Part 13

87 10 12
                                    

Happy Reading
...

Begitu sampai di Rumah Sakit, Lea langsung mendapatkan penanganan darurat. Karena sebelum sampai ke Rumah Sakit, Lea tidak sadarkan diri.

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, Lea didiagnosa mengalami kehamilan ektopik atau hamil di luar rahim. Hal ini terjadi ketika telur yang dibuahi tidak melepaskan diri menuju rahim tapi menempel dan berkembang di saluran tuba falopi.

Sepertinya beberapa hari terakhir ini Lea, sudah mengalami nyeri di bagian perut, tetapi dia tidak bercerita kepada Raden. Lea barangkali menganggap itu hanya nyeri biasa. Puncaknya hari ini, Lea tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya, hingga ia tidak sadarkan diri.

Janinnya ternyata berkembang di saluran tuba falopi. Kondisi ini mengakibatkan saluran tuba falopi Lea pecah.

Dokter menyarankan supaya Lea segera menjalani operasi laparotomi atau operasi darurat untuk mengangkat janin ektopik dan saluran tuba falopi yang pecah

Mendapat kabar tersebut membuat Raden seperti kehilangan arah, semuanya terasa kacau dan membingungkan untuk Raden.

Belum lagi ingatan-ingatan tentang pertengkarannya dengan Lea, membuat Raden semakin merasa bersalah.

Setelah mendapatkan pertimbangan dari Dokter, dan diskusi bersama keluarga. Lea menjalani operasi laparotomi. Kondisi Lea sempat kritis, ia kehilangan banyak darah dan harus menerima transfusi sebanyak 8 kantong. 

Sepanjang operasi berlangsung, Raden tidak berhenti menangis, air matanya terus mengucur deras. Raden benar-benar sangat takut kehilangan Lea.

Syukurnya, operasi berjalan lancar, walaupun demikian Lea harus tetap  menjalani perawatan di ICU selama dua hari.
....

Lea menajalani perawatan pasca operasi di Rumah Sakit selama seminggu, sebelum akhirnya ia diperbolehkan untuk pulang ke rumah.

Selain kehilangan buah hati yang telah lama Lea dan Raden nanti-nantikan, Lea juga harus menjalani pemulihan rasa sakit pasca operasi. Lea dan Raden terlihat sama kacauanya.

Semenjak dipindahkan ke ruang rawat biasa. Lea lebih banyak diam, bahkan nyaris tidak pernah memperdengarkan suaranya. Tatapan mata Lea juga selalu terlihat kosong, semangat hidupnya seolah ikut dibawa oleh buah hatinya.

Setelah dibolehkan pulang dari Rumah Sakitpun, Lea tetap Pendiam. Tidak banyak bicara, Lea lebih banyak melamun.

"Lea, di luar senjanya indah banget. Kita keluar yuk?" ajak Raden.

Lea menggeleng, "Kamu nggak bosen di rumah terus?" tanya Raden lembut, sambil menyisir rambut panjang Lea dengan jari jemarinya.

Lea lagi-lagi hanya memberikan respon dengan gelengan kepala. "Lea..." Raden menggantungkan ucapannya, ia tidak bisa lagi menahan air matanya, kali ini ia membiarkan air matanya luruh. Raden tidak sanggup melihat kondisi Lea yang seperti ini. Ia lebih baik mendapatkan omelan dari Lea, Raden lebih rela Lea memukul ataupun memaki dirinya. Itu jauh lebih baik, dibandingkan melihat Lea yang seperti ini.

"Mas, aku pengen sendiri," ucap Lea.

"Baiklah, kalau perlu apa-apa. Panggil Mas ya, jangan diambil atau dikerjakan sendiri," jawab Raden.

"Iya."
...

Dua bulan  berlalu, Lea dan Raden kembali menjalani kehidupan mereka seperti biasanya. Lea sudah kembali bekerja, dan melalukan aktifitas seperti biasanya. Hanya saja Lea tidak bisa lagi mengerjakan aktifitas yang terlalu berat, ruang gerak Lea jauh lebih terbatas dibandingkan sebelum ia menjalani operasi.

Hingga SenjaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora