Seketika senyum keduanya luntur, di gantikan dengan wajah ngeri. Sebelumnya Shireen memang bertanya Harsa sedang dimana. Kemudian, Harsa jawab jika ia sedang berada di belakang gedung kampus bersama teman-temannya. Harsa tidak mengira jika Shireen akan menghampirinya.

Harsa kembali menghisap rokok yang di apit oleh jarinya. Setelah satu hisapan barulah Harsa buang karena sudah sejak tadi dia hisap.

"Gue duluan ya" Harsa melangkah pergi meninggalkan dua orang yang masih betah di sana.

Belum jauh Harsa berjalan, lelaki itu sudah menginjak testpack yang sebelumnya ada di tangan Shireen. Harsa melihat, hanya saja dia tidak mengira jika itu milik Shireen, jadi dia lanjutkan langkah kakinya.

Disisi lain, Shireen menunduk dengan tatapan kosong ke arah kolam ikan, harus bilang apa dirinya nanti pada Viola.

"Hei.. kenapa?" Naren menjatuhkan pantatnya untuk duduk pada kursi panjang sebelah Shireen. Sebelumnya Shireen menelpon Naren untuk bertemu.

Shireen merasa jika dirinya harus menceritakan semua masalahnya pada Naren terlebih dahulu, agar Naren membantunya menyelesaikan masalah.

Shireen memberanikan diri, menatap manik berkilau milik Naren, dengan perasaan kusut. Saat ini Shireen benar-benar merasa jijik pada dirinya sendiri.

"Kak aku-"

"Shireen? boleh minta privasi ga? gue mau ngomong sama Shireen." Harsa menepuk pundak Naren, membuat lelaki dengan jaket denim itu menoleh.

Naren mengangguk, dia berdiri dari duduknya lalu menepuk lembut pundak Shireen. "Sok, jangan lama, gue juga ada urusan sama Shireen."

Shireen membuang muka, tidak peduli dengan apa yang hendak di sampaikan oleh Harsa, kali ini Shireen tidak akan bersikap bodoh seperti sebelumnya.

Shireen bergeser, saat merasa Harsa duduk dengan jarak yang dekat dengannya. "Shireen?"

"Ayo putus kak"

"Apa? gak mau Shireen, aku gak bisa lepasin kamu setelah apa yang terjadi sama kita waktu itu"

Shireen tertawa hambar. "Kak Harsa udah dapetin apa yang kak Harsa mau kan? atau masih belum puas? masih mau badan aku?"

"SHIREEN!" Harsa tidak pernah memiliki niat sejahat itu.

Lelaki itu mengusap wajah gusar, entah mengapa hari ini Shireen terasa berbeda, rasanya perempuan ini lebih sensitif dari biasanya.

"Yaudah putus, taruhannya udah selesai kan?" Shireen menahan tangis mati-matian, sampai tenggorokannya terasa sakit.

Harsa bergeming, lelaki itu tidak pernah menduga jika Shireen akan tahu. "Shireen.. " Lirihnya.

"Apa lagi? apa? kak Harsa takut aku hamil? tenang aja nanti aku gugurin anaknya." Nada bicara Shireen terdengar sedikit bergetar.

"Shireen! aku gak minta kamu lakuin itu, kalo seandainya itu terjadi, jangan pernah mikir buat nyingkirin anak gak bersalah, itu kesalah kita." Harsa tahu sekali jika dirinya salah, tapi bukan berarti Harsa akan mengulangi kesalahannya.

"Kita? kak Harsa doang kali" Ketusnya.

"Iya oke, salah aku"

"Aku mau putus!"

"Aku gak mau Shireen"

"Terserah, pokoknya mulai hari ini, kita udah gak ada hubungan apa-apa" Setelah lelah berdebat, Shireen langsung bangun dari duduknya, perempuan itu berjalan rusuh tentunya di ikuti Harsa.

Harsa berusaha menyesuaikan langkahnya bersama Shireen, dengan emosi yang tertahan Harsa menarik lengan Shireen untuk merapat padanya. "Kamu mau aku kerumah?" Bisik Harsa.

Segera Shireen dorong tubuh bongsor Harsa. "GAK!"

"Kamu tuh kenapa sih? orang mah kalo udah gini minta tanggung jawab, kok kamu malah minta aku pergi?" Harsa terus menahan Shireen, tapi sialnya itu tidak berhasil.

Shireen berlalu, dia menemui Naren yang sudah menunggunya. Naren lagi, Naren lagi. Harsa ingin sekali memukul wajah temannya itu.

Harsa berdecak, lelaki itu mengacak rambutnya frustasi saat Shireen sudah masuk ke dalam mobil.

"Jadi? kamu gak bisa jaga diri?" Tiba-tiba Naren membuka mulut dengan raut yang menyeramkan.

Naren sedikit menguping tadi, yang benar saja mereka membicarakan hal seperti itu di dalam lingkungan kampus, untung Naren tidak langsung memukul Harsa tadi.

"Gak apa-apa, bilang aja ke bunda" Shireen tidak takut dengan ancaman apapun, dirinya memang sudah kelewatan.

"AKU UDAH BILANG KAN SHIREEN? KAMU GAK TULI? AKU BILANG JAUHI HARSA" Bentakan Naren membuat perempuan di sampingnya ciut. Naren juga belum pernah semarah ini padanya.

"Gue kurang apa selama ini sama lo Shireen? lo sekarang sadar kalo Harsa brengsek?" Lelaki itu semakin termakan emosi, Naren bahkan mengubah panggilan mereka.

"Gak usah bahas orang yang gak ada di sini!"

"Kamu kok malah belain dia sih? bukannya minta tanggung jawab, Harsa mau tanggung jawab gak, atau dia ngindarin masalah?" Naren semakin erat mencengkram stir mobilnya.

༊·˚

HAI AKU GAK AKAN BOSEN NGINGETIN KALIAN UNTUK SELALU VOTEEE VOTEE

My Butterfly is YouWhere stories live. Discover now