5. The Alumnus Trap

Mulai dari awal
                                    

"Haru tidak yakin itu 'dia'," gerutu Haru, menarik perhatian mereka semua, kecuali Yemi yang masih membenamkan kepala di atas meja.

"Kamu sudah lihat ya?" tanya Rizal dengan serius.

"Apa maksudnya 'tidak yakin itu dia'?" Aldo sedikit mendesak Haru untuk lebih jelas.

"Pengumuman tadi beneran?" Sura makin mendekat pada Yemi.

Haru memilih diam seribu bahasa, sesekalo melirik Rizal seolah memintanya untuk menjelaskan ulang apa yang dikatakannya tadi.

"Jadi, tadi–"

Drekkk

Semua orang terdiam, menoleh ke arah  fotocopyan yang baru saja menutup tirai besinya. Mereka menghela napas lega; itu suara yang mengejutkan di tengah hujan lebat seperti ini.

"Tadi ada–"

Rizal belum sempat melanjutkan ketika angin kencang menerbangkan atap warung dari pengikatnya. Teriakan singkat terdengar dan aroma darah menyengat hidung mereka.

Rizal meraba luka gores di lengan kirinya, melindungi itu dari hujan.

"Zal!" seru Aldo.

"Sst, jangan terlalu keras, Aldo, kita harus hati-hati." Dalam suaranya, ada gemetar menahan sakit yang kentara.

Aldo merasa ada yang tidak beres. Hal itu menjadi lebih jelas pada jawaban mengejutkan Rizal.

"Ada pengumuman bahwa seorang pembunuh berkeliaran di dekat sekolah."

***

Yemi mengangkat kepalanya, Haru membuka mulutnya, Aldo menatap penuh curiga ke Rizal. Dia bahkan tertawa hambar.

"Nggak bohong." Rizal buru-buru mengklarifikasi kata-katanya. "Lagian kenapa kalian bisa di atas tembok? Tepat di dekat gudang lama sekolah."

"Tahu dari mana?" tanya Yemi.

"Haru," jawab Rizal.

"Yah, Haru kamu bilang ya? Nanti kita ketahuan Pak Kripik loh! Aku nggak mau minus poin," keluh Yemi, panjang, lebar, dan kesal.

"Haru nggak bilang, Yemi-nee, tadi Sura-nee udah lihat duluan."

"Itu nanti dulu, Yem." Aldo beranjak dari tempat duduk, berdiri di sebelah Rizal. "Kita cari tempat berteduh yang lebih aman dulu."

"Nggak sakit, begini aja," ucap Rizal, ia tahu bahwa Aldo mengatakan itu karena melihatnya terluka. Bohong kalau tidak sakit, tapi dia tidak mau membuat khawatir.

"Rumah Kak Yurene harusnya dekat sini." Tiba-tiba Sura memberi saran. Ia segera menambahkan saat mereka saling melempar tatapan bingung. "Alumni SMA Four Leaf Clover."

"Tapi kita nggak kenal dia, Sura. Nggak enak sama orangnya," keluh Yemi. "Apa kita nggak bisa balik ke sekolah aja? Kita ke UKS buat ngerawat luka Rizal."

Sura dan Yemi kerap menekankan saran masing-masing sedangkan Aldo terus memastikan keadaan fisik Rizal, bendahara kelasnya itu. Ia juga merasakan kejanggalan terus menerus walaupun Rizal sudah menjelaskan pengumuman itu.

Saat Aldo dan Yemi tadi di atas tembok, ia tidak mendengarnya sama sekali. Dari reaksi Yemi, sepertinya juga sama. Mata Aldo terbuka lebar sebelum menatap Haru. Lelaki tembam itu lebih dulu turun, terdapat jeda cukup lama sebelum hujan turun yang menyebabkan mereka berdua terpeleset dan turun ke luar sekolah.

Bahkan sejak turun, Haru memilih di warung ini, bukan masuk sekolah. Firasatku buruk, tapi apa mungkin begitu?

Tidak ingin menambah kepanikan, Aldo memutuskan bertanya setengah-setengah. "Haru," panggilnya.

FLC MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang