9. Ngidam (?)

6.3K 655 398
                                    

Halo halo, apa kabar? Sebenarnya aku berat hati mau up, karena liat jumlah yang baca sama vote itu jauh banget. Sakit sih, di saat aku mikir keras buat alur cerita ini, tapi cuma sedikit antara kalian yang ngasih feedback.

Tapi aku juga gamau hiatus atau lama up gara-gara itu, aku coba mikirin kekalian yang udah ngasih feedback dengan cara vote dan spam komen.

Aku harap, kedepannya kalian bisa kasih feedback terbaik kalian, ya. Karena zuzurly, cerita ini sudah di pinang satu penerbit dan misal masih sepi, otomatis cerita ini nggak bakal jadi terbit. Padahal, aku udah nyiapin alur yang beda untuk versi novelnya nanti.

Temen-temen, ayo vote dan spam komen, nggak berat kan? Kalian baca gratis loh, masa cuma mencet vote aja sesusah itu? Kalau kalian bilang buka wattpad nya pakai kuota, maka aku juga akan bersuara seperti itu. Aku update pakai kuota, nyari referensi juga pakai kuota, bahkan tenaga dan pikiran terkuras:(

Jadi ayo, aku cuma minta kalian vote dan komen aja, boleh ya?

(HAPPY READING)

🐰🐻🐰🐻

Setelah acara pemberian bunga di butik tadi, kini mereka berempat sudah berada di salah satu restoran. Maulana memesan tempat di VVIP agar makan siang mereka tidak terganggu. Makanan sudah mereka pesan, tinggal menunggu makanan di antara ke meja mereka saja.

Makanan pembuka datang terlebih dahulu, dengan semangat Azka dan Azkia memakan menu pembuka itu tanpa menawarkan kepada kedua orang tuanya. Sedang sang Baba dan Ummah hanya tersenyum melihat tingkah keduanya.

Sekitar sepuluh menit menunggu, akhirnya menu makan siang mereka semua telah datang. Semuanya di tata rapi di atas meja, setelah itu para pelayan menanyakan kembali apakah ada menu yang ingin mereka tambah. Setelah dirasa cukup, mereka pun langsung keluar dan membiarkan keempat orang itu menikmati makan siang mereka.

"Mah, Kia mau di cuapin, boyeh nda?" Tanya Azkia.

"Boleh. Sini! Kia duduknya di samping Ummah." Mendengar itu membuat Azkia kegirangan. Anak perempuan itu langsung turun dan menghampiri Nazwa untuk duduk di samping ummah nya itu.

Setelah duduk manis di samping Nazwa, Maulana pun segera memimpin membaca doa dan mereka menikmati makan siang itu dengan lahap tanpa ada suara. Azka asik dengan makanan yang ada di hadapannya, sedangkan Azkia sibuk menerima suapan demi suapan yang diberikan sang ummah.

Sesekali Nazwa juga memakan makanannya, tanpa rasa terganggu sedikitpun. Maulana pun begitu, laki-laki itu fokus dengan makanannya, sesekali mengambilkan lauk yang diinginkan Azka. Makan siang kali ini sangat menyenangkan bagi Azkia, karena hanya dirinya yang di suapi Nazwa. Biasanya, dirinya dan Azka pasti akan berebut dan berakhir bertengkar antar saudara kembar itu.

"Enak nggak?" tanya Maulana kepada kedua anaknya.

"Enak, Abang cuka mam di cini. Nanti tapan-tapan ajak akek, Jiddah, Kakek sama Nenek ya. Kita mam lame-lame," pinta bocah laki-laki itu.

"Boleh, nanti ulang tahun kalian kita kumpul semuanya ya, kita ajak Om Jan sama Ante Copi juga, biar bisa rayain ulang tahun abang sama Kia," ujar Maulana membuat si kembar tersenyum senang sambil berterimakasih kepadanya.

"Mah, Kia udah kenyang," ucap Azkia seraya mengusap-usap perutnya yang buncit itu.

"Udah berarti? Nggak mau mam lagi?" Tanya Nazwa memastikan.

"Nda, Kia mau itu aja, boyeh?" tunjuknya pada sebuah cake yang bertoping strawberry, buah kesukaannya.

"Boleh dong. Minta tolong baba ambilin gih!"

LANAZWA : Let's Start A New storyWhere stories live. Discover now