18

240 3 0
                                    

Bagai menemukan oasis di tengah gurun. Kai mengulas senyum lega saat melihat sang kekasih keluar dari kamar.

Itu dia

Sabana yang penuh bunga dandelion itu porak poranda. Seperti baru saja dihampiri angin kencang yang membuyarkan setiap mahkota bunga. Tapi sabana itu tetap cantik karena mahkota bunga yang berpisah dengan kelopaknya berterbangan memenuhi udara.

Semua harus selesai kali ini

Tiba tiba langkah sang kekasih terhenti. Netranya terkunci pada sosok sang sepupu yang tengah duduk disampingnya.

"Kamu? Ngapain kamu disini ha?"
Sapaan itu terdengar sama sekali tidak bersahabat. Ahh bahkan sapaan itu diiringi dengan tatapan nyalang seolah bertemu dengan musuh bebuyutan.

Kai mengangkat kedua alisnya disertai rahang yang sedikit terbuka.

Dia mengalihkan kedua netranya kepada Jenny. Dia masih mengingat jelas bagaimana raut dan sorot mata gadis itu  dipenuhi dengan rasa bersalah sebelumnya. Tapi semua itu tak dijumpainya lagi kali ini.

Siapa oh bukan tapi kenapa kamu datang dengan gadis ini kerumahku?

Kira kira seperti itulah Kai menterjemahkan tatapan Lily yang beralih padanya.

Kai memandang bolak balik antara Lily dan Jenny.

Apakah mereka sudah saling mengenal?

Jika jawabannya adalah iya sepertinya perkenalan mereka dimulai dengan buruk sehingga membawa suasana mesosfer ke dalam ruangan ini.

"Sayang ini Jenny adik sepupuku." Kai  menghampiri Lily yang berdiri dengan kedua tangan yang disilangkan di dada.

"Tolong dengerin penjelasan kita kali ini ok!"

"Apa?" Jawab Lily dengan exspresi terkejut.

"Gadis gila yang gak ngerti sopan ini adik kakak?" Lanjutnya dengan ekspresi tak percaya.

"Apa? Gila?" Kai menoleh ke arah Jenny berharap dia bisa menjelaskan situasi yang tak dia mengerti. Tapi gadis itu hanya diam dengan wajah datarnya.

Kai merasakan suhu dalam ruangan ini perlahan memanas seiring dengan diamnya ke dua gadis yang sedang bersamanya. Dingin yang di bawa lebatnya hujan tak mampu memembus celah celah diantara mereka. Ke dua gadis itu saling meluncurkan senjata melalui netra masing masing.

Sepertinya keberadaan mereka bertiga disini sedikit menyimpang dari tujuan awal. Sederhana saja, dia meminta bantuan Jenny untuk menjelaskan kepada Lily tentang tragedi bra hitam. Tapi rencana itu terkubur oleh permasalahan yang mungkin belum selesai.

"Kalian sudah saling kenal?"

Kapan? Dimana? Bagaimana bisa sang kekasih bermasalah dengan adik sepupunya dengan waktu yang sesingkat itu.

Layaknya berdiri di tengah ring diantara dua orang wanita. Karena dia tak memiliki peluit duel akan dimulai kapan saja tanpa aba aba. Waktu seakan melambat sebagaimana otaknya yang tak bisa mencerna situasi di hadapanya dengan cepat.

"Sayang?"

"Ahh karena dia adikmu kakak harus mengambil tanggung jawab untuk mengajarinya sopan santun mulai sekarang! Haruskah dimulai untuk memintanya meminta maaf atas kelakuanya sebelumnya?"

Kai menatap wajah datar Jenny, sepersekian detik dia bisa melihat seringai halus yang terbentuk di bibir merahnya.

"Jenn?" Kai menaruh semua pertanyaannya yang membutuhkan jawaban dalam panggilan namanya.

Jenny mengambil nafas panjang dan menghembuskanya dengan cepat.

"Aku minta maaf karena menciptakan kesalahpahaman di antara kamu dan bang Kai. Aku hanya takut untuk kembali tidur di kamarku sendirian setelah menonton film horor. Dan hal yang paling buruk adalah  aku tidak bisa tidur saat bra masih menempel di dadaku. Maafkan aku yang pelupa karena meninggalkan benda itu saat aku kembali ke kamarku di pagi hari. Maafkan aku untuk itu."

TERJERAT PESONA SAUDARAWhere stories live. Discover now