ᶠᵒʳᵗʸ ᵗʷᵒ

38 24 0
                                    

✎✎✎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✎✎✎

"kangen bangettt sama Ayaahh" setelah sekian lama Hani akhirnya bisa memeluk sang Ayah dengan erat, ia benar benar merindukan Ayah nya itu terlebih lagi semenjak ia tidak tinggal bersama sang Ayah. sepulangnya Hani dari kampus ia tetap masih menyempatkan diri ke rumah nya yang dahulu sebab rasa rindu pada keluarga nya yang sudah tak terbendung.

"Nini manja sekali nak, kenapa ini kok tumben" ledek sang Ayah sembari mengusap usap kepala putri nya.

"kangen Ayah, kangen rumah jugaa, soalnya Hani kesepian banget"

"memang ga pernah ngobrol sama Arjun?"

"ngobrol, tapi kadang kadang. Hani kangen suasana rumah yang ramai, pengen ngobrol banyak sama Ayah lagii aja"

"Ayah sibuk kerja, sering nya harus keluar kota jadi jarang pulang, kalau pengen ngobrol kan bisa telfon Ayah aja" ujar sang Ayah.

"takut gangguu"

"tidak nak, itu Ara sama Harel suka curhat curhat ke Ayah"

"IH JADI PADA SERING VC AN?! KOK DI GRUP KELUARGA GAADA?"

"ngomong tuh pelan pelan Nini, untung Ayah ga jantungan" Hani tersenyum menampakan deretan gigi nya.

"tidak videocall juga, kan Ara sama Harel kalo telfon Ayah sendiri sendiri ga barengan" lanjut sang Ayah.

"waktu aku chat Ayah di whatsapp kenapa jarang di bales"

"Ara dengan Harel telfon biasa anakku bukan di whatsapp, Ayah juga pasti jarang balas pesan Nini karena sibuk balas pesan klien sama orang orang kantor" Hani mengangguk mempoutkan bibirnya.

"jujur aja Hani minta duit itu, udah dari lama dia bolak balik ke rumah tapi Ayah gaada" ejek Hara.

"diem lo kuda gembrot, minta duit minta duit, gigi lo kuning noh sikat dulu" balas Hani menendang pelan kaki Hara yang berada di depan nya.

"bangsat lo" Hara membuang kulit kacang yang telah ia hisap di dalam mulutnya pada kembarnya itu.

"JOROK IH, DI DEPAN GUE ADA VAS KACA LOH MAU GUE LEMPARIN PAKE INI?!" teriak Hani ancang ancang mengambil sebuah vas kaca yang berada di atas meja berniat melempar benda tersebut pada Hara.

"hehh sudah sudah, Ara kata kata nya tidak boleh kasar begitu mau mulut nya di cabein?!" ucap sang Ayah sambil terus menarik Hani yang mencoba menyerang Hara balik.

"ini juga yang satu bicara lempar lempar, mau jadi preman?!"

"Hara duluan main buang bekas makanan nya"

"makanya jangan ngatain gigi gue kuning, hidung lo tuh ingusan"

"mulut lo bau azab"

"daripada muka lo, kayak monyet"

"ngaca, muka lo lebih parah"

"pemalas"

"sejak kapan? soktau"

"kan emang lo pemalas"

sementara sang Ayah yang mendengar kedua putri nya tidak habis saling bersaut sautan hanya bisa memijat kepala pening sambil lanjut menikmati kopi menonton Hara dan Hani yang masih terus adu bicara.

"BERISIKK" gertak Harel yang sedang belajar, ia sangat terganggu oleh kericuhan yang di perbuat kedua kakak nya, bahkan sedari dulu pertengkaran kedua kakak nya itu tidak terlepas dari hal hal kecil. Hani dan Hara memang sering sekali membesarkan besarkan masalah.

"galak amat" ucap Hani dan Hara bersamaan.

"eh sekarang sama Arjun di rumah gimana kabarnya nak" tanya sang Ayah pada Hani.

"hah? eumm gitu deh, baik baik aja, niyormaall" jawab Hani.

"kalian berdua ga berantem kayak biasanya kamu sama Hara kan?"

"ih engga lah Ayah, Hani mah kalem kalem wae di rumah ga banyak gaya," sang Ayah tertawa pelan mendengar jawaban Hani.

"lagian Arjun sama urusan nya sendiri, Hani juga sama urusan sendiri jadi ga berantem berantem an"

"eh bentar, itu tangan lo kenapa kak? ada garis panjang begitu, luka?" sahut Harel tiba tiba yang membuat sang Ayah bersamaan dengan Hara spontan melihat ke arah tangan Hani.

"ohh ini ga sengaja kena pisau pas mau masak"

"lain kali hati hati, ini tanganmu luka nya kayak dalam begini, masak apa sih kamu?" sang Ayah memegang tangan putri nya itu dan memerhatikan nya lebih dekat lagi.

"hehe mau motong Ayam tapi kebanyakan ngomong ga fokus di Ayamnya" bohong Hani.

"harusnya suami lo yang bertugas motong motong begitu, iya kan Harel?" ujar Hara yang langsung di angguki oleh adik bungsu nya.

"iya emang, tapi gue nya gamau lagian waktu masih di sini udah terbiasa"

"jadi ini tangan Nini masih sakit tidak?"

"udah engga kok Ayah, Arjun juga udah bantu ngobatin tangan Hani"

"ciiiieeeeeee, benih benih cinta langsung tumbuh kayak di sinetron sinetron ga?" kelakar Hara.

"siapa tau memang begitu, sudah beberapa bulan juga Nini sama Arjun kan bisa saja jadi saling suka" timpal sang Ayah.

"ihh sembarangan, Arjun kan udah punya pac-" Hani langsung menghentikan ucapan nya menyadari bahwa hampir saja ia keceplosan mengatakan yang sebenarnya.

"punya apa? pacar?" tanya Harel.

"bukann, maksud gue tuh mana mungkin benih benih cinta alay kali ah" sanggah Hani.

"Nini?" panggil sang Ayah.

"iya?"

"Arjun sudah punya pacar?" tanya sang Ayah memastikan.

"enggaaa, aku salah ngomong tadii"

"ohh begitu, tapi kalau ada apa apa beritahu Ayah saja ya, kalau misal ada yang mengganjal di hati Nini silahkan cerita ke Ayah jangan di pendam pendam" tutur sang Ayah.

"kalau Arjun jahat sama Nini kasitau Ayah, biar Ayah yang kasih dia pelajaran"

"Ayah tidak mau urus rumah tangga kalian tapi kalau Nini sampai kenapa kenapa Ayah tetap tidak suka"

"santai aja Ayah, Arjun baik kok sama aku, dia orangnya random gitu kadang aku nya terhibur malah"

"yasudah kalau begitu baguslah"

sedangkan di saat yang sama Harel justru mengerutkan keningnya, anak bungsu dari tiga bersaudara itu justru merasa ada yang aneh pada Hani.

apakah kakaknya itu sedang memiliki masalah?.

✐✐✐

unconsidered ⚊ jihoon treasureWhere stories live. Discover now