27. Asrama dan Atmanya

Start from the beginning
                                    

"Ini kasurmu." Rav menunjuk kasur di sebelah kiri sebrang kamar mandi.

"Iya, terima kasih."

Kemudian Tiara mulai merapikan barang-barang serta bajunya sebelum Rav menyeletuk.

"Aku sudah dengar soal kamu dari Pak Kripik. Tapi ayo kita berkenalan secara resmi!" kata Rav ceria. "Namaku Ravel, tapi kamu bisa panggil aku Rav. _Just info_ saja, meski namaku seperti laki-laki, aku ini perempuan. Oh, ya, aku dari kelas X-1 jurusan Sastra."

Rav memperkenalkan diri dengan pembawaan yang ramah. Meski jujur saja, awalnya Tiara mengira Rav adalah orang yang tidak banyak bicara karena rautnya bisa dibilang datar jika tidak tersenyum.

Tiara tanpa sadar mengulum bibir dan tersenyum. "Halo, Rav. Aku Tiara, biasa dipanggil Tia. Dari kelas X-3 Sastra. Salam kenal, ya!"

"Salam kenal, Tia." Rav lagi-lagi tersenyum, lalu berbisik pelan, "Semoga kamu bisa bertahan di sini."

Tiara yang semula sedang merapikan baju-bajunya ke lemari, spontan menoleh.

"Tadi kamu bilang apa, Rav?"

"Ugh ... salam kenal ...?" Rav mengerjap bingung. "Kenapa, Tia?"

"Oh, enggak ... kayaknya aku salah dengar," balas Tiara.

***

"Tiara, tolong aku."

Pupil Tiara membulat ketika sosok yang menyerupai temannya muncul dengan wajah penuh darah. Paku-paku besar menancap di ubun-ubunnya, sementara kedua lengan dan kaki sosok itu tampak penuh dengan luka sayat yang dalam. Seragam Akademi FLC yang dikenakannya sobek sana-sini, memperlihatkan kulit kuning langsat yang kusam dan berwarna merah pekat.

Tiara meneguk saliva dan mengerjap beberapa kali, mencoba meyakinkan penglihatannya.

"A-Ayaka?"

"Kembalikan aku, Tiara."

"Kembalikan ap—AYAKA, TUNGGU!"

Tiara memekik. Tangannya spontan terulur ketika sosok yang terlihat seperti Ayaka mulai tiba-tiba raib dari pandangannya.

"AYAKA!" Tiara berteriak sekali lagi. Matanya bergerak ke sekeliling ruangan putih tanpa ujung yang kini hanya menyisakan dirinya.

"Kamu akan menyesal."

Sebuah suara muncul dan bergema.

Tidak, itu bukan suara Ayaka.

"Menyesal apa?!"

Tiara jatuh terduduk sambil memegangi kepalanya yang mendadak terasa amat berat. Ruangan putih di sekitarnya perlahan menjadi abu, lalu hitam dan gelap. Begitu ia melihat secercah cahaya, Tiara segera bangkit dan baru menyadari ia sekarang berada di kasur kamar asramanya.

Gadis itu mengatur napasnya yang memburu, lalu melirik ke arah Rav yang tadinya tengah mengerjakan sesuatu di meja belajar dan sekarang menatapnya terkejut.

"Tia? Kenapa? Mimpi buruk?" tanya Rav bertubi-tubi.

"Semacam itu," jawab Tiara singkat, kemudian bangun dari kasur dan mengambil jaket kuningnya yang digantung di lemari.

"Mau ke mana?"

"Cari angin sebentar."

"Malam-malam begini?"

Tiara melirik jam dinding. Pukul sembilan.

"Enggak lama kok."

"Ya sudah. Jangan lama-lama, ya. Gerbang asrama ditutup jam sepuluh."

FLC MultiverseWhere stories live. Discover now