Part 3

54 32 7
                                    

Perkuliahan selesai pukul 13.00 cukup melelahkan ditambah dengan tugas yang diberi dosen tadi, karena sudah tidak ada mata pelajaran lagi aku langsung bergegas menelpon Ayah untuk menjemputku, tiba-tiba Sastra menepuk ku

"Bahhh, ahahaha kaget yah bondol?"

"Kaget lah bikin jantungan aja kamu"

"Bondol? Kita makan yok aku mau ngenalin kamu sama seseorang juga, kan kita sudah jadi rekan aku mau kenalin kamu ke dia, biar dia tidak salah paham" kata sastra sambil mengaruk kepalanya

"Gak dulu deh, Sas. Aku mau pulang aku sudah menelpon Ayahku, lain kali saja yah"

Sastra menampakan raut wajah yang agak sedikit kecewa dan mengangguk karena aku menolak ajakannya. Tak lama mobil Ayah pun tiba, "Sas, aku duluan yah, ajakan makan barengnya besok aja yah, janji kok gak bakalan nolak" kataku sambil mengedipkan mata

"Okee Bondol" kata Sastra sambil mengangkat jempolnya

Aku pun bergegas naik ke mobil Ayah dan melambaikan tanganku ke Sastra, "Siapa itu Ve, Pacarmu?"goda Ayah

"Bukan, Ayah ihhhh. Itu teman sekelasku kami baru kenalan tadi"

"Baru kenalan kok, seakrab itu, kamu bohongin Ayah Yah, Ve?."goda Ayah lagi

"Bukan Ayah, Ave kesal deh sama Ayah"

"HAHAHAHA, Ayah bercanda nak"

"Ave bisa akrab sama Sastra karena kami punya tujuan yang sama, kami sempat berbincang tadi dan seperti itulah Ave bisa berteman dengan Sastra"

"Namanya Sastra? Unik sekali nama dia, karena hal itu mungkin dia masuk jurusan Sastra, HAHAHAHA."canda Ayah

"Bukan Ayah, aku juga tadi sempat berpikir begitu. Ternyata dulu Ayahnya seorang penulis dan memberi nama itu, dia juga punya passion yang sama dengan Ayahnya, karena itu dia ingin melanjutkan jejak Ayahnya"jelasku pada Ayah

"Owhhhh seperti ituu"

Saking asiknya percakapan kami, aku tidak sadar kami sudah sampai dirumah, padahal aku merasa baru sebentar sekali aku berbincang dengan Ayah, ternyata secepat itu sampai ketujuan saat asik bercerita. Pantas saja Ayah dan Ibu sering bercerita ketika bepergian apa karena itu?, agar tidak suntuk diperjalanan.

Saat turun dari mobil aku melihat Dewi yang baru tiba juga dirumahnya dengan motor Matic hitam miliknya, saat kulihat ia melepas helm tak kusangka ia mengecat rambutnya dengan warna merah, sangat anti mainstream anak ini. Aku pun meneriaki Dewi.

"DEW, RAMBUTMU SILAU SEKALI AHAHAHA"

Dewi berbalik dan membalas teriak ku "IYAAAA DONG, AHAHAHAH"

Aku pun lari menuju rumah Dewi, "Ehh, kenapa kamu datang kesini" Tanya Dewi

"Loh, memangnya aku tidak boleh datang" Jawabku dengan wajah kebingungan

"Gak terima tamu" cetus Dewi sambil membuang wajahnya

Aku yang menganggap serius ucapan Dewi akhirnya berbalik badan dan ingin pulang, Dewi pun berteriak "EHH, mau kemana?"Tanya Dewi lagi

"Katanya tidak terima tamu."

"Yaa ampun, aku hanya bercanda, kamu yah kebiasaan menanggapi serius omongan orang"

"Kamu sih Pake bercanda segala"

"Yaudahh ayok masuk"

Aku dan Dewi pun langsung masuk ke kamar Dewi dan membuang tas kami dan langsung berbaring, "Bagaimana kuliahmu hari ini, Dew" tanyaku ke Dewi

"Sama saja seperti SMA tidak ada yang beda hanya mata kuliahnya saja yang beda"

"Dapat teman baru gak? Kebetulan aku langsung dapat teman baru loh"

"Dapat sih tapi sepertinya dia agak sedikit haus perhatian, tapi dia tapi ahkkkk ga tau deh, intinya seperti itu, kamu gimana? Teman barumu gimana?"

"Teman baruku laki-laki Dew, kami sama-sama punya mimpi jadi penulis terkenal"

"Jangan mudah percaya Ave, yang seperti itu biasanya hanya modus belaka, dia ngincar kamu itu, laki-laki ga boleh gampang dipercaya, B-A-H-A-Y-A."

"Tapi sepertinya dia baik kok tidak ada maksud yang lain, dia kelihatan serius dengan mimpinya yang kami perbincangkan tadi"

"Sudah ku bilang jangan mudah percaya, lain ajak aku bertemu dengannya biar aku pelajari sifat busuknya, nanti dia modus terus dia apa-apain kamu lagi"

"Iyaa Dew, nanti aku kenalin."

Kami pun terpejam sebentar tiba-tiba Dewi mengagetkanku "EHH, Ave kita jalan sore yuk. Udah lama nih kita gak jalan bareng lagi."ajak Dewi.

"Ayooo, aku juga lagi suntuk nih, kita jalan sore kemana?"

"Keeeee hmmmmmmm, ke pantai yang waktu itu aja gimana? sambil liat laut dan senja."

"MAUUUUUUU, duh udah lama aku gak kepantai"

Setelah beristirahat hampir kurang lebih 20 menit kami langsung berangkat ketempat tujuan kami, tanpa mengganti pakaian yang tadi. Diperjalanan aku sangat menikmati angin yang meniup-niup wajah dan rambutku, sudah lama aku tidak merasakan angin seperti ini, karena selama ini, Ayah selalu menggunakan mobil begitupun dengan Ibu. Tak berselang lama kami pun tiba di tujuan kami. Aku langsung loncat dan berlari kearah pasir pantai disana. Saking lamanya aku gak pernah kepantai aku berteriak kegirangan Nampak seperti orang kampong yang tak pernah kepantai ahahaha.

"EHHH, ga usah teriak-teriak kali kek orang kampong aja kamu"

"Lahh kan aku bahagia kepantai Dew, kamu tidak senang melihatku gembira?"

"Aku senang, tapi bikin malu jugalah, tuhh sana ibu-ibu liatin kamu"

"Yaudah kalau gitu aku diam deh, ehhh Dew beli itu yuk"

"Apaaan?"

"Itu Es doger Mamat"

"Wiss ayo deh aku juga haus nih"

Dengan semanngat kami ke berjalan cepat ke gerobak es itu, "Mas, Es dogernya 2"Pesanku

"Oke Neng"

Sambil menunggu es dogernya jadi aku melihat view pantai itu, dan tiba-tiba mataku menangkap sejoli yang nampaknya tidak asing, "Lohh kok aku kayak kenal sama laki-laki itu, siapa yah?"

Sontak aku langsung mengingat dia, ternyata itu Sastra, aku langsung meneriakinya

"SASTRA"

"ASHELL"

Aku dan Dewi bertatapan, karena kami berteriak bersama dan dua sejoli itu berbalik bersamaan juga, "Ve itu cewe yang aku maksud tadi, yang agak haus perhatian itu loh." Jelas Dewi

"Owhh itu dia?, cowo yang bersamanya itu juga teman aku juga yang aku ceritain tadi itu loh Dew"

Sastra dan Ashell pun tersenyumsambil melambaikan tanganya pada kami dan hendak menyusul kami

Ave & SastraWhere stories live. Discover now