04

792 74 3
                                    




.


.



Tanah yang mereka pijaki tak bergetar lagi. Hanya terjadi dua kali dan setelahnya hanya ada keheningan beberapa saat hingga sayup-sayup pendengaran tajam Jisung menangkap suara seperti rintihan dan tangisan yang berada beberapa kilo dari tempatnya dan Chenle berjalan.

Kabut abu-abu yang menghalangi jarak pandang membuat Jisung kesulitan melihat apa yang terjadi di depan sana. Genggaman Chenle pada lengannya terasa mengerat kala vampir manis itu juga mendengar apa yang ia dengar.

"Jisung, apa kau bisa memperkirakan jarak kita dengan keanehan itu? Akan gawat jika kita berada terlalu dekat dengan sesuatu itu." bisik Chenle sembari memelankan langkahnya.

Jisung menerawang ke depan, "Mungkin sekitar 15 kilo? Aku tidak bisa memperkirakan dengan tepat karena kabut menyusahkan ini."

"Apa ada yang bisa kau lakukan untuk menyingkirkan kabut ini?"

Jisung langsung menatap tajam ke arah Chenle yang langsung beringsut takut pada tatapan itu.

"Kalau kita membuat keberadaan kita terlihat oleh yang di depan sana, jika berbahaya kau bersedia menjadi tameng untukku?"

Chenle menggeleng ribut. "A-aku hanya bertanya.. jangan menatapku seperti itu, takut.."

Jisung menghela nafas lelah. Memang seharusnya ia ikat saja Chenle di pohon agar tidak menyusahkannya menjalankan misi ini.

BOOOM!!

Suara debuman besar itu mampu membuat keduanya terkejut dan langsung waspada.

"Tolong.. hiks.. tolong hentikan.."

Suara lirihan pelan itu terasa jelas di dengar oleh mereka berdua. Chenle semakin gelisah jika benar di balik kabut abu-abu di depan sana, ada orang lain selain mereka yang membutuhkan pertolongan.

"Jisung.."

"Diamlah."

Bukan niat Jisung ingin membuat Chenle bungkam, namun ia rasa perlu memastikan sekali lagi jika suara lirihan barusan pernah di dengarnya di suatu tempat.

Aura pekat serta dinding kabut abu-abu tebal menjadikan ia sulit untuk memprediksi siapa yang berada di balik kabut ini.

Maka dengan mengingkari perkataannya sendiri, Jisung mulai mengeluarkan pedangnya dari sarung dan memegangnya secara horizontal di depan tubuhnya.

Chenle yang melihat hal tersebut tentu dibuat bingung. Jika Chenle melihat bagaimana Jisung menebas kabut yang menghalangi pandangan nahkoda saat berada di laut tadi, mungkin ia tak perlu bertanya lagi.

"Jisung, apa yang kau lakukan?"

Jisung tidak menjawab karena ia sibuk menumpukan kekuatannya pada pedang perak di tangannya.

Setelah memastikan jika pedangnya siap, maka dengan mengayunkan ujung pedang yang menyentuh permukaan tanah, Jisung membelah udara secara vertikal.

Syut!

Dinding kabut tebal itu terbelah menjadi dua diiringi oleh angin ribut yang memporak-porandakan sekitar hingga Chenle refleks memeluk lengan Jisung sambil memejamkan matanya erat-erat.

Sekitar mereka kacau, tanah dan dedaunan berputar-putar bak sedang diterjang badai besar. Jisung bertahan dengan berpegangan pada pedang yang ia tancapkan ke atas tanah.

Vampir Park itu sedikit terengah-engah karena telah melepas kekuatan yang cukup besar hanya untuk membelah udara dan menyingkirkan kabut abu-abu itu.

Setelah angin ribut itu mereda dan kabut di sekeliling mereka memudar, netra merah Jisung langsung membelakak lebar kala mendapati orang yang selama ini ia hindari berdiri tegap di atas batu dengan sebelah telapak tangan terentang ke depan dan menatap tepat pada matanya dengan netra merah yang sama.

I'm Yours, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now