3

874 6 0
                                    

"Gimana Jen? abang kamu udah bangun?" Joana bertanya sembari merapikan Lauk pauk di atas meja makan. Dia meminta Keponakanya itu untuk membangunkan Kaisar.

"Ehmm maaf tante, aku ketuk ketuk pintunya tapi gak ada jawaban." Jawab Jenny yang yang baru saja turun dari lantai atas.

Joana menghentikan aktifitasnya lalu menghembuskan nafas kasar "Kebiasaan ni Kai, Ya gitu Jen abang kamu, setiap mau makan malam pasti molor dulu. Masuk aja Jen lalu pencet hidungnya biar abang kamu bangun."Arin melangkah menuju dapur untuk memgambil makanan lainya.

"Ta tapi tante, apa gak pa pa? Nanti kalau abang Kai marah gimana?" Jenny mengekor di belakang Arin.

"Gpp Jenny  biar kalian akrab, biar gak kaku sama saudara sendiri. Nanti kalau Kai marah biar tante yang kasih pelajaran. Ok?"

Jenny mengangguk sembari tersenyum kecil lalu dengan berat melangkahkan kaki kembali ke lantai atas. Sebenarnya Jenny enggan dengan perintah tantenya itu, dia bahkan belum tau seperti apa abang sepupunya. Tapi dia segan untuk menolak. Jenny kembali mengetuk ketuk pintu sambil memanggil Kai dan hasilnya sama seperti sebelumnya. Dia memegang handle hati hati sembari mengatur nafas.

"Apa gakpapa kalau aku masuk?" Pelan pelan dia memutar handle pintu, lalu perlahan masuk ke dalam. Netranya memindai setiap sudut kamar yang lumayan luas itu. Penerangan temaram di padu dengan suhu dingin Ac memanglah suasana yang tepat untuk bersembunyi di bawah selimut. Di tambah dengan Aroma entah apa tapi Jenny menyukainya.

Dia mendekati ranjang dimana orang yang dia cari tengah tidur membelakanginya. Jenny mengambil nafas panjang dan mengeluarkanya perlahan "Bang.. bang.. ?" Panggil Jenny pelan "Abang?" Jenny sedikit menaikkan volume suaranya tapi sosok di depanya tetap bergeming. Dia membungkukkan badan lalu menggoyang goyang lengan Kai yang tertutup selimut. "Bang waktunya makan malam bang!"

Kai menggeliat pelan lalu membalikkan badan menghadap Jenny dengan mata yang masih tertutup. Redupnya cahaya lampu tak mampu menutupi ketampanan seorang Kaisar.

Jenny tertegun sejenak, terombang ambing antara rasa kagum, canggung dan malu. "Abang.. waktunya makan malam bang, bangun!" Jenny menepuk nepuk bahu Kai berharap dia segera membuka mata. Tapi hal selanjutnya yang terjadi malah di kuar expektasi, Kai menarik tangan Jenny ke ranjang.

"Astaga bang!" Jenny yang tak siap akhirnya jatuh di samping kakak sepupunya itu.

"Nanti dulu ya sayang." Gumam Kai yang masih memejamkan mata. Dia meraih tubuh Jenny lalu memeluknya erat.

"Astaga abang apa apaan sih!" Jenny memukul mukul lengan Kai, mencoba lepas dari dekapannya. Tapi Kai malah semakit memeluknya erat.

"Baaang lepasin!" Jenny meronta ronta di dekapan Kai.

Perlahan Kai membuka mata, saat nyawa telah terkumpul semua Kai segera melepaskan pelukanya. Dia segera bangkit bersandar pada headboard sembari memindai wanita yang ada di hadapanya. Begitupun Jenny dia segera turun dari ranjang dan menjauh dari Kai. Apa jadinya kalau sampai tante dan omnya sampai melihat kejadian menggelikan tadi.

"Siapa kamu?" Tanya Kai dengan suara yang terdengar serak.

Melihat Kai yang telanjang dada Jenny membuang muka ke samping "Bang makan malam sudah siap." Lalu segera melangkah keluar.

Kai masih memandang pintu dimana Jenny berlalu. Pencahayaan yang kurang serta mata yang belum 100% terbuka membuatnya tak dapat melihat dengan jelas siapa yang membangunkanya tadi.  Kai segera bangkit menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan mengenakan atasan lalu segera turun ke bawah.

Joana dan Albert sudah duduk di kursi masing masing. Makanan laut  mendominasi meja makan malam ini, kepiting, oyster, abalon, kerang juga udang. Semuanya melambai lambai untuk segera dimasukkan ke dalam mulut.

"Waaahh." Kai segera menarik kursi dan mengambil piring.

"Eh eh tunggu." Joana menghentikan Kai yang akan memindahkan semua hidangan ke piringnya.

Kai memandang Joana sembari menghembuskan nafas kasar

"Apa lagi sih ma?"

"Tunggu Jenny dulu."

Jenny? Tiba tiba Kai teringat dengan sosok yang membangunkanya tadi. Mungkinkah gadis itu? Lancang sekali dia main masuk ke kamar orang.

"Jen, ayuk makan sayang."

"Iya tan sebentar." Jenny berjalan pelan dengan teko air putih di tangan.

Expresi dingim Kai perlahan menghangat saat melihat Jenny keluar dari dapur. Apalagi saat netra mereka saling bertemu.

"Hai bang, maaf ya tadi udah lancang masuk ke kamar abang." Sapa Jenny diiringi dengan senyuman manisnya

"Mamma yang suruh." Sergah Joana sembari mengambilkan nasi untuk sang suami.

"Ow... gpp dek, mari makan."

Jenny menuangkan air putih untuk ketiga orang yang makan bersamanya  lalu duduk di samping Joana.

"Makasih ya Jen, makan yang banyak ya! Anggap kaya di rumah sendiri!"

"Terimakasih tante."

Dalam diam Kai tengah mengagumi adik sepupunya itu. Jenny telah menjelma menjadi wanita cantik dengan dua lesung pipit di pipi. Sepertinya lesung pipit memang warisan turun temurun dalam keluarganya. Tubuh ideal dengan kulit yang putih bersih. Berbeda jauh dengan yang pernah dilihatnya di dokumentasi album keluarga. Jenny yang mungkin saat itu masih berumur 10 tahunan, dia sangat gendut dan juga dekil. Apakah benar yang dihadapanya sekarang Jenny anak dari om Steven keponakan dari papanya?

"Kai yang baik ya kamu sama Jenny, kasian dia disini gak ada saudara selain kita, Aroon baru akan nyusul setelah pekerjaan yang di sana bisa ditinggal."

Kai menjawab dengan sebuah anggukan tanpa memandang Joana

Aroon? Siapa lagi tu?

"Ke kampusnya bareng abang kamu aja Jen, kalian satu arah kan Kai?"

Kai tak menjawab, pria itu sibuk dengan pemikiran dan makanan dalam piringnya, sampai saat Joana meninggikan volume suara barulah Kai merespon.

"Iya, apa ma?"

Joana mendengus kesal "Jangan heran ya Jenny.. abang kamu memang selalu gitu, orangnya disini fikiranya ada di pertigaan depan sana."

Jenny tersenyum sambil melirik Kai. Hari ini adalah kali pertama mereka bertatap muka. Tampang dinginnya membuat Jenny ragu, apakah mereka bisa dekat layaknya seorang saudara. Jenny mengambil abalon kemudian meletakkan di piring Kai. "Ini enak banget bang, cobain deh!"

Kai mengarahkan netranya ke Jenny sembari tersenyum "Makasih ya dek."

lalu menyuapkan abalon ke mulutnya.

"Tante, om mau juga?"

"Gak usah Jen, nanti om tante ambil sendiri ya." jawab Joana dan diikuti senyuman oleh Albert.

Makan malam hari ini adalah makan malam yang spesial buat Jenny. Bukan soal menu, setiap hari dia bisa makan makanan apapun yang dia inginkan tapi karena dia bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga setelah sekian lama  sendirian setiap kali berada di meja makan.

Tak banyak interaksi antar Kai dan Jenny malam itu, hanya sesekali Kai yang terlihat mencuri pandang ke arah Jenny. Sedangkan Joana dan Albert saling bergantian mengajukan pertanyaan.

TERJERAT PESONA SAUDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang