tiga puluh lima🍓

Start from the beginning
                                    

Para gadis itu hanya di minta duduk diatas motor, atas permintaan Fadel sendiri. Merekalah yang membeli semua perlengkapan untuk camping.

****

Setelah menempuh perjalanan 3 jam lebih, kini mereka tengah sampai di Malino. Tanpa membutuhkan waktu lama para remaja itu segera mendirikan tenda.

Daren terus memperhatikan Ara yang sejak tadi sibuk dengan kegiatannya bersama sahabatnya.

Hingga bunyi ponselnya berdering, menandakan ada pesan masuk.

"Gimana?" tanya seseorang dari sebrang sana.

Daren melirik gadis yang sedang tertawa ria dibawah lampu yang memang sudah terpasang di area camping.

"Lo bodoh sia-siain dia." sarkas Daren, dapat ia dengar kekehan dari sebrang sana.

"Yeah, I see, untuk itu lo harus jaga dia,"

"Why? kenapa gue?"

"Nggak tahu,"

"Jawaban yang nggak masuk akal, " timoal Daren yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran cowok itu.

"Jangan salahin gue, kalau gue dukung mereka buat bersatu."

"Gue nggak masalah soal itu, asal gadis itu tetap aman, setelah itu gue juga bakal lebih tenang."

Panggilan itu terputus, membuat Daren meremas ponselnya, urat tangannya bahkan tercetak jelas.

"Jika ada manusia yang aneh dibumi ini, itu lo Aldy," gumamnya dengan kesal.

"Kak Daren!, lo dari tadi diam mulu, bantuin napa." pekik Kaila ketika melihat kakak sepupunya hanya terus berdiam.

Daren mengangguk dari jauh dan berjalan menuju arah mereka.

Malam ini tidak begitu ramai yang camping di Malino. hanya beberapa tenda yang sudah berdiri dengan sempurna.

Tidak membutuhkan waktu yang begitu lama untuk memasang tenda, para remaja itu duduk bersila didepan tenda yang mereka dirinya, dengan musik yang tiba-tiba terdengar membuat suasana malam itu terasa hangat.

"Ini nggak masak gitu, laper banget, perut gue minta di isi." ucap Jiya dengan kesal.

Ara pun mengangguk, udara dingin ditambah perut yang berbunyi ingin sekali menyantap makanan yang mereka beli di Indomaret.

"Fib, Ari, kalian ngambil air dibawah." ujar Fadel

"HAH! KITA?" pekik Fibran dan Ari secara bersamaan bahkan matanya melotot, membayangkan harus turun ke bawah setelah menaiki tanjakan. Yang benar saja.

"Ayodong, kalian nggak kasihan sama kita udah laper," timpal Nanda

Kedua cowok itu saling tatap satu sama lain, kemudian menghembuskan nafas beratnya.

"Oke,"

Keduanya berjalan menjauh dengan membawa senter ditangannya.

Sedangkan para gadis itu, menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak, Fadel dan Daren hanya duduk diam sembari memperhatikan para gadis itu.

"Lo pada kalau nggak ada kerjaan, bakar api unggun lah, biar nggak dingin-dingin amat dah." usul Jiya yang disetujui oleh para gadis itu.

Fadel melirik Daren yang asik dengan ponselnya, dirasa ada yang meliriknya Daren menyudahi kegiatannya, dan berdiri berlalu dari hadapan mereka dan disusul oleh Fadel. Berniat untuk mencari beberapa kayu bakar.

Cousin LoveWhere stories live. Discover now