Tidak hanya Lino, Rajif pun turut merasakan akan ada perang dunia ketika melirik Abel yang memasang wajah juteknya. Rajif dan Lino saling melirik satu sama lain berharap bisa mencari ide untuk mengembalikan suasana hati Abel yang hangat.

Belum sempat mendapatkan idenya, Lino dan Rajif mendengar ada seorang wanita yang memanggil nama Teddy dengan antusias.

"Mas Teddy? Kamu disini?" ujarnya lalu mendekati Teddy yang sudah selesai dengan urusan fotonya.

"Apa kabar mas?" Lanjutnya. Belum sempat menjawab, Teddy sudah dipeluk oleh wanita dihadapannya.

Lino dan Rajif yang melihat adegan itu pun melototkan matanya kaget. Jangan tanya perasaan Abel saat ini. Sudah pasti hatinya semakin membara dan sudah siap menerkam orang disekitarnya.

"Baik kok" jawab Teddy singkat dan melepaskan pelukan wanita itu dengan sedikit paksaan.

Baiklah suaminya hanya menjawab dengan singkat. Indra pendengaran Abel semakin menajam. Beruntungnya, jarak meja dan posisi Teddy tidak begitu jauh.

"Udah lama kita ga ketemu" lanjut wanita itu mencari topik obrolan

"Sibuk. Oh ya kenalin ini istri saya" Teddy berjalan menuju meja tempat Abel berada. Teddy menangkap wajah istrinya yang penuh dengan amarah dan bisa meledak kapan pun.

"Ini Abel istri saya. Sayang ini Olivia salah satu karyawan Bapak dari partai" Teddy kembali mengenalkan wanita yang ternyata bernama Olivia.

Abel mengangkat tubuhnya dan mengulurkan tanganya kehadapan Olivia. Masih dengan raut wajah dinginnya, Abel memperkenalkan dirinya dengan penuh percaya diri

"Saya Abel Liana Ruby. ISTRI dari MAS Teddy" Abel menekankan kata "istri" untuk memamerkan statusnya. Jangan lupakan juga penekanan kata "Mas" untuk mencibir Olivia ketika memanggil suaminya.

Tidak cukup sampai disana, Abel yang masih kepanasan pun meremas dan menekan tangan Olivia  dengan kukunya.

"Olivia. Saya Olivia" jawab Olivia glagapan karena menahan rasa sakit pada tangannya.

Abel terus menatap wajah Olivia dengan penuh amarah, seakan sudah siap menerkamnya. Teddy menyadari bahwa istrinya ini sudah melakukan sesuatu pada lawan bicaranya. 

"Sayang" panggil Teddy sembari melepaskan jabatan tangan Abel pada Olivia. Terlihat betul tangan Olivia sudah memerah dan meninggalkan bekas dari tekanan kuku Abel. Tidak ada jawaban dari Abel. Fokusnya hanya pada Olivia yang tidak ada malunya masih berdiri dihadapannya.

"Mba Olivia belum nyoba makanan kan? disana mba banyak" tunjuk Lino pada meja yang penuh dengan masakan khas Indonesia. Lebih tepatnya Lino ingin menyingkirkan Olivia dari hadapan Abel. Takut jika terjadi pertengkaran di antara mereka. 

"Oh iya mas. Makasih ya" jawab Olivia dengan masih memegang tangan kanannya yang sakit. Detik selanjutnya, Olivia memilih pergi dari hadapan Abel dan Teddy.

Abel mengikuti arah perginya Olivia. Ia ingin lihat apakah wanita itu benar-benar pergi ke meja yang ditunjuk Lino atau justru bersembunyi untuk melanjutkan aksi tak terpujinya.

"Apa liat liat?!" Ucap Abel saat memandang suaminya yang masih berani berdiri disamping kirinya. Abel menatap Teddy seakan ia adalah mangsa selanjutnya.

"Sana ngobrol lagi sama cewek-cewek" usir Abel pada sang suaminya. Benar-benar akan ada perang dunia.

Lino dan Rajif yang menjadi saksi pun hanya bisa terdiam. Tidak berani bergerak meninggalkan Teddy sendirian. Lino dan Rajif menundukkan kepalanya, berdoa agar Teddy selamat hingga acara ini selesai. Setidaknya hanya jalur langit yang bisa mereka andalkan.

"Sayang maaf. Mas ga meluk kok. Kamu lihat sendiri kan dia duluan yang meluk mas" ucap Teddy dengan pelan dan lembut. Berusaha mengembalikan jiwa bidadari sang istri.

Abel memutar bola matanya. Sangat malas untuk menanggapi ucapan suaminya. Bukankah suaminya bisa menepis pelukan itu lebih cepat?. Jiwa kesetanan Abel benar-benar betah berada di dalam dirinya.

"Mas bener ga tau kalo mau dipeluk. Kalo mas tau, mas udah menghindar" jawab Teddy frustasi

"Ya ya terserah" jawab Abel asal. Tersudut sudah Teddy hari ini. Jiwa kesetanan Abel masih mendominasi.

"Mba Abel, jangan salah paham ya. Bang Teddy ga bales pelukan Olivia" ucap Rajif hati-hati, walaupun tangannya sedikit gemetar saat menyentuh pundak Abel. Berharap perkataannya bisa menolong Teddy dari perang dunia suami istri.

"I...iya mba. Bang Teddy ga salah kok. Emang dasar si Olivia yang gatel" ucap Lino berusaha membela Teddy. Sejujurnya Lino pun masih takut memandang wajah Abel. Ia lebih memilih menundukkan wajahnya ketika berbicara.

Tidak peduli siapa yang menenangkan sang istri saat ini, hal terpenting bagi Teddy adalah salah paham ini cepat selesai. Setidaknya ada dua orang yang berada dipihaknya.

Abel kembali mengambil posisi duduknya ketika ditenangkan oleh Rajif. Rajif menoleh ke arah Lino sembari menunjuk gelas dan botol air mineral disebrang meja dengan dagunya.

Mendapat kode dari sang kakak, Lino pun segera mengambil gelas dan botol air mineral. Walaupun tangannya sedikit gemetar, Lino tetap berusaha menuangkan air mineral ke dalam gelas dan memberikannya pada Abel.

"Mba minum dulu biar tenang" ucap Lino hati-hati. Abel mengambil gelas itu dan menghabiskannya dengan cepat.

Teddy menarik sedikit celananya dan berjongkok di samping Abel. Teddy meraih tangan Abel dan menggengamnya dengan lembut.

"Sayang, maaf ya karena mas suasana hati kamu jadi hancur. Jangan marah lagi ya. Mas minta maaf ya cantik" ucap Teddy lembut berharap suasana hati sang istri kembali ceria

"Mas janji, mas ga akan berinteraksi dengan Olivia atau wanita yang punya maksud jelek. Mas menjaga hati kamu sebagai istri mas. Ya sayang, maaf ya cantik" sekali lagi Teddy berucap dihadapan sang istri.

Abel menatap wajah suaminya berusaha mencari kebohongan disana. Tidak ada kebohongan yang ia temukan, justru ketulusan dan kehangatan hati sang suami yang ia rasakan.

Secara serentak, Lino dan Rajif memutar tubuhnya karena akan ada adegan mesra setelah ini. Mereka bisa merasakannya dari ucapan tulus Teddy pada istrinya.

Abel memeluk suaminya dengan erat. Bukan malas menanggapi ucapan Teddy, justru Abel kehabisan kata-kata saat melihat perjuangan Teddy dalam mengembalikan kepercayaan hatinya.

"Maaf ya sayang" ucap Teddy sembari mengusap punggung Abel. Wangi bunga dari  tubuh Abel menjadi penenang jiwanya saat ini.

Abel melepaskan pelukan Teddy dan menatap Lino serta Rajif yang membelakanginya. Lucu memang. Lino dan Rajif bisa bertahan menghadapi dirinya yang kesetanan. 

Teddy pun turut melihat Lino dan Rajif yang masih setia membelakanginya. Benar-benar dua saksi bisu perang dunia antara dirinya dan Abel

"Mas Rajif, Lino, ngapain begitu?" panggil Abel lembut

"Engga...gapapa mba" jawab Lino glagapan

"Udah ga marah istri saya" ucap Teddy. Seketika Lino dan Rajif memutar kembali tubuhnya dan memandang wajah Abel yang  sudah sedikit berubah.

"Hehehe iya bang" Lino menggaruk tengkuk kepalanya. Masih kaku untuk berbicara panjang

"Emangnya aku seserem itu? kok Lino kaku gitu" tanya Abel. Ia sadar ada yang berubah dari cara bicara Lino. Biasanya dia begitu heboh dengan lawan bicaranya.

"Serem banget mba. Kalo tau begitu, mending aku kabur dari awal" ucap Lino berusaha santai.

Dari kejadi ini, Teddy benar-benar akan lebih wasapada pada serangan lawan bicaranya. Takut sewaktu-waktu terjadi lagi dan membuat jiwa kesetanan istrinya muncul kepermukaan.

Sangat sulit memahami wanita, sekalinya itu istrinya sendiri. Teddy pikir jika di dunia ini ada kelas untuk memahami isi kepala wanita beserta dunianya, ia akan ikut bergabung. Tidak peduli berapa lama dan seberapa tebal buku yang akan ia baca hanya untuk memahami istrinya ini.










POLAROIDWhere stories live. Discover now