Enam Delapan Duabelas

817 58 11
                                    

halooo!!!!!

ketemu lagi.. heheh x_x

maafkan daku ya, cerita yang ono belum di update tapi udh ada cerita baru.

ini cuma one shoot kok

gara-gara kebanyakan dengerin 6,8,12 nya Brian McKnight nih. huehehehe

udah ah, semoga kalian suka ya.

jangan lupa dengerin lagunya di mulmed atau diyoutube juga bisa.

enjoy!

ps. jangan lupa tinggalin vomen, i love you :D

==================================================

Tere menyerusukkan smartphone-nya ke balik bantal. Air matanya berlinang membasahi pipi. Tangisan tanpa suara itu menyiratkan begitu banyak kepedihan. Sesekali ia memukul dadanya pelan berusaha menghilangkan sesak karena terikat rindu. Dia begitu merindu sosok itu, sosok yang mungkin tak pernah memikirkan dirinya lagi. Di dalam hati, Tere merutuki insomnia yang di deritanya sejak rasa sakit itu menyerang keseluruh tubuhnya beberapa bulan belakangan.

Alih-alih membuatnya tertidur, pilihan membuka instagram malah menambah luka di hatinya. Sosok itu dengan khidmat mengecup kening gadisnya. Dalam tangisnya Tere tersenyum miris. Sosok itu kini pasti tengah tertidur lelap dengan senyuman yang tercetak di wajahnya. Bahkan Tere mampu menggambarkan lengkungan yang akan membuat semua gadis meleleh menginginkan kecupan dari bibir tipis itu.

Berbanding terbalik dengan dirinya, di tengah malam yang dingin Tere masih terjaga sambil menangisi kepergian pria itu. Meratapi hari-harinya yang terasa hampa sejak orang itu pergi dari hidupnya, meninggalkan sejuta kenangan yang indah namun menggerus hati perlahan. Sejenak Tere menggunakan logikanya untuk berpikir. Pernahkan seseorang itu menangis sampai lelah dan tertidur akibat memori-memori tentang mereka berkelebat di kepala tanpa bisa dihentikan? Pernahkah laki-laki itu terbangun di pekatnya malam dan mencari keberadaan dirinya?

Tere hanya bisa mengerang terahan ketika rasa sakit itu kembali menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia segera memanjatkan doa-doa berusaha menghilangkan rasa sakit baik fisik maupun dalam batinnya.

~~~

Semilir angin dan debur ombak bergantian menyapa Tere yang tengah menekuk wajahnya kesal. Sosok itu tak juga muncul padahal lima belas menit telah berlalu. Bahkan matahari akan segera terbenam dalam beberapa menit lagi. Harapan gadis ini menyaksikan sunset nan romatis dengan kekasih tambatan hati semakin menipis. Tere beranjak dari duduknya, pasir-pasir yang menempel pada pakaiannya dia bersihkan seadanya. Kakinya mulai melangkah mendekati air. Namun, tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Tangan besar yang melingkari pinggangnya serta harum musk yang merangsang indra penciuman begitu di kenali Tere. Ia berdecak pelan dan berusaha menepis pelukan erat itu.

"Jadi gitu? Udah ga mau dipeluk-peluk sama aku lagi?"

"Apaan sih, Bas. Aku kesel sama kamu!"

Tawa laki-laki itu begitu renyah sampai di telinga Tere. Hembusan nafas Bas di lehernya membuat Tere merinding disko.

"Kesel kenapa sih, sayang?"

"Ya, kamu dari mana aja sih? Aku lumutan nungguinnya!"

Bas mengeratkan pelukannya, gemas melihat gadisnya mencebikkan bibir. Rasanya ingin sekali melumat bibir itu dan tak melepaskannya lagi.

"Aku kan tadi udah ijin ke toilet, ay. Gimana sih kamu?"

"Ya tapi masa ketoilet aja sampe lima belas menit sih? Oh, atau kamu make out lagi sama bule-bule yang bahkan make bra aja males?"

6 8 12Where stories live. Discover now