Part 4

28 1 0
                                    

Las Vegas, USA | 07:00 AM

Dalam keheningan pagi yang dipenuhi cahaya surya yang merayap masuk melalui celah jendela, Sally terbangun dengan perlahan. Dinginnya suhu ruangan yang menusuk membuatnya segera menggapai remote AC di samping tempat tidurnya. Dengan gerakan ringan, dia menaikkan suhu ruangan agar lebih nyaman. Ia kemudian menoleh mendapati sosok Fabio yang masih setia tertidur dengan tenang di sampingnya, hanya mengenakan celana pendek, tanpa baju. Sally tidak heran, karena itu sudah menjadi kebiasaan tidur pria berkewarganegaraan Prancis itu.

Dengan senyuman lembut di bibirnya, Sally menyentuh pipi kekasihnya dengan jemarinya yang halus, merasakan kehangatan yang masih tersisa dari tidurnya. Matanya berjelajah di setiap detail wajah Fabio, menatap mata yang tajam, hidung yang mancung, dan rahang yang tegas. Keindahan dalam kedamaian terpancar dari wajah yang masih setia terlelap itu.

Namun, perhatiannya tiba-tiba teralih pada bekas luka yang menonjol di dada kiri Fabio, mencetak jejak yang jelas di sana. Itu membuat Sally merasa terganggu. Tanpa sadar, tangannya kemudian bergerak, menyentuh lembut bekas luka itu, dan dengan sentuhan itu, kenangan pahit satu tahun yang lalu langsung menghampiri pikirannya.

Saat kilas balik itu menyeruak dalam pikiran Sally, dia merenungkan peristiwa tragis itu dengan penuh kecemasan. Fabio, pembalap MotoGP berbakat yang dia cintai, terlibat dalam kecelakaan mengerikan di sirkuit balap yang menantang. Saat itu, dalam sebuah balapan sengit, Fabio kehilangan kendali atas motornya dan terjatuh dengan hebat, menyebabkan tubuhnya menghantam aspal dengan keras. Dampaknya adalah luka yang dalam di dada kiri Fabio, bekas luka yang masih membawa kenangan yang menyakitkan bagi mereka berdua.

Saat Sally pertama kali mengetahui tentang kecelakaan Fabio, dia hampir kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Delapan jam terlambat, berita tragis itu mencapainya melalui media, menabrak hatinya dengan keras. Ketika memahami keterlambatannya, perasaan bersalah dan penyesalan menyergapnya dengan keras. Dia merasa seolah telah gagal sebagai kekasih yang peduli, tidak hadir di samping Fabio dalam saat-saat kritis itu.

Saat berita itu menyebar, rasa cemas dan kekhawatiran melanda hati Sally dengan kekuatan yang tak terkira. Dia hampir tidak bisa mengatasi tekanan emosionalnya, hampir pingsan ketika menyadari betapa dekatnya Fabio dengan kematian. Namun, apa yang membuatnya terpukul lebih dalam adalah menyadari bahwa Fabio memilih untuk menyembunyikan keadaan itu darinya, mengorbankan dirinya sendiri untuk melindungi Sally dari beban yang tidak perlu.

Dalam keheningan pagi yang terasa begitu dalam, Sally terbenam dalam lamunannya yang penuh dengan rasa bersalah dan penyesalan. Namun, dia tidak menyadari bahwa Fabio telah terbangun dari tidurnya. Tangan hangat Fabio meraih tangan Sally yang terletak di atas bekas luka itu, membangunkannya dari lamunan yang menyelimutinya.

Dengan panggilan lembutnya, Fabio memecah keheningan. "Apa yang kau pikirkan, sayang?" tanyanya dengan lembut, membuat Sally merasa hatinya lagi-lagi penuh dengan perasaan bersalah.

Sally menatap Fabio dengan raut wajah yang mencerminkan campuran antara keraguan dan kecemasan. Hatinya terasa berat, dipenuhi oleh perasaan bersalah yang menggelora di dalamnya. "Tidak ada apa-apa," jawabnya pelan, meskipun dalam hatinya dia tahu bahwa itu tidak benar.

Fabio merasakan ketidakpastian dalam jawaban Sally. Dia bisa merasakan bahwa kekasihnya itu sedang menyembunyikan sesuatu. Dengan lembut, dia mencoba mengangkat wajah Sally dengan lembut agar mata mereka bertemu. Namun Sally kembali menunduk, tangannya tetap menyentuh bekas luka itu seolah dia merasakan rasa sakit di setiap sentuhannya.

Fabio kemudian melarikan pandangannya pada tangan Sally saat tangan itu kembali menyentuh bekas luka di dadanya. Dia bisa merasakan kegelisahan yang melanda kekasihnya, dan menyadari bahwa kecelakaan itu masih mengganggu pikirannya.

Different Hearts (Fabio Quartararo)Where stories live. Discover now