20

545 64 7
                                    




.


.



"Oh, Chenle? Kenapa masih disini?"

Sang empunya nama menoleh ke arah Mark yang keluar dari pintu kabin dengan pandangan herannya. Chenle terlihat banyak pikiran sesekali menoleh ke arah hutan yang pepohonannya hampir keseluruhan telah rata oleh tanah. Hanya ada beberapa pohon yang bergerombol di beberapa titik, itupun sebagian besar berada di pesisir pulau yang lumayan jauh dari tempat kapal mereka berada.

Netra yang sebelumnya terlihat pasrah, seketika menajam kala mendapati Mark dengan tampang tak berdosa menghampiri dirinya dan berdiri sejajar dengannya.

"Semua gara-gara kalian!!"

Tubuh Mark tiba-tiba terdesak ke belakang kala Chenle tanpa aba-aba mencengkeram kerah bajunya.

"A-apa? Ada apa dengan kami?" panik Mark kala melihat tatapan mata Chenle yang serasa ingin membunuhnya detik ini juga.

"Gara-gara kalian hutannya jadi hancur!! Aku dan Jisung ditugaskan paman Johnny kesini untuk mencari bunga pelepah kayu jati! Bunga itu adalah penawar untuk orang-orang yang sudah mengonsumsi narkoba aneh itu!! Hutannya hancur seperti ini pasti pohon jati yang tumbuh di antara pepohonan lainnya ikut hancur juga!! Kau bisa mengembalikannya seperti semula, hah!? Hiks, hiks! HUAAAAAA!!"

Chenle mengamuk sambil memukul-mukul Mark yang kian terdesak ke tepi kapal. Vampir manis itu histeris sembari menghentak-hentakkan kakinya ke lantai kapal hingga badan kapal ikut terhentak dan bergoyang-goyang.

Mark berusaha menangkap kepalan tangan Chenle yang menyerbu wajahnya. "Te-tenang, tolong tenang dulu Chenle-"

"Bagaimana aku bisa tenang kalau pulang nanti malah dengan tangan kosong?! Sia-sia aku kesini! Paman Johnny pasti kecewa.."

Tinjuan bertubi-tubi tersebut mulai berkurang dan kian melemah bersamaan dengan tubuh Chenle yang luruh ke lantai. Vampir manis itu nelangsa karena tujuan mereka datang ke tempat ini malah berakhir zonk. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi kecewa yang ditunjukkan Johnny padanya kala datang tak membawa apa-apa.

"Chenle, dengarkan aku dahulu." Mark berjongkok mensejajarkan pandangannya pada wajah pias Chenle. Anak itu menghapus air matanya kasar menggunakan punggung tangannya dan enggan menatap vampir Jung itu yang kini memegang kedua bahunya yang sudah terkulai lemah di sisi tubuhnya.

"Ada beberapa pohon yang masih tumbuh di pesisir pulau sebelah selatan. Mungkin di antara pepohonan itu masih ada pohon jati yang kau maksud. Sebagai gantinya aku akan mencarikan bunga pelepah kayu jati itu. Jadi, bisa kau beritahukan ciri-ciri dari pohon jati itu?"

Perlahan Chenle mengangkat wajah sembabnya menatap pada manik teduh yang Mark tunjukkan di balik wajah seriusnya. Susah payah Chenle meneguk ludahnya kala tenggorokannya terasa kering karena belum minum.

"Kau bersungguh-sungguh ingin mencari bunga itu?"

Mark mengangguk mantap. Chenle sedikit kepikiran tentang Mark yang dengan mudahnya menawarkan diri untuk mencarikan bunga pelepah kayu jati itu tanpa berpikir dua kali. Hal itu juga terjadi saat ia meminta tolong untuk mengangkat Jisung ke kabin kapal. Vampir bersurai biru itu terus meyakinkan dirinya agar ia percaya sepenuhnya pada vampir Jung itu, padahal mereka hanya tidak sengaja bertemu di pulau ini. Chenle rasa ia dapat merasakan kenyamanan dan kasih sayang yang Mark berikan kepadanya.

Kasih sayang seperti seorang.. kakak?

Jeda sejenak sebelum Chenle berucap menggunakan suara sengau sehabis menangis, "Aku ikut."

I'm Yours, Master! [JiChen]✓Место, где живут истории. Откройте их для себя