Jemari Biru

22 2 0
                                    

"Secuil rahasia akan terkuak, ketika tersangka sudah muak."

•~•

—Bandul liontin mawar yang ditemukannya tadi pagi di hutan. Ya, tidak salah lagi, bandul itulah kuncinya.

Lorie langsung merogoh saku jubahnya, dengan cepat kalung liontin itu kini sudah digenggamnya.

"Benda apa itu?" tanya Axel antusias.

"Sebuah kalung?!" sambung Nevpix setelahnya.

"Aku menemukan ini di hutan tadi ... saat kalian kira aku hilang." Lorie menjawab sejujurnya. "Mungkin kalung inilah petunjuknya," lanjutnya.

"Petunjuk? Apa maksudnya?" sahut Axel seolah tidak mengerti maksud perkataan Lorie barusan.

"Tunggu dan lihat saja! Semoga ini benar berhasil," pungkas Lorie yang malah membuat kedua pria dewasa itu merasa bingung.

Axel dan Nevpix kini hanya bisa mengamati gerak-gerik Lorie dalam diam. Biarlah gadis itu mengurusnya sendiri. Lorie mulai menyatukan bandul mawar itu ke dalam lubang kunci. Cahaya kebiruan tiba-tiba muncul dari balik pintu. Kemudian membentuk lambang setangkai bunga dengan kelopak yang hancur berguguran. Benar saja, ukuran lubang kunci dan bandul mawar itu ternyata cocok. Segelnya lagi-lagi berhasil dibuka. Apakah ini sebuah keajaiban? Atau justru mengundang malapetaka?

"Berhasil!" pekiknya senang. "Ayo! Kalian bantu aku mendorong pintu besar ini. Berat tahu,"

Axel dan Nevpix dengan sigap membantunya. Mereka bertiga berusaha sekuat tenaga agar pintu ini lekas terbuka. Sedikit demi sedikit, usaha mereka pun membuahkan hasil. Pintunya berhasil dibuka.

Ketiganya langsung dibuat takjub dengan pemandangan yang kini dilihatnya. Altar dari kastil Archilop yang estetik indah, megah dan sangat glamour dengan interior berliannya.

"Wah! Ternyata tempat ini sangat menakjubkan," puji Nevpix tak henti-hentinya. Dia terus memandangi sekitarnya dengan mata yang berbinar-binar.

"Hmm ... Aku jadi tidak sabar untuk segera mengeksplorasi beberapa tempat keren, yang mungkin ada di sini." Axel mulai berencana.

Baik Axel maupun Nevpix, keduanya nampak bersemangat untuk menjelajahi seisi kastil tua ini. Mereka juga ingin mengulasnya secara tuntas. Dunia harus tahu, sebenarnya ada apa sih di dalam kastil tua yang terbengkalai ini. Padahal yang sebenarnya terjadi tidaklah seindah ekspetasi mereka. Tidak segampang itu untuk menguak misteri tersembunyi dari kastil Archilop.

"Baiklah, kita coba berkeliling dulu untuk mencari kamar. Bukankah kita harus menginap di sini, untuk satu atau dua hari, mungkin? Iya, kan?"

Usulan Nevpix pun disetujui oleh Axel. Ada benarnya juga mereka menginap sekalian di sini. Tujuannya agar informasi yang sebenarnya mereka cari, dapat terkupas lengkap tanpa ada kekurangan.

Sedari tadi Lorie hanya menyimak obrolan mereka saja. Perasaannya kini lebih campur-aduk, dia agak gelisah bukan takut. Dia cemas jika suatu hal buruk akan menimpa mereka setelah ini. Mendadak tubuhnya kini juga lemas, seperti tak bertenaga. Ingin sekali untuk segera memejamkan mata, Lorie mulai mengantuk campur pusing.

Sambil memegangi kepalanya dia berkata, "Axel! Nevpix! Bisakah kita segera mencari kamar? Sepertinya aku kurang sehat. Kepalaku pusing dan aku agak mengantuk."

Mendengar hal itu Axel jadi tertawa. "Astaga!! Ini baru jam delapan pagi dan kau bilang ... Kau mengantuk? Lucu sekali," ejeknya.

"Jangan begitu, mungkin Lorie sedang letih karena perjalanan panjang ini. Apalagi dia sempat menghilang, bukan? Kita juga tidak tahu hal apa yang mungkin dialaminya saat dia hilang waktu itu. Lihatlah! Sedari tadi kau pasti tidak memerhatikan kakinya yang terluka itu," Lorie agak—sedikit—senang, saat Nevpix terlihat peduli dengan keadaannya dan kemudian membelanya.

HAMPIR MATI!Where stories live. Discover now