O5

595 68 0
                                    

BULAN kelima semua berjalan dengan lancar. Hari yang Ricky kira berat justru terasa lebih ringan mungkin karena bantuan dari Gyuvin juga. Ricky sangat berterima kasih kepada pria menyebalkan itu meskipun suka membuat darahnya naik tapi dia adalah pria yang baik.

Ricky kini sedang duduk di kursi kelas. Dia sudah resmi menjadi mahasiswa setelah melewati beratnya hari-hari pengenalan lingkungan. Matanya mulai berat  karena semalam dia pergi ke tempat kerja hanya untuk memantau, pagi hari di sambung dengan kuliah.

"Eh, kamu anaknya founder Shenatic kan?"

Ricky menoleh menatap pelaku yang melontarkan pertanyaan tersebut. Dia tidak mengenal wajah ini, mungkin anak fakultas lain atau mungkin kakak tingkatnya.

Ricky mengangguk, "iya, kenapa ya?"

Perempuan berambut panjang itu menjentikkan jarinya.

"Pas banget. Kamu bisa jadi model gak?" Tanya perempuan itu dan tentu saja Ricky menggeleng. Meskipun perusahaan mereka bergerak di bidang fashion, dia tidak pernah sekalipun menjadi model. Dia sangat malu berdiri di depan banyak orang.

"Masa gak bisa? Padahal paras sama postur tubuhnya kayak model, mana punya brand terkenal lagi." Wanita itu menatap Ricky tidak percaya.

"Serius gak pernah, aku pemalu."

Wanita itu tersenyum.

"Gapapa kalo gak bisa. Acaranya masih sebulan lagi kok, masih punya banyak waktu buat persiapan dan latihan. Btw, kamu mau kan jadi model buat acara fashion week perdana kampus kita? Mayan loh duitnya, terus ini kan perdana. Hebat banget kalo kamu bisa tampil nanti."

Ricky hampir tersedak air liurnya. Maksudnya berjalan dengan gaya melewati banyak audience? Memperkenalkan diri saat pertama menginjakan kaki di kampus ini saja hampir membuatnya meninggal di tempat apalagi berjalan memamerkan outfit dan memperlihatkan ekspresi ke banyak orang?

"Terima aja, Ky. Bisa buat personal branding juga ke publik, ada benefit juga ketika orang nyari nama lu dan ngepoin brand punya lu." Ucap salah satu teman kelasnya yang ikut nimbrung setelah mendengar tawaran wanita tidak dikenal tadi.

"Aduh, gimana ya... aku takut ngecewain. Aku gak pandai jalan kayak model, aku kaku." Baru saja ditawarkan tapi tangan Ricky sudah gemetar.

"Ya udah, kamu pikirin dulu deh. Btw, ini kartu namaku ya? Nanti kalo kamu setuju langsung chat ke WA aku aja. Kalo boleh sampe rumah langsung kabarin ya kalo gak bisa, biar aku langsung nyari pengganti." Ucapnya sebelum melambaikan tangan dan pergi dari sana.

Salah satu teman kelas Ricky mulai mendekat dan ikut memperhatikan kartu nama tadi.

"Oh, ini panitianya ya? Btw, pikirin baik-baik, Ky. Gak semua orang beruntung kayak lu bisa kepilih. Satu fakultas satu orang aja, bahkan fakultas lain malah gak ada yang kepilih."

Ricky kembali berpikir. Mungkin setelah sampai di rumah nanti dia akan membicarakannya dengan Gyuvin.








Sesampai di rumah, Ricky benar-benar menceritakan semuanya ke Gyuvin. Dia sudah mempercayakan Gyuvin sebagai seksi solusi dalam hidupnya karena pria jangkung itu mudah mencari jalan tengah untuk setiap masalah dan pilihan yang Ricky alami.

"Saran dari gue sih mending lu terima aja tawarannya, Rick. Bener kata temen lu, buat personal branding itu lumayan. Semakin banyak yang kenal lu, privilage lu makin gede. Gue bilang ya, kalo udah semester tua masuk ke masa-masa skripsian tuh lu butuh banyak support. Lu butuh sok akrab sama orang biar ada keringanan."

Ricky mengangguk-anggukan kepalanya. Benar juga, Ricky harus memikirkan hal itu dari sekarang.

"Jadi gue chat aja ya cewe yang tadi?"

Gyuvin tersenyum lalu mengangguk.

Ricky langsung saja mengetikan beberapa kata dan mengirimkan teks tersebut ke nomor yang sudah dia simpan sejak tadi sebelum pulang ke rumah.

"Oke, udah gue terima. Gue udah gugup dari sekarang."

Gyuvin tersenyum lalu mengaitkan jari jemari Ricky dengan miliknya, dia juga mengelus punggung tangan Ricky. Apa yang dikatakan Ricky benar adanya, karena Gyuvin bisa merasakan banyak keringat yang keluar dari telapak tangan Ricky.

"Lu gak perlu takut, gue bakal support lu terus. Acaranya kapan? Biar nanti gue dateng langsung buat liat lu."

Ricky tersenyum dan balas menggenggam tangan Gyuvin.

"Bulan depan, kayaknya akhir bulan gitu. Btw, jangan datang dong, gue malu."

"Idih, padahal kalo sama gue malu-maluin."

Ricky hanya tersenyum tanpa melepas genggaman tangan mereka berdua. Tidak biasanya dia mau disentuh begini, namun dia merasa bahwa setiap hal yang Gyuvin lakukan justru membuatnya merasa aman dan nyaman.

Dia hanya akan menjaga hatinya agar tidak luluh dengan sikap Gyuvin. Dia tidak mau saat sudah waktunya untuk berpisah, dia malah jatuh cinta pada Gyuvin. Dia sendiri tau bahwa Gyuvin sebelumnya dekat dengan seseorang yang merupakan pilihan ibu Gyuvin.

Ricky harap delapan bulan segera berlalu.




















"Kamu gak ada niatan adopsi anak gitu? Mama pengen gendong cucu loh. Pergi arisan liat temen-temen Mama pada bawa cucu mereka. Kan bangga banget kalo bisa pamer cucu juga." Ucap Xiaoting tanpa menatap Ricky yang kini wajahnya sudah berubah menjadi masam.

Ricky kembali terjebak di situasi seperti ini, seharusnya dia tak pulang tadi. Kalau dia di rumah, mungkin sekarang dia sedang menonton film bersama Gyuvin.

"Nanti ya, Ma. Coba liat sekarang kan aku sibuk kuliah sambil kerja juga, Gyuvin juga kerja dan kuliah online. Mana sempat kita adopsi anak, nanti siapa yang jagain." Balas Ricky. Memang benar bukan? Dia tidak mau menelantarkan anak karena aktivitasnya yang padat. Apalagi kontrak nikahnya dengan Gyuvin tak lama lagi akan berakhir.

"Alasan kamu aja sih itu. Seharusnya kalo kamu sayang Mama, kamu gak takut rugi buat mempekerjakan babysitter."

Ricky mengeraskan rahangnya, dia heran dengan sikap ibunya yang akhir-akhir ini sangat bertentangan dengannya. Padahal sebelum dia menikah dengan Gyuvin, tidak pernah seperti itu.

"Nanti dipikirin lagi sama Gyuvin. Aku mau pulang dulu ya, Ma." Pamitnya.

Biasanya dia akan menyalami tangan ibunya, sekarang tidak lagi. Ibunya juga tidak mengeluarkan suara untuk mengajaknya bersalaman. Dia merasakan ada perubahan besar pada ibunya.

Setelah Ricky keluar melalui pintu utama, Xiaoting mengalihkan pandangannya dari majalah yang dia baca. Wanita itu menatap sedih kepergiaan Ricky. Dalam hatinya dia mengutuk dirinya sendiri yang terkesan jahat dengan menuntut segala sesuatu agar dikerjakan Ricky, tapi mau bagaimana lagi? Ini semua untuk kebaikan Ricky dan juga suaminya.

Xiaoting membuka galeri pada handphonenya lalu menatap satu foto yang sudah lama dia simpan.

"Maaf ya, Ricky. Mama lakuin ini semua demi kebaikan kamu, Mama gak mau kamu main-main apalagi ini tentang pernikahan."

Ya, itu adalah foto surat kontrak pernikahan yang tidak sengaja Xiaoting temukan saat sedang membereskan kamar Ricky waktu pernikahan akan dimulai.

Dia melakukan ini semua agar kontrak pernikahan Gyuvin dan Ricky bisa lebih lama atau mereka harus menjalani rumah tangga yang sesungguhnya bukan atas dasar kontrak. Mungkin akan lebih baik dengan adanya anak?

Dia juga menutut agar Ricky cepat kuliah dan bekerja dengan tujuan agar Ricky mau terbuka dengan Gyuvin dan mereka menjadi lebih dekat, mungkin dengan itu mereka bisa saling jatuh cinta.










___________
I'll be right back

Nikah Kontrak | Gyuicky/ShimkongzWo Geschichten leben. Entdecke jetzt