[02] Stumbling Gracefully

Start from the beginning
                                    

"Hei, hei! Tenanglah dulu! Aku bisa menjelaskannya," ujar Prof. Hadwin.

Conva menatap sang wakil kepala sekolah dengan tatapan mencela. "Saya tidak bisa memulai sesuatu yang didasari dengan kebohongan. Saya mau pulang!" balas gadis itu. Ular derik albino di pundak Conva mendesis dan mengangguk-angguk seolah memberikan persetujuan.

"Aku merasa seperti sedang menyaksikan drama pertengkaran sepasang kekasih." Hope berkata—yang kemudian dijawab Nyx dengan dengkusan.

Drama antara Conva dan Prof. Hadwin belum selesai, tetapiNyx kemudian mendengar suara kekehan.

Tak jauh darinya, Shine tengkurap sembari menatap pantulan wajahnya pada lapisan es dengan pemujaan serta obsesi yang tidak ditutup-tutupi. Dia sudah berada di posisi seperti itu sejak mereka memasuki dominion. Wajahnya agak merah, ujung-ujung rambut keemasannya mulai diselimuti bunga es, dan terdapat benjolan sebesar telur ayam di bagian kepala belakangnya. Bahkan, sepertinya tak lama lagi dia akan menyatu dengan lapisan es danau itu.

"Ah, masih tampan seperti biasa," desah pemuda itu. "Aku benar-benar diberkati. Andai mati beku di sini, maka aku sungguh tidak keberatan. Sebab ketampananku yang sempurna akan abadi di balik lapisan es."

Hope berlutut di samping Shine, kemudian mulai merapikan rambut serta jubah Si Cowok Emas. "Nah, sekarang kau bisa mati dengan elegan."

Mereka semua sinting, batin Nyx.

Lolongan serigala membuat semua orang seketika terdiam.

Conva menelan ludah. Wajahnya pucat. Ketakutan tampak jelas di matanya. "Aku rasa semua itu bisa dibicarakan nanti. Kita tidak bisa di sini selamanya,'kan?"

Sesaat kemudian, semua orang sudah berkumpul di sekitar Hope.

Pemuda itu mengeluarkan kantung serut sutra berwarna violet yang menyimpan Holly Crystal—sejumlah batu permata berbagai warna, bentuk, dan ukuran—serta sebuah botol kecil berisi serbuk kerlap-kerlip.

Prof. Lucas sudah memberitahu tugas mereka masing-masing saat pertemuan dan tugas utama Hope sebagai seorang Seer adalah melacak keberadaan artefak.

"Keluargamu pasti kaya sekali jika untuk media meramal saja kau menggunakan permata sebanyak itu," komentar Nyx.

Hope mengangkat bahu. "Aku menggunakan batu-batu ini karena mereka memiliki energi yang paling cocok dengan sihirku. Dan yah, keluargaku memang cukup kaya. Kami kan salah satu bangsawan di Clericus," ujarnya.Nyx berhasil mendeteksi setetes nada jemawa dalam suara pemuda itu.

Hoo ... ternyata dia salah satu ras yang kebal sarkasme, batin Nyx.

Pemuda berambut violet itu membuka sumbat botol. Serbuk kerlap-kerlip di dalamnya berubah menjadi kunang-kunang yang kemudian terbang dan menghilang dengan sangat cepat.Kemudian, Hope memejamkan mata, Holly Crystal di kedua tangannya.Ketenangan di wajah Hope digantikan dengan ekspresi gelisah. Matanya bergerak-gerak di balik kelopaknya. Rahangnya menegang dan napasnya memburu.

"Hope?" Conva memanggil, tetapi Hope tidak menanggapi.

Shine mengguncang bahu Hope. "Hei, apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"

Namun, masih tidak ada tanggapan.

Nyx yang sedari tadi hanya mengamati melirik Prof. Hadwin. Tampaknya orang yang ditugaskan untuk menjadi pendamping mereka itu tidak berniat melakukan apa pun.

Sialan! Apa dia sungguh-sungguh ditugaskan untuk membantu kami?

Nyxsudah bersiap untuk melakukan sesuatu andai kondisi Hope memburuk ketika pemuda itu tiba-tiba terkesiap dan matanya terbuka. Kedua tangan yang memegang Holly Crystal terbuka, kemudian batu-batu itu bersinar dan bergerak membentuk lingkaran dan menampilkan sebuah pemandangan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Zamharias: The Tomb of GlazedWhere stories live. Discover now