*⁠.⁠✧6✧.*

1.4K 201 10
                                    

Pagi itu terasa terik bagi Aire. Ia mengeratkan topi jeraminya berusaha menutupi sinar Matahari yang menyengat wajahnya sementara Layla nampak berjalan didepannya dengan riang sambil menenteng keranjang.

Astaga bahkan disaat seperti ini saja gadis ini masih tetap cantik.

Aire menggembungkan pipinya, jujur saja Aire merasa agak iri dengan gadis ini. Dengan rambut ikal emas panjangnya diikat rendah yang bergoyang kesana kemari mengikuti gerak sang empu, tubuhnya yang lebih pendek darinya namun menonjol dibeberapa bagian tertentu, serta wajahnya yang cantik bagaikan boneka porselen. Dan jangan lupa, matanya hijaunya yang berkilauan bagaikan batu zambrud. Layla Llywellyn adalah definisi dari peri hutan itu sendiri.

Aire menghela napas.

Hah.. apalah daya diriku yang jamet ini.

Aire melihat dirinya sendiri insecure, gadis itu merasa tidak cantik hanya kelebihannya saja yang tinggi.

Kemudian dia menatap langit biru dengan tatapan menerawang.

Aku yang biasa-biasa ini bakalan dapet jodoh ngak ya? Pikirnya sembari membayangkan skenario kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada hidupnya diotaknya.

Saking asiknya melamun Aire baru menyadari bahwa dirinya sudah sampai ditempat dimana ia akan memetik buah berry bersama Layla.

Hutan, sungai, dan buah berry.

Aire meletakkan keranjang di tanah dan melihat pemandangan di sekelilingnya, dia merasa seperti sudah pernah melihatnya sebelumnya, entah dalam mimpi atau mungkin dalam plot alur novel yang pernah ia baca.

Namun, dia tidak bisa memastikan apakah itu hanya perasaannya atau memang kenyataan jadi dia tidak terlalu memikirkan hal itu.

Aire dengan cepat berjongkok dan mulai memetik berry, sambil tetap asyik mengobrol dengan Layla.

"Kak Aire, lihat ini, buah berry yang satu ini begitu manis rasanya. Ayo coba yang ini," ajak Layla sambil menunjukkan beberapa buah berry yang baru dipetiknya.

Aire mengambil satu dan memasukannya kedalam mulutnya, ketika dikunyah lidahnya mengecap manis tapi sedikit asam. Mata onyxnya berbinar, ia menyukai rasanya.

Tangannya kemudian beralih memetik buah berry, memasukannya kedalam keranjang sambil sesekali memakannya.

Layla melihat respon Aire tersenyum lebar, dia kemudian mengobrol banyak hal dengan Aire dengan tangan lentiknya sibuk memetik.

"Sudah lama aku tidak melihat Kyle. Biasanya dia selalu menempel padamu. Kemana ya dia?" tanya Aire.

"Kyle sedang sibuk mengikuti kelas etiket Kak."

Aire menggelengkan kepala dan terkekeh, "Khe, sepertinya nyonya Ettman sangat ambisius akan hal ini ya." Gumannya.

Layla memiringkan kepalanya bingung, "Maksud kakak?"

"Maksudku, ibunya Kyle sangat bersemangat untuk membuat anaknya jadi sempurna." Mendengar perkataan Aire, gadis itu terkekeh. Padahal Aire maksud dalam ucapannya adalah dia merasa kasihan terhadap Kyle yang dijadikan alat pijakan ibunya untuk naik tingkat di dunia sosial.

Senyuman prihatin terpancar dari wajahnya, "Kyle yang malang.." gumannya dengan nada kecil yang tidak ada siapapun yang bisa mendengarnya.

Tangannya kemudian memasukan buah berry ke mulutnya, merasakan yang jadi kecanduannya saat ini.

"Kak Aire," panggil Layla.

"Apa Layla?" Aire menjawab, memperhatikan ekspresi serius di wajah Layla.

"Lihat, aku dengar suara sesuatu," bisik Layla, mata zambrud nya bergulir mencari sumber suara.

Duke's GripWhere stories live. Discover now