17

129 11 8
                                    

Mungkinkah dia benar-benar menyukai Jendri?

280224
9:13 pm

....

Dia tidak tahu bagaimana dia bisa sampai di sini. Seingatnya, dia bolos kelas, tapi tidak tahu bagaimana, dia sudah sampai di depan rumah Jendri.

Rumah itu sepi. Pagarnya bahkan terkunci rapat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Mungkinkah, Jendri sebenarnya tidak pulang ke rumah? Tapi jika dia tidak ke rumah, pergi ke mana dia?

Penasaran, Rexa menekan bel untuk memastikan apakah ada orang di rumah.

Dia menekan sekali, tapi tidak ada tanggapan. Akhirnya dia menekan berkali-kali.

"Sebentar. Ya Tuhan ...." Tampak sahutan dari dalam.

Rexa seketika terkejut. Ingin rasanya dia melarikan diri, tapi entah kenapa, kakinya tidak kunjung melangkah hingga akhirnya pagar terbuka, menampilkan wajah Jendri.

Melihat Rexa di depan rumahnya, Jendri jelas merasa heran. Untuk apa anak brandal itu ke rumahnya?

"Ngapain lo ke sini?!" Dia bertanya dengan ketus.

Rexa bingung harus menjawab apa. Mungkinkah dia mengatakan bahwa dia tidak sengaja pergi ke rumah Jendri? Rasanya tidak masuk akal.

"Kalau enggak ada perlu, ya udah." Jendri hendak menutup pagar, tapi Rexa buru-buru menahannya.

"Tunggu. Gue ... gue ...." Rexa bingung mencari alasan. "Ah, gue ...." Dia tiba-tiba terpikir sesuatu. "Gue mau minta tolong ngerjain PR." Dia akhirnya berhasil mencari alasan.

"Oh." Jendri berkata tanpa minat.

"Kok oh? Bisa enggak bantuin gue?"

"Bisa, tapi gue enggak mau." Jendri kembali hendak menutup pagar, tapi lagi-lagi Rexa menahannya.

"Ck. Apaan sih? Gue bilang, gue enggak mau." Jendri kesal. Dia sedang tidak ingin diganggu sebenarnya, tapi Rexa datang tanpa diundang, jelas membuatnya kesal.

"Bu Kinar yang nyuruh. Lo kan yang bantuin gue belajar MTK." Rexa menggunakan Bu Kinar sebagai alasan.

Jendri baru ingat akan hal itu. Bahwa dia dulu secara sukarela mau mengajarkan Rexa matematika. Tapi dia melakukan itu dengan maksud membuat Rexa dan Diva menjadi dekat. Tidak menyangka bahwa recananya gagal. Sekarang dia bahkan harus menanggung akibatnya.

Jendri mendengus. "Okelah. Masuk." Dia dengan terpaksa setuju.

Senyum Rexa seketika mengembang. Dia kemudian mengekori Jendri yang sudah meninggalkannya.

Melihat halaman rumah Jendri, Rexa tidak bisa tidak merasa kagum. Halaman itu tidak besar, tapi di sisi kanan dan kiri ada pot-pot bunga yang diisi oleh bunga bunga mawar yang berwarna warni. Di bagian kanan dekat tembok pembatas, ada air terjun kecil yang di bawahnya diisi ikan koi. Ada juga patung bangau kecil di dalamnya.

"Jangan lupa tutup pagarnya."

Suara Jendri mengagetkannya. Dia segera melihat Jendri sebelum akhirnya sadar akan perintahnya. Buru-buru dia kembali untuk menutup pagar.

Ketika berbalik, Jendri sudah hampir menghilang di balik pintu, dia segera menyusulnya. Sekilas, di atas pintu, dia melihat patung kepala Yesus yang tampaknya terbuat dari kayu. Dia tidak terlalu yakin karena dia harus mengejar langkah Jendri.

Di dalam, dia kembali dibuat kagum. Di dinding yang menghadap tepat ke pintu, ada lukisan yang besar. Dia tahu lukisan apa itu. Makan malam terakhir. Dia pernah melihat sebelumnya dan dia merasa itu sangat mirip dengan yang dia lihat sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menjadi Protagonis Novel BLWhere stories live. Discover now