Minal aidzin wal faidzin🙏
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Seorang gadis yang masih lengkap berpakaian seragam putih abu-abu, duduk termenung di halte dekat SMA Pancasila.
Ia sendiri, hampir seluruh siswa SMA Pancasila sudah tidak berada di sekitar gedung sekolah.
Gadis itu ialah Asena, ia menunggu Bumi menjemputnya.
"Lama banget," Lirih Asena.
𝘛𝘪𝘯! 𝘛𝘪𝘯𝘯!
Asena mendongak, ia melihat motor hitam Cbr250rr dengan seorang pria memakai helm 𝘧𝘶𝘭𝘭 𝘧𝘢𝘤𝘦 yang menaikinya.
Perlahan pria itu melepaskan helm 𝘧𝘶𝘭𝘭 𝘧𝘢𝘤𝘦 nya, ternyata itu Masvin.
"Lo mau jadi penunggu halte?" Tanya Masvin, tatapan matanya tertuju pada Asena.
Asena menaikkan sebelah alisnya, betanda ia menanyakan maksud perkataan Masvin.
"Daripada lo sendirian di sini, mending lo bareng gue aja," Ajak Masvin.
Asena menggelengkan kepalanya, ia kesal sekaligus khawatir kepada Bumi.
Masvin melihat langit, sudah agak gelap, bertanda akan turun hujan.
"Kayaknya bentar lagi hujan, jangan nolak ajakan gue, Asena," Tegas Masvin. Ia turun dari motor menghampiri Asena.
"Nggak perlu repot-repot, Vin. Makasih, gue mau dijemput kok," Ujar Asena. Jika saja ia tidak memikirkan Bumi, ia akan ikut dengan Masvin sekarang.
"Mana orangnya? Lo mau kehujanan?"
"Bentar la--"
"𝘚𝘰𝘳𝘳𝘺, nunggu lama, ya?" Itu Bumi.
Asena langsung beranjak dan mendekati Bumi.
"Iya, lama banget!"
Bumi merangkul Asena dengan sedikit pergerakan mengacak rambut Asena diiringi senyum khasnya.
"Gue duluan, ya, Vin. Makasih tawarannya." Asena berlalu pergi memasuki mobil dengan Bumi.
Sedangkan, Masvin berkecamuk dengan pikirannya sendiri.
"𝘐𝘵𝘶 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘴𝘦𝘯𝘢? 𝘒𝘦𝘭𝘪𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘳𝘢𝘣 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵, 𝘱𝘢𝘤𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘴𝘦𝘯𝘢?" Batin Masvin, setelah mobil itu berlalu sampai tak terlihat, Masvin baru bisa sadar dalam lamunannya.
"Ngapain juga gue mikirin tu cewek?!" Masvin melangkah lebar menaiki motornya, ia kembali memakai helm 𝘧𝘶𝘭𝘭 𝘧𝘢𝘤𝘦 miliknya.
***
Asena dan Bumi pulang dulu ke rumah untuk mengganti pakaian.
"Ma, Bumi sama Asena mau keluar dulu, nggak apa-apa, ya? Mama mau nitip sesuatu?" Tanya Bumi, menghampiri ibunya yang tengah menonton televisi. Asena masih di dalam kamar untuk bersiap-siap.
"Nggak apa-apa, Bumi. Kamu jalan aja sama Asena, bawa dia keluar, kasian kalau di rumah terus. Mama nggak mau nitip sesuatu, kalian hati-hati, ya." Bumi mengangguk, tak lama, Asena tiba.
Bumi dan Asena berpamitan kepada Dena, pesan Dena hanya satu. Yaitu, berhati-hati.
Seorang ibu pasti mengkhawatirkan anaknya. Benar bukan? Asena lebih dulu keluar, sementara Bumi mash ditahan oleh Dena.
YOU ARE READING
14 Februari [ On Going ]
Romance𝙵𝙾𝙻𝙻𝙾𝚆 𝚂𝙴𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙱𝙰𝙲𝙰! 𝙿𝙻𝙰𝙶𝙸𝙰𝚃 𝙳𝙸𝙻𝙰𝚁𝙰𝙽𝙶 𝙼𝙴𝙽𝙳𝙴𝙺𝙰𝚃! 𝙼𝙸𝙽𝙸𝙼𝙰𝙻 𝙿𝙰𝙺𝙴 𝙺𝙰𝚁𝚈𝙰 𝚂𝙴𝙽𝙳𝙸𝚁𝙸 𝙹𝙰𝙽𝙶𝙰𝙽 𝙽𝚈𝙾𝙻𝙾𝙽𝙶! 𝙲𝙴𝚁𝙸𝚃𝙰 𝙸𝙽𝙸 𝚅𝙰𝙻𝙸𝙳 𝙸𝙼𝙰𝙹𝙸𝙽𝙰𝚂𝙸 𝚂𝙰𝚈𝙰!