•KN: Di nuovo a scuola•

9.3K 957 53
                                    


Happy reading ᥫ᭡



🐻‍❄️🤍🐻‍❄️

Jam masih menunjukkan pukul 04:30, dimana suasana Mansion masih benar-benar sepi. Mungkin hanya para maid yang tengah sibuk berkutat di dapur guna menyiapkan sarapan pagi.

Namun, sosok bocah gembul itu sudah bangun sedari tadi. Bahkan sudah rapi dengan balutan seragam biru putih yang melekat apik pada tubuh mungilnya.

Dengan celotehan kecil, kaki kecil yang berbalut kaos kaki putih hitam itu melangkah dengan mengendap-endap menuju kamar sang papa yang tepat berada di samping kamarnya.

Tangan berlemak nya meraih kenop pintu putih dengan perlahan. Terlihatlah kamar papanya yang tampak remang-remang oleh cahaya lampu kamar.

Dengan cepat Nui segera naik ke atas tempat tidur papa nya. Mencoba membangunkan sang papa yang masih terjaga dari tidur pulas nya.

"Papa~......Wake up!" Nui menepuk-nepuk pelan pipi papa nya beberapa kali, namun tak ada respon dari ulahnya.

Nui tentu saja tak tinggal diam bocah itu mulai beraksi dengan tingkah jahilnya. Dimulai dari meniup-niup wajah papanya, menutup hidung, bahkan sampai mencoba membuka paksa mata papa nya Nui lakukan. Namun sayang papa nya benar-benar seperti babi pemalas.

Karena sudah kesal akan papa nya yang tidak kunjung merespon dirinya. Nui lantas berdiri di samping papa nya dan mulai meloncat-loncat dengan suara berisiknya. Membuat kasur empuk itu bergerak seirama naik turun dengan loncatnya.

"Bangun....bangun...bangun. Papa ayo bangun!!" Nui meloncat-loncat heboh sembari membangunkan papa nya. Mencoba agar tidur papa nya terganggu.

Dan detik berikutnya, tangan kecilnya ditarik paksa membuat tubuhnya langsung jatuh terduduk. Nui menerbitkan senyumannya begitu melihat wajah kuyu papa nya yang sudah terbangun namun dengan tatapan tajamnya.

Nui segera mendekat ke arah papa nya dan duduk di atas perut sang papa. Tidak perduli jika papa nya akan marah yang penting Nui berhasil membangunkan babi pemalas seperti papa nya ini.

"Bayi, kenapa wajah kamu kayak tepung gini?!" Nate berseru kaget saat melihat rupa anaknya. Muka bulat itu hampir semua dibaluri oleh bedak. Awalannya Nate sudah ingin marah, melihat bagaimana tingkah anaknya yang seperti monyet lepas. Tapi tidak jadi, Nate malah terkejut melihat  bagaimana bentukan muka anaknya yang seperti adonan kue ini.

"Nui tadi tap-tap bedak nya kayak gini? Emang kenapa sama muka Nui, papa?" Ucap Nui sembari memperagakan bagaimana cara dirinya mengaplikasikan bedak pada wajahnya.

Nate menggeleng kecil dengan suara kekehan nya. Mana muka anaknya polos banget waktu jelasin, Nate mana tega marahin nya.

Dengan telaten, Nate mencoba merapikan bedak pada wajah putranya. Kejadian ini mengingatnya pada memori 5 tahun yang lalu dimana putra bungsunya akan di dandani macam badut oleh mendiang sang istri sehabis mandi dengan begitu banyaknya bedak pada wajah putranya.

"Udah SMP kelas delapan juga, masa makai bedak masih nggak rapi gini. Mana mukanya jadi kayak adonan tepung gini, ini mah tinggal di oven dah jadi kue." Cibir Nate.

"Jangan ejek Nui dong! Papa ini berdosa banget sama Nui!" Kesalnya, enak aja dibilang kayak adonan tepung. Orang dia ganteng gini kok bentukannya.

"Kamu tuh yang berdosa sama papa. Mana ada bangunin papa nya hidung nya ditutup. Nui mau papa mati?"

Nui langsung menggeleng ribut, tangannya mengalung di leher papa nya.

"Nui nggak akan gitu-gitu lagi, maafin Nui papa." Wajah anaknya yang memelas layaknya seekor kucing yang minta dipungut itu membuat Nate kalah akan amarah.

KA'EO NUI Where stories live. Discover now