Part 9

14.7K 499 9
                                    

Rachel's POV

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam dengan kereta dari kota Milan, akhirnya aku dan Alex tiba di kota Venice.

Alex tertidur dikereta selama perjalanan dari Milan menuju Venice. Bahkan saat kereta telah berhenti pun Alex masih tertidur.
Sepertinya dia kelelahan, hampir sebulan ini dia bekerja sampai larut malam.
Setiap hari dia tidak pernah lepas dari laptopnya. Bahkan saat dikantor pun dia sampai lupa makan siang kalau aku tidak mengingatkannya dan memaksanya makan bersamaku.

Kalau aku tidak memaksanya makan bersamaku, kupastikan dia tidak akan makan. Karena setelah makan pun dia kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Alex memang profesional saat bekerja, dia tidak membawa status kami sebagai suami istri. Dia memperlakukanku sama seperti dia memperlakukan karyawan lainnya, itu lebih baik. Dengan begitu tidak akan timbul rasa iri pada karyawan lain.

Aku mengguncangkan pelan tubuh Alex. "Alex, bangun. Kita sudah sampai."

"Hmm, 5 menit lagi." gumamnya.

"Alex, bangun. Kita sudah sampai di Venice. Ayo kita turun." aku mengguncangkan tubuhnya sedikit agak keras.

Alex perlahan membuka matanya. Mata sayup itu menatapku. "Kita sudah sampai?"

"Iya, ayo kita turun kalau tidak mau ikut terbawa kereta ini kembali ke Milan."

Alex melihat sekeliling yang sudah tidak ada orang, hanya tinggal kami berdua.
"Kemana orang-orang?" Alex melontarkan pertanyaan bodoh.

Aku mendengus geli lalu bangkit mengambil koper. "Mereka sudah turunlah. Kamu menunggu apa lagi? Tidak mau turun?" ucapku sambil berjalan keluar kereta.

Alex pun bangkit dan mengikuti langkahku.
Kami sudah menginjakkan kaki di stasiun Venice. Stasiunnya cukup bagus, walaupun tidak sebesar stasiun Milan.
Saat keluar stasiun, kami disambut dengan pemandangan indah kota Venice.
Anehnya, disini tidak ada kendaraan satupun. Semua orang menggunakan perahu sebagai alat transportasi.
Ya, memang wajar saja kalau tidak ada kendaraan. Karena tidak akan muat masuk ke gang-gang sempit disini.

"Al, kita naik perahu?"

"Tidak, kita jalan kaki." jawabnya begitu santai.

"Aku tidak sedang bercanda, Alex."

"Aku juga tidak sedang bercanda, Rachel."

Aku mengerutkan keningku.

"Rumah Grandma tidak jauh dari sini, jadi kita tidak perlu naik gondola."

"Gondola?"

"Iya, gondola. Orang Venice menyebut perahu dengan sebutan gondola. Gondola adalah perahu tradisional Italy yang sangat diminati para turis."

"Lagi pula berjalan kaki lebih menyenangkan." sambung Alex.

Aku hanya bisa ber-oh sambil mengangguk. Maklum saja, ini pertama kali aku ke Venice.

Memang benar yang Alex katakan, berjalan kaki lebih menyenangkan. Aku bisa menikmati pemandangan disekitarku dengan santai. Dan sangat menarik ketika kami melalui gang-gang sempit menuju rumah granda.
Setelah sekitar 15 menit berjalan kaki, akhirnya kami berhenti disebuah rumah kuno yang sangat besar.
Alex menekan tombol bel, dan tidak lama kemudian pintu pun terbuka.

"Kak Alex.." teriak seorang gadis dan langsung memeluk Alex.

Mataku mebelalak saat melihat gadis itu dengan lancang memeluk suamiku. Panas sekali rasanya melihat pemandangan dihadapanku saat ini.
Yang membuatku semakin panas adalah Alex balas memeluk gadis itu lalu mencium puncak kepala gadis itu.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang