12. Ice Cream

68 8 59
                                    

Tema: Terlempar ke masa depan
Tokoh Utama: Lemon

Gadis itu, Lemon namanya. Ya, mirip sebuah nama buah yang asam dan tidak terlalu digemari oleh anak-anak, tapi apakah memang seperti itu? Lemon yang dijadikan sebagai Lemonade justru akan menyegarkan bukan? Seperti itulah dirinya. Gadis dengan senyum yang menyegarkan mata yang melihatnya, gerai rambut yang hitam mengkilap bak sebuah obsidian yang sangat langka.

Sembari membuka laptop yang penuh dengan stiker karakter anime di bagian penutupnya, jari-jarinya yang lentik mulai bergerak di atas keyboard. Melihat banyaknya buku yang ia baca, mempersiapkan sebuah presentasi yang akan dibawakannya besok di depan dosen pengujinya.

"Harus kuselesaikan malam ini. Aku harus!" Tegasnya pada dirinya sendiri, berusaha untuk memberikan dorongan pada mata yang sudah terkantuk-kantuk itu.

Waktu berlalu, jari-jemarinya yang mulanya cekatan perlahan mulai tersendat-sendat. Tubuhnya yang mulanya tegap, mulai perlahan membungkuk.

Bahkan alunan musik J-Pop yang menemaninya tidak dapat menghilangkan rasa sunyi di kepalanya. Mulutnya kadang menganga, menandakan tubuhnya yang mulai rileks tanpa dia kehendaki.

"Huaaam," dia menguap tanda kantuk mulai menjalar. Jam dinding yang jarumnya semulanya menunjukkan pukul 7 malam kini telah berpindah posisi di angka 1. Sayup-sayup, matanya tertutup, sayup-sayup, kamarnya bak ditiup angin sepoi-sepoi. Hangat, juga sejuk di waktu yang bersamaan.

Begitu matanya perlahan tertutup, sekelebat bayangan sebuah tempat terus-menerus melewatinya. Sebuah kota, kemudian semakin maju, semakin futuristik, hanya dengan sekali tutupan mata. Meskipun begitu dia tidak merasakan apapun, bahkan tidak menyadari apa yang baru saja ia lihat.

Kota yang selalu berkembang, bangunan tinggi terus menjulang ke langit, semulanya dari beton, kemudian berubah menjadi baja, berubah lagi menjadi material bak perak yang mengkilau di bawah sinar matahari memantulkan cahaya. Mobil-mobil bertebrangan, semua itu lewat dalam waktu sepersekian detik.

Hingga

'Jlebb'

Semuanya terhenti. Tidak ada pembangunan, tidak ada mobil terbang, hanya sebuah kota yang hancur. Api menjalar ke seluruh tempat, namun begitu Lemon tetap menutup matanya tanpa merasakan apapun.

Diikuti kilatan cahaya, semuanya kembali hijau. Kali ini, Lemon tidak bermimpi. Ya, dia merasakannya. Sentuhan lembut rumput di punggungnya, angin yang berhembus dari cakrawala.

"Aneh," pikirnya.

"Eum? Dimana ini?" Gadis itu terus bertanya-tanya.

Perlahan, dirinya membuka matanya yang tertutup itu, anehnya kini dia tidak merasakan kantuk sama sekali. Bahkan tubuhnya terasa segar seperti telah tidur sangat lama.

Bukan langit-langit rumah, bukan juga lampu kamar yang ia lihat. Melainkan langit biru dan sinar matahari yang kuningnya lebih hangat dari yang ia pernah rasakan.

"Hah? Hah? Lho, eh, dimana ini?"

"HUWAAA, lho eh, barang-barangku? Ini dimanaa!" Lemon berteriak namun sedikit tertahan sehingga suaranya tidak terdengar jauh.

Dirinya terus merogoh-rogoh kantung di baju tidurnya. Terbangun di sebuah ladang rumput yang luas dengan menggunakan piyama, siapa yang tidak panik ketika mengalaminya.

"Ah, ya, hp, bentar ih, hpku, hpku mana?" Dirinya meraba raba setiap kantung piyamanya hingga akhirnya menemukan sebuah tonjolan kotak di salah satunya.

"Aha!" Berharap menemukan sebuah handphone yang selama ini ia gunakan, yang dia dapatkan hanya sebuah buku catatan kecil yang memang awalnya ia masukkan ke dalam kantung piyamanya itu agar memudahkannya mencatat materi.

FLC MultiverseOnde histórias criam vida. Descubra agora