Part 20

13K 527 22
                                    

Hello para readers and silent readers setiaku..

Semoga part ini nggak busuk-busuk amat deh ya..

Happy reading~

_

_

_

Jeniva's POV

Aku kaget.. Tidak, lebih tepatnya aku kagum. Ini pasti mimpi seorang Jeniva Anggreni bisa mengagumi seseorang. Dan orang yang aku kagumi tak lain adalah Rachel.
Ya, Rachel gadis yang dulu sangat aku benci dan sangat ingin aku singkirkan dari hidup Alex, kini aku kagum pada gadis itu.
Bagaimana tidak kagum, dirinya bagaikan malaikat yang menjelma menjadi seorang gadis cantik.
Mengingat dulu aku menyakitinya, menghancurkan perasaannya hingga sedemikian rupa, sampai ia memutuskan untuk benar-benar pergi dari hidup Alex.
Betapa tergores hati dan harga dirinya saat ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri, aku dan Alex bercumbu diatas ranjang.

Namun dengan mudahnya, ia memaafkanku. Tanpa keluar sepatah kata yang menyakitkan seperti dulu, tanpa harus berteriak padaku, tanpa harus bersikap kasar padaku.
Hanya saja untuk mendapatkan maaf darinya, aku harus meminjamkan Parker kepadanya.
Aku tidak habis pikir dengan ide gila yang dibuatnya.

Dan disinilah aku sekarang, di Indonesia.
Lebih tepatnya di perusahaan Fransiscus Group, aku sedang berada didalam lift menuju lantai 21.

Ting

Pintu lift terbuka, aku langsung melangkah keluar.
Dilantai ini hanya ada satu ruangan, yaitu ruangan khusus CEO.
Lagi-lagi ingatan tentang kejadian dulu berputar-putar diotakku.
Bagaimana menjijikannya dulu perbuatanku hingga menyakati orang-orang terdekatku termasuk diriku sendiri.
Aku membuat Alex seperti mayat hidup dan aku menghancurkan perasaan Radit hingga berkeping-keping.

Tok tok tok

Aku mengetuk pintu ruangan Alex.
Sejak Rachel pergi, Alex tidak lagi mempunyai sekretaris.

"Masuk." sahut Alex dari dalam ruangangannya.

Kupegang knop pintu dan memutarnya perlahan.
Dengan sedikit gematar aku melangkah memasuki ruangan Alex.
Aura dingin dan kesedihan langsung menyeruak masuk ketubuhku.
Ruangan ini berubah menjadi dingin dan dipenuhi kesedihan sejak Rachel pergi.
Aku merutuki diriku sendiri, karena aku lah semuanya menjadi seperti ini.

Alex masih sibuk dengan laptopnya hingga tidak menyadari kedatanganku.

"Ada perlu apa kamu kesini?" tanyanya dingin.

Aku melangkah menuju meja kerjanya dan meletakan sebuah recorder kecil tepat diatas keyboard laptopnya.

"Apa ini?" tanyanya sambil menyingkirkan recorder itu dari keyboard laptopnya.

Aku menaikan bahuku, "Bukti.." jawabku acuh.

Alex mengerutkan keningnya sambil memandangi recorder kecil itu, "Bukti? Bukti apa?" tanyanya bingung. Sepertinya Alex lupa dengan syarat yang ia berikan padaku.

"Rachel.." jawabku singkat namun bermakna.

Lihat saja betapa bermaknanya nama itu, dalam sekejap Alex langsung menatapku tajam. Sampai rasanya tatapan tajamnya itu sedang mengulitiku.

"Kamu sudah menemukan keberandaannya?"

"Hmm.. Ya.." gumamku.

"Dimana dia berada?"

"Aku tidak akan memberitahumu."

"Jeni, apa kamu lupa dengan syaratku?" tanyanya dengan nada penuh intimidasi.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang