17

457 65 2
                                    




.


.



"Secepat ini?"

Jaehyun benar-benar merasa tidak rela melepas Taeyong secepat ini. Taeyong mendongak ke atas langit yang terlihat cerah di sekeliling pedang Damocles milik suaminya. Langit berwarna biru dan gumpalan awan membuat pola abstrak yang indah sebagai lukisan semesta yang tak berujung. Menampik kenyataan jika sebelumnya pulau ini dikelilingi oleh kabut tebal berwarna abu-abu sehingga menyebabkan pemandangan di sekelilingnya terlihat menyeramkan.

"Selama pedang Damocles mu ada, aku akan tetap berada di ingatan Zhong Chenle dan mengambil alih sebentar untuk melepas rindu dengan kalian. Sayang sekali Jeno dan Jaemin tidak ada di sini." kekeh Taeyong sendu. Ia menatap sang suami yang juga tertunduk sedih. "Kalau kau telah selesai dengan pengasinganmu, sampaikan salamku pada anak kembar kita."

Jaehyun mengangguk, "Baik."

Taeyong tersenyum puas dan kembali menatap wajah sang anak bungsu yang masih betah diam dengan netra setengah sadar.

"Jisungie, anak bungsuku yang paling manja, kau mungkin bertanya-tanya kenapa sejak pertama bertemu Chenle hingga saat ini kau merasakan kenyamanan saat berada di dekatnya, bukan?" tanya Taeyong sembari mengusap surai panjang Jisung yang menutupi setengah wajahnya. Ia melanjutkan walaupun tahu sang anak tidak bisa menjawab pertanyaannya, namun Taeyong tahu Jisung mendengarkannya.

"Itu karena Chenle adalah reinkarnasi ibu di zaman ini. Tidak dengan rupa, hanya reinkarnasi ingatan saja. Mungkin Chenle selama ini tidak pernah bercerita padamu kalau di beberapa kesempatan ibu mengunjungi mimpinya dan mengobrol santai dengannya. Ibu juga telah menceritakan banyak tentangmu, tentang keluarga kita. Chenle mendengarkan dengan baik tapi tak sampai terbawa ke dunia nyata. Ia memilih untuk menutup mulut dan telinganya tentang permasalahan rumit keluarga kita. Ibu menghargai keputusannya ini. Sampai pada peristiwa Chenle yang mengamuk dan berubah menjadi monster, ibu sempat hilang dari ingatan Chenle. Dan terlebih lagi kau menyegel ingatan Chenle, ibu jadi terkurung di kegelapan tanpa bisa naik kembali ke permukaan. Lalu berkat pedang Damocles yang ayahmu keluarkan, ibu jadi bisa kembali menghampiri Chenle, namun yang ibu dapati Chenle malah tak sadarkan diri karena ikatan slave dan master yang secara tidak langsung berefek pada kesadaran anak ini saat kau mengamuk dan melepas kekuatan besar. Namun begitu, ibu jadi leluasa mengendalikan pikiran Chenle dan bisa menemui ayahmu dan berbicara dengan kalian. Syukurlah.."

Taeyong tersenyum manis hingga mata milik Chenle menyipit membentuk garis kembar yang indah. Netra Jisung bergetar, ia mendengarkan semuanya. Ada berbagai rasa yang ia rasakan saat ini, namun yang paling mendominasi adalah kerinduan yang membuncah saat tahu di hadapannya adalah sang ibu yang sangat ia sayangi, mataharinya, hidupnya, penyemangatnya, dan alasan ia tetap bertahan di dunia ini.

Taeyong mengelus punggung tangan Jisung yang berusaha menggenggam tangannya yang kini beralih mengusap pipi tirus sang anak.

"Setelah Chenle benar-benar mengambil alih kesadarannya nanti, mungkin.. ibu benar-benar akan pergi dari ingatan anak ini. Jangan bersedih ya Jisungie sayang.."

Taeyong terkekeh pelan kala melihat Jisung menggeleng lemah sebagai respon ucapannya barusan.

"Jisungie mencintai Chenle, bukan? Jadi Chenle adalah Chenle, dan ibu tetaplah ibu. Ibu hanya ikut menumpang di ingatan Chenle sampai urusan ibu selesai, dan sekarang urusan ibu sudah selesai, waktunya ibu pergi."

Genggaman Jisung pada tangan mungilnya mengerat. Taeyong paham sang anak bungsu masih belum rela dirinya pergi. Ia menoleh untuk menatap pada wajah Jaehyun yang tengah menatap ke arah lain, seolah cuek, namun sebenarnya vampir itu sedang menyembunyikan raut sedihnya. Taeyong tersenyum dan kembali menatap sang anak.

I'm Yours, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now