17

2.4K 266 115
                                    

happy reading

⏳️⌛️⏳️

Kelopak matanya berayun pelan, perlahan terbuka untuk tampilkan iris birunya yang bersembunyi. Matanya mengerjap, berusaha untuk menyesuaikan jumlah sinar cahaya yang menyelinap masuk.

"Morning."

Hazel dongakkan kepalanya, tersenyum kala mendengar suara serak milik pria bersurai kelam yang kini lengannya menjadi bantal bagi kepala milik si pria kecil.

"Morning. Tidurnya nyenyak kan?" tanya Hazel sambil menarik naik selimut untuk tutupi tubuh bagian atasnya yang tidak kenakan apapun.

"Hm, thanks to you." Jawab Benjamin sambil tersenyum. Bibirnya lalu mengecup singkat kening milik pria yang bersurai terang.

Hazel tak sanggup untuk menahan agar kedua sudut bibirnya tidak tertarik ke atas untuk membentuk senyuman. Jadi yang ia lakukan adalah menyelinap, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Benjamin agar pria tersebut tidak melihat wajahnya yang mulai memerah.

"Loh, kenapa? Masih ngantuk ya?" tanya Benjamin yang heran dengan pergerakan tiba-tiba Hazel.

"Hngg, ga ngantuk. Mau begini aja dulu."

Benjamin kulum bibirnya untuk tahan senyuman, merasa gemas kepada pemilik surai terang yang kini mengeratkan dekapannya.

"Ben..."

"Iya?"

"Can I get a kiss?" cicit yang lebih kecil dengan sangat pelan hingga rasanya pria yang miliki surai kelam itu nyaris tak mendengar suaranya.

"Huh, you want a morning kiss?"

Rasanya Hazel ingin mengubur dirinya dalam-dalam saat mendengar kekehan suara serak milik Benjamin. Kepalanya kemudian di bingkai oleh dua telapak tangan besar dan dibawa untuk menatap wajah rupawan milik pria yang lebih besar.

"How am I supposed to kiss you if you bury your head on my chest, Doll?" tanya Benjamin dengan lembut, ibu jarinya mengusap pipi Hazel yang mulai menggembul dan menatap manik kesukaannya itu.

"Pretty, prettiest doll."

Mungkin jika ini merupakan sebuah film animasi, Hazel akan digambarkan sebagai karakter yang tengah meledak karena kini pipinya memerah padam setelah dengar ucapan dari yang lebih besar.

Persetan dengan rasa malunya, Hazel bergerak maju. Ambil satu langkah lebih dulu untuk memagut bibir milik Benjamin dengan ranum tebalnya.

"Hngg, Ben, don't you ever stop calling me pretty." ucap Hazel saat tautan keduanya terputus karena yang lebih kecil sudah merasakan kehabisan oksigen.

Ibu jari milik pria bersurai kelam sapu ranum bawah tebal milik Hazel yang mengkilat, "You like it when I call you pretty?"

Hazel tidak menjawab melainkan mengalungkan lengannya di leher Benjamin dan kembali membawa pria itu untuk saling melumat ranumnya.

"Hnggg."

Bibir bawah Hazel digigit pelan, buat sang empunya melenguh dan beri ruang agar Benjamin bisa selipkan lidahnya dan mengajak milik Hazel untuk saling membelit didalam rongga mulut pria kecil itu.

"Ahhh, hnggg, gelihhh." Hazel panglingkan wajahnya, mendongak saat Benjamin mulai kecupi basah kulit lehernya dan gigit kecil lalu tinggalkan jejak.

Pria yang miliki surai pirang melengkungkan tubuhnya kini noktah pink yang mengeras di dadanya dikulum oleh mulut hangat Benjamin. Matanya terpejam, Hazel sembunyikan manik birunya selagi tangannya meremat surai kelam milik pria yang asik mempermainkan nipplesnya.

Powerless | SungjakeWhere stories live. Discover now