4. Babysitting Gone Wrong

80 10 235
                                    

Tema: Traveling ke luar negeri
Tokoh Utama: Rara

Beruntung sekali perempuan yang baru saja memasuki umur dua puluhan itu. Dia bisa pergi ke luar negeri tanpa mengeluarkan sepeser pun untuk perjalanannya dengan pesawat. Bukankah itu luar biasa? Namun, tentu, jika tidak dipungut biaya, pasti ada sesuatu yang wajib dilakukan.

Langit yang tadinya berwarna biru cerah kini dihiasi gradien oranye. Hari sudah sore. Katanya, Rara bisa sekalian jalan-jalan, ajak Nina dan Chita. Mereka bukan anak-anak bandel. Akan tetapi, apa daya, kedua keponakannya itu enggan beranjak keluar rumah.

Musim panas di Jepang memang bukan main, Rara turut mengakuinya. Walau ingin jalan-jalan, Rara juga sudah telanjur nyaman dengan rumah sepupunya yang dilengkapi dengan pendingin ruangan. Sudah dua hari dia terjebak di sana. Yah, walau tidak menyiksa---justru nyaman---suasana hatinya jadi jelek.

Saat Rara hendak membenamkan wajah di atas tangannya yang terlipat, dia merasakan seseorang menarik pelan kausnya dari belakang. Rara pun berbalik, mendapati Nina yang tengah memegangi perut, menggandeng boneka kelinci cokelat dengan tangan satunya. "Nina udah lapar?"

Nina mengangguk, kemudian menunjuk jam dinding yang menunjukkan pukul setengah lima sore. "Tadi cemilannya tinggal dikit. Udah habis. Mau lagi."

"Eeeh...." Kalau sudah begitu, mau bagaimana lagi, pikirnya. Mau tidak mau dia harus pergi keluar. Keluar di cuaca yang panasnya amat menyengat hanya untuk pergi ke minimarket.

"Jalan-jalan ke minimarket! Iyeey!" Chita bersorak di ambang pintu. Tadinya dia hanya menyimak setelah menyuruh Nina untuk bicara pada Rara.

Rara melirik ke luar jendela dan lagi-lagi dia mengembuskan napas. "Baik, baik. Ayo kita pergi."

Melihat Rara hendak bangkit berdiri, Nina buru-buru menyingkir, kembali ke sisi saudari kembarnya. Dia juga ikut bersorak, walau tidak seheboh kembarannya.

Sore itu, karena tidak bisa naik sepeda bertiga, mereka terpaksa harus berjalan kaki di bawah teriknya matahari. Walau sudah petang, terik matahari masih lumayan menyengat.

Dengan cuaca seperti itu, Rara sampai heran. Bagaimana bisa Nina dan beberapa perempuan yang berpapasan dengan mereka tetap digerai rambutnya? Sebelum berangkat, Chita meminta Rara menata rambutnya jadi kucir dua; Rara sendiri buru-buru menggelung rambutnya karena dua keponakannya yang tidak sabaran. Agak berantakan, tetapi tidak apa. Mereka hanya pergi ke minimarket. Memangnya apa yang akan terjadi di sana?

Melewati sebuah taman bermain kecil nan sepi—pasti karena sedang musim panas—ketiganya terhenti mendengar seruan seseorang.

"Nina! Chita!" panggil yang tampaknya adalah seorang anak laki-laki. Dia sedang berdiri di atas seluncuran, buru-buru meluncur turun terus berlari menghampiri. "Mau ke mana?"

"Ke minimarket!" Chita yang menjawab. "Kābin mau ikut?"

"Eeee ... siapa yang Kābin? Namaku Kar-vin!" Anak laki-laki itu berkacak pinggang tidak terima.

"Kābin! Sama saja. Cuma beda sedikit." Chita mengatakannya dengan sebelah mata terpejam, sambil meragakan gestur mencubit.

"Chita payah. Nama teman sendiri nggak ingat. Aku mau main sama Nina aja." Karvin menoleh pada Nina yang sejak tadi menempel pada Rara. "Yuk, Nina."

Mengejutkan, Nina justru menatap anak itu dengan tatapan horor. "Siapa...?" Dia memegang erat boneka kelinci yang digandengnya, sedangkan tangan yang satu lagi meremas ujung kaus Rara.

"EEEEHHH? JANGAN BERCANDA BEGITU!"

"Iya, ya. Siapa anak ini?" Chita ikut berlagak takut, lantas mengambil posisi serupa Nina di sisi lainnya. Dia pun mendongak sambil menarik pelan ujung kaus Rara. "Kak Rara, ayo kita pergi saja, Kak."

FLC MultiverseHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin