18. Dinner

2.3K 297 147
                                    

(HAPPY READING)

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit, kini Nazwa tengah berdandan untuk dinner malam ini. Bukan make up yang terlihat mencolok, hanya merias sedikit wajahnya agar terlihat lebih fresh.

Nazwa akan memakai pakaian yang tadi diberikan suaminya, sebuah dress berwarna putih tulang dan hijab pashmina berwarna coklat susu dan cadar yang senada.

Penampilan wanita itu terlihat begitu cantik, make up tipis yang terpoles diwajahnya membuat dirinya terlihat lebih segar dan cantik. Walaupun nantinya akan ditutup dengan cadar, setidaknya sebelum berangkat suaminya akan melihat dirinya berhias sebelum nanti keluar rumah.

Sebelum memasang hijab Nazwa mengirimkan pesan kepada sang suami untuk menemuinya di kamar terlebih dahulu, setelah mengirimkan pesan singkat itu Nazwa menyemprotkan sedikit parfum di bagian belakang telinganya.

Tak lama setelah pesan yang tadi ia kirim, Maulana datang dengan setelan kemeja putih tulang yang sedana dengan dress nya. Laki-laki itu berjalan menghampiri sang istri yang tengah bercermin, ia lingkarkan tangannya di perut buncit istrinya itu dan menghirup rakus wangi yang menjadi favoritnya selama ini.

Mata laki-laki itu terpejam seolah melepaskan segala penatnya selama ini, dengan memeluk dan membenamkan wajahnya di ceruk leher sang istri. Apalagi ditambah dengan usapan lembut yang Nazwa berikan pada punggung tangannya, hal itu membuat semakin larut.

Pelukan itu semakin erat, Nazwa bisa merasakan itu. Perlahan Nazwa melonggarkan pelukan suaminya itu dan berbalik badan, setelah menatap sebentar wajah sang suami barulah Nazwa melingkarkan tangannya dileher Maulana dan memeluk kembali suaminya itu.

Tentu saja disambut dengan suka hati oleh Maulana, laki-laki itu memeluk posesif pinggang sang istri. Kali ini tidak terlalu erat karena takut perut Nazwa akan merasa sakit. Ia kembali menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang istri, masih mencium aroma manis yang sedari tadi membuatnya mabuk.

Tak ada yang membuka suara saat mereka berpelukan, mereka hanya diam sambil menikmati hangatnya dekapan itu. Sampai beberapa saat pelukan yang tadi erat kini melonggar dan netra itu saling pandang.

Senyum manis Nazwa membuat Maulana ikut tersenyum. Wajah cantik istrinya menjadi objek favoritnya. Dan mata sayu itu menjadi daya tarik yang membuatnya hanyut.

Rambut Nazwa masih tergerai, tangan Maulana menyisihkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya itu lalu ia usap surai sang istri yang kini tak sepanjang dulu. Panjang rambut Nazwa sekarang hanya sebatas bahu namun itu tetap menjadi favorit Maulana.

"Udah ah tatap-tatapannya, nanti dimarahin si kembar," ujar Nazwa seraya terkekeh pelan.

Maulana hanya tersenyum sebagai respon, ia melepaskan tangannya yang melilit pinggang sang istri. Setelah itu Nazwa berjalan menuju meja riasnya untuk mengambil ikat rambut dan mengikat rambutnya yang tadi tergersi bebas.

"Kalau nggak jadi dinner, gimana?" Tanya Maulana seraya berjalan menuju istrinya.

Pertanyaan itu membuat Nazwa menghentikan kegiatannya, ia berbalik menatap sang suami, seperti tak percaya dengan apa yang tadi suaminya katakan.

"Kenapa? Kamu nggak enak badan?" Nazwa bertanya dengan tangan yang bergerak menyentuh leher suaminya.

Maulana menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, tangannya menggenggam tangan sang istri yang ada di lehernya, menatap sendu mata sayu Nazwa dan berkata, "aku nggak rela keluar. Kamu cantik banget, sayang."

Oh Nazwa paham, ia tatap lamat-lamat mata suaminya itu dan berkata, "Mas, aku paham gimana perasaan kamu. Tapi kita bisa cari tempat yang sepi, hanya kita berempat."

LANAZWA : Let's Start A New storyWhere stories live. Discover now