Reminiscence

53 7 0
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka, author meminjam nama dan foto idol bersangkutan untuk hiburan semata.

Warning!! Cerita mengandung Rated M harap bijak membacanya
✨️✨️✨️

Biasa terjaga dengan suara menakutkan dan berbagai beban pikiran negatif, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Jin mendapati dirinya terbangun dari tidur nyenyaknya. Nyenyak, ya, ia bahkan sampai lupa kapan terakhir kali merasakan hal itu.

Ia terbangun di pagi ini dengan perasaan tenang dan bahagia. Satu hal yang saat ini memenuhi pikirannya hanya kilasan kejadian beruntun semalam. Memori tentang dress putih mini, parfum beraroma floral dan lipstick kemerahan berputar di otaknya, memaksanya kembali mengingat tiap detik yang ia lalui.

Debaran jantungnya pun lebih cepat, ketika Jin memaksa kedua matanya untuk terbuka. Yang pertama kali dilihatnya adalah jam yang tergantung di dinding kamarnya dan menunjukkan sudah pukul sepuluh pagi. Jin sempat terheran-heran karena biasanya matanya otomatis terbuka tiga jam lebih awal. Namun selama tertidur malam itu, ia sama sekali tidak merasakan gangguan apapun yang dapat membangunkannya.

Jin menutup matanya sekali lagi, untuk membiarkan kilasan memori tentang mini dress putih, yang semalam dibiarkan jatuh begitu saja di atas lantai kamarnya yang dingin. Belum lagi ingatan yang masih begitu jelas tentang sepasang paha mulus yang lihai menjepit panggulnya. Semua itu memaksa Jin kembali membuka mata dan segera menoleh ke sisi kiri ranjang, berharap menemukan pelaku yang telah membuatnya menggila semalaman suntuk.

Sesuai dugaan, spot itu kosong. Namun, mengapa Jin berharap kalau dia masih ada disana?

Helaan nafas berat mengalun keluar dari rongga dadanya. Jin beringsut dari tempat tidur dan duduk di pinggir ranjang, membiarkan sepasang kakinya yang telanjang merasakan dinginnya lantai keramik kamar. Menggunakan jemari, ia meraih rambutnya sendiri dan menjambaknya pelan. Seketika, sensasi aneh namun menggetarkan jiwa kembali Jin rasakan, membuat kepalanya kembali ia jatuhkan di atas bantal yang empuk.

Perlahan tapi pasti, kepingan memori yang ia coba susun, tengah bermain di otaknya hingga akhirnya ia ingat itu semua bukanlah mimpi atau halusinasi belaka. "Tadi malam... kami..." ujarnya terbata-bata.

Jin mengingat kalau mereka turun dari limo dan berjalan bersama dari pintu rahasia di belakang garasi menuju mansion dalam keheningan canggung. Jin tak menyangka kalau perjalanan akan terasa jauh lebih lama dari biasanya, terlebih tidak ada satu pun diantara mereka yang membuka mulut. Bahkan, keduanya sepakat untuk tidak saling beradu tatap.

Hingga Jin tidak tahu darimana datangnya kepercayaan dirinya yang tinggi. Semakin dekat keduanya dengan tujuan, semakin membara juga gairah yang tersimpan dalam dirinya. Jin tidak ingin malam tanpa bintang itu berlalu begitu saja. Jadi ketika Eunji sudah akan berbelok ke villa tempatnya tinggal, yang berjarak kurang dari 20 meter dari mansion sang bos, Jin tiba-tiba saja merengkuh pergelangan tangannya.

Eunji tentu saja terkejut dengan gerakan lembut namun berani tersebut. Ia menatap manik hitam kecokelatan sang lelaki, untuk mendapat balasan serupa.

Jin memang tak mengucap sepatah kata pun dan rupanya pun, Eunji tak keberatan membatalkan niatnya untuk segera kembali ke kediamannya dan malah memilih untuk mengikuti langkah sang bos menuju mansion mewah yang tak jauh dari sana.

Mata Jin menatap lama ke arah ranjangnya yang sekarang kosong, untuk mengingat-ingat kegiatan apa saja yang terjadi disana semalam. Begitu banyak yang mereka lakukan, namun otaknya sulit untuk memproses lebih lanjut. Begitu banyak pertanyaan berputar di kepala, dan kepergian sang wanita semakin membuat Jin bingung. Padahal, Jin sudah berencana untuk membicarakan hubungan mereka ke depannya saat pagi hari seperti sekarang tiba.

JIN's BodyguardМесто, где живут истории. Откройте их для себя