Lukisan Keluarga

5 1 0
                                    

"Tidak perlu bersedih karena melupakan sesuatu. Soalnya, kita melupakan hal itu juga karena tidak ingin merasakan rasa sakit yang sama kembali."

•~•

Hallo! Kaget ya sama update-an dari cerita ini? Sama, saya juga terkejut karena bisa memperbarui bab ini, pada akhirnya( ˘ ³˘)♥

Happy Reading!!
Jangan lupa follow aku ya xixi, FellaRestu

Lorie masih terus memantau sesosok pria yang kini terduduk di tepian kolam mati. Jika diamati dengan cermat, postur tubuh pria itu sangat mirip dengan Axel. Tanpa ragu-ragu, Lorie memantapkan hatinya untuk lekas menghampiri pria berkulit biru misterius yang sedari tadi dilihatnya.

Dengan berani Lorie mulai berjalan mendekat. "Permisi! Anda siapa ya? Dan, sedang apa di sini sendirian?" Saat Lorie hendak menyentuh bahu pria di depannya, tanpa diduga pemuda itu langsung menepisnya dengan kasar. Lorie jadi terhuyung dan jatuh ke tanah.

"Aduh!" Akibatnya, siku tangan kanannya pun tergores batuan sedikit. Lorie mendongak untuk melihat wajah yang berdiri di depannya, tanpa ada niatan sedikitpun untuk membantunya berdiri. Tidak juga enggan berkata maaf atas perbuatannya pada Lorie barusan.

Lorie dibuat terkejut tatkala pandangan matanya dengan si pria bertemu. Tidak bisa dipercaya jika dugaannya tadi memang benar. Pria berkulit biru yang berhadapan dengannya itu adalah Axel yang ia kenal. Ia pun lekas bangkit dengan raut muka yang terkejut bukan main.

"K-kau, kenapa kulitmu berwarna biru? Kau seorang vishkanya, ya?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibirnya.

Ditanyai begitu bukannya merasa terpojok, Axel tidak menunjukkan rasa panik sedikitpun dan masih bersikap biasa saja. Dia bersidekap tangan dengan santainya. "Vishkanya apa maksudmu?" tanyanya balik, membuat Lorie mengerutkan dahinya bingung.

Tidak mau ambil pusing dan berdebat dengannya, Lorie malah melontarkan pertanyaan lain pada Axel. "Baiklah kalau tidak mau mengaku. Tapi, sejak kapan kau seperti itu?"

"Ini bukan apa-apa. Aku hanya mengalami kelainan pigmen kulit ketika suhu udara dingin. Itu saja," jawabnya enteng seperti tidak mempermasalahkan hal itu.

"Tapi, itu tidak terdengar seperti kenyataannya. Aku yakin kau pasti salah satu dari vishkanya, iya kan?" tuduhnya terang-terangan lagi. Lorie merasa jika Axel hanya berusaha menutup-nutupi semuanya, dia memang menyembunyikan sesuatu. Lorie yakin pasti akan hal itu.

Suara burung hantu tiba-tiba saja terdengar, hawa dingin di taman belakang kastil ini cukup untuk membuat keduanya waspada. Menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang, diikuti dengan seliweran bayangan hitam di kabut malam yang terbang tidak karuan.

Axel yang menyadari jika situasi sedang tidak aman, lantas saja menarik tangan Lorie dan membawanya pergi dari sana. Meski dengan jantungnya yang masih bergemuruh hebat.

"Lepaskan tanganku, kau kenapa?" sentaknya begitu mereka sampai di dalam ruang tengah. Lorie bingung atas tindakan Axel barusan. Memangnya bayangan hitam yang berterbangan tadi itu apa ya? pikirnya.

Mendengar suara keributan, Nevpix pun bergegas keluar kamar dan mendapati dua sejoli yang sedang adu mulut di depan kamarnya. "Kalian sudah kembali? Oh, syukurlah." Nevpix agak lega setelahnya.

"Aku tidak mau mendengar semua perkataanmu lagi. Aku ingin istirahat. Jadi, menyingkirlah dari hadapanku," Axel memotong pembicaraan dan langsung melangkah tanpa dosa memasuki kamar yang tadinya ditempati oleh Nevpix. Tentu dengan muka angkuhnya, ekspresi Axel rasanya ingin sekali Lorie tabok saat itu juga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HAMPIR MATI!Where stories live. Discover now