Prolog

3.9K 381 121
                                    

(a.n) mohon dibaca pas malam hari ya atau setidaknya pas lagi ga puasa, thanks for your attention!! yang puasa balik dulu hushhhh👋

warning‼️
this story contains mature content and rated scene, so please beware and read on your own risk.

happy reading

⏳️⌛️⏳️

Pendingin ruangan yang sudah berada pada suhu terendahnya tampaknya tak membuat dua anak manusia yang kini tengah mengejar kenikmatan duniawi kedinginan.

Anehnya yang dirasakan adalah panas, peluh pria yang dikukung oleh badan yang lebih besar membasahi pelipisnya, buat surai terang milik tubuh yang kini terbaring pasrah diatas ranjang kepemilikan yang lebih dominan lepek.

Lentik bulu matanya berayun seiring ia mengerjapkan manik biru sayunya dengan lambat, ranumnya terbuka, melenguhkan kalimat desahan setiap titik sensitifnya ditumbuk oleh pemilik lengan kekar yang kini melingkari pinggangnya.

"H-hah, it's too much," gelengan kepala Hazel berikan sambil pejamkan mata. Pahanya bergetar saat rasakan ia akan mencapai pelepasannya.

"Is it good?" tanya pria yang masih menumbuk titik sensitifnya sambil menarik tubuhnya mendekat agar penyatuan mereka terasa makin dalam.

Hazel tak menjawab, ia buka mata sayunya, manik birunya menatap pria yang kini juga menatapnya intens dengan manik geram seraya ranum tipis pria itu keluarkan geraman.

"I asked you, is it good?" tanyanya sekali lagi sambil mengeluarkan kejantanannya dari Hazel's hole, leaving the tip, dan kemudian ia memasukkannya lagi dengan sekali hentakan hingga buat Hazel melengkungkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya ke belakang.

Hazel capai pelepasannya yang kesekian kali, kakinya terkulai lemah yang langsung di tahan oleh tangan besar Benjamin.

"You wont use your pretty mouth to answer my question, Doll?"

Benjamin terkekeh kala melihat pria cantik dibawah kukungannya tak sanggup menjawab pertanyaan dan hanya bisa mengeluarkan desahan-desahan lewat ranum indahnya.

"God, ah, Ben, it's too deep," ucap Hazel susah payah disela desahannya yang tak tertahan kala lagi-lagi tubuhnya terhentak karena penyatuannya dengan Benjamin.

Kristal bening yang tergenang dimanik indahnya luruh because it's feel too much for him. Hazel terbatuk kala ia tersedak oleh air liurnya sendiri. Benjamin kemudian mengusap air matanya dan mengecup maniknya yang ia pejamkan sebelumnya.

"Breath, Doll."

Hazel kemudian atur nafasnya, buka matanya yang terpejam lalu dapati Benjamin yang tersenyum menatapnya.

"Are you okay? Should we stop here?" tanya Benjamin sambil menghentikan pergerakannya.

Hazel menggelengkan kepalanya, Benjamin belum raih pelepasannya. Hazel tak mau hanya dia saja yang dapat pelepasannya.

Benjamin tersenyum miring, "Then, can you ride me? I want to see your pretty messy face."

Hazel hanya mengangguk, biarkan pria yang lebih besar memanuver tubuh kecilnya, membuat dirinya kini terduduk di atas paha pria yang kini menatapnya dalam.

Hazel mengangkat sedikit pinggulnya. Jari jemari lentiknya yang gemetar ia bawa untuk menggenggam kejantanan yang terasa besar ditangannya, kemudian ia tuntun benda tumpul itu untuk memasuki lubangnya secara perlahan sembari ia turunkan tubuhnya.

Powerless | SungjakeWhere stories live. Discover now