lebih lama, entah kapan akan terbangun.

"Oh iya, kapan ayah pulang?" Pertanyaan ini yang paling ingin Jaemin tanyakan sedari tadi. Jeno menegadah pada jendela besar terbuka yang menampilkan langit biru dengan bias cahaya kuning yang masih samar.

"Mungkin sebelum matahari benar-benar terbenam."

Jaemin terkejut, berarti sore ini? Vampir cantik itu terlihat gelisah sembari menggigiti ujung jarinya. Jeno pun heran dengan sikap sang kembaran yang dalam ekspektasinya Jaemin akan senang ayah dan adik bungsunya pulang, tapi ini malah raut gelisah yang vampir itu tunjukkan.

"Apa yang kau resahkan?"

Jaemin menatap sebentar pada raut bingung Jeno. "A-apa yang bisa aku persiapkan. Maksudku bukan hanya ayah dan Jisung saja yang pulang, bukan? Mark, Haechan dan Chenle juga ikut pulang ke kediaman kita. Pesta penyambutan kecil-kecilan, mungkin? Makanan dan minuman yang banyak, atau-"

"Tidak usah, Jaemin." potong Jeno dengan gelengan. Jaemin seketika mengatupkan mulutnya.

"Kau hanya perlu menyambut kedatangan mereka di pintu masuk mansion. Mereka hanya perlu istirahat dan segelas darah untuk memulihkan tenaga mereka saat di perjalanan. Kau lupa mereka semua adalah vampir?"

Jaemin terdiam sejenak. Jeno terkekeh kecil melihat wajah sang kembaran yang seperti baru saja mengingat sesuatu.

"Ah! Astaga! Kenapa aku bisa lupa begitu, ya? Mungkin ini karena diriku kesenangan mendengar kabar jika ayah dan Jisung kembali ke mansion keluarga kita. Ah, dan jangan lupakan juga Mark dan Haechan yang telah menyelesaikan hukuman dari ayah. Semoga mereka baik-baik saja dan Haechan-ku bertambah kuat. Lalu ada Chenle yang sangat-sangat aku rindukan untuk memeluk vampir manis itu. Kau tahu Jeno, aku bingung ingin bereaksi seperti apa setelah mendengar kabar baik dan kabar buruk yang kau beritahukan padaku. Entah aku akan bersyukur atau sedih karena adik bungsu kita pulang dengan keadaan tak sadarkan diri." tutur Jaemin panjang. Terlalu banyak berita yang bercampur sehingga Jaemin bingung harus berekspresi seperti apa.

Jeno mengerti perasaan Jaemin. Ia pun juga begitu saat ayahnya memberitahukan kabar jika mereka akan kembali ke mansion dengan membawa Jisung yang hilang kesadaran karena bertarung melawan dirinya di hutan abu-abu.

Tak banyak Jaehyun ceritakan, mungkin selengkapnya akan ia beritahukan setibanya mereka di mansion nanti.



Tbc.



Hai hai~ saya mau bilang kalau book ini gak update di jam biasa, berarti kuota saya habis:)

Tapi tetap dukung cerita ini sampai saya kembali~🤗⭐💬

I'm Yours, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now