"Iya, sudah Bapak lagi nungguin itu.

"Baik buk, kalo gitu saya teh berangkat." Faisal keluar dari ruangan dan masuk ke mobil yang biasa dirinya gunakan untuk antar jemput Gabriel dan Zitlan.

Diperjalanan Faisal bersenandung kecil yang sering kali mas-nya senandung kan untuk nya sewaktu masih kecil.

"Mas, aku teh belum bisa nemuin anak mas. Maafin aku ya mas." Gumam Faisal sembari menyetir mobil.

Sampai lah Faisal dikantor Zitlan, ia masuk lalu pergi keruang Zitlan.

"Permisi tuan?." Faisal mengetuk pintu lalu membukanya perlahan.

"Masuk." tinta Zitlan.

"Ini tuan tas nya." Faisal memberikan tas itu ke Zitlan.

"Apa tuan perlu ditunggu?."

"Tidak kau bisa pulang." Faisal mengangguk lalu keluar.

.
.
.
.

"Udah sore nih, gue pulang duluan ya. Gan! jangan lupa hadiahnya." Gabriel lalu pergi.

"hm."

'Anjir cuma dibalas 'hm' doang, bangke!' Gabirel lalu benar-benar pulang.

"Jadi?" Afgan menatap Saka dengan bingung, "Hadiahnya loh!." Afgan sontak tersenyum manis.

Afgan berdiri dan mendekati Saka, menurunkan wajah nya dekat dengan telinga Saka, "Yakin mau hadiahnya? ada rasa sakit nya loh." Bisik Afgan.

"Eng-enggk jadi deh." Tolak Saka, saat ia ingin berdiri tubuh nya ditahan oleh Afgan, Saka merasa sudah tidak enak.

"G-gan lo n-ngapain?." Afgan membungkukkan tubuhnya sambil menatap Saka, "Gua pengen lo jadi milik gua."

cup.

Afgan sekedar menempelkan bibirnya ke bibir Saka sementara sang empu mematung.

Saka yang masih mematung tak memberontak saat Afgan mengangkat tubuh nya dan membawanya kekamar Saka.

Afgan meletakkan tubuh Saka diatas kasur, "Mau?" Afgan bertanya tentang hadiahnya. "A-apa?." tanya Saka bingung.

"Hadiahnya." Saka tak bodoh ia tau hadiah yang dimaksud oleh Afgan dan Gabriel.

"Ja-jangan dulu ya, aku belum siap."

"Aku paham, tapi kamu harus jadi milik aku."

"Ma-maksud kamu Pa-pacaran?." Afgan mengangguk lalu kembali menatap Saka meminta jawaban.

"Ma-mau." Afgan sontak memeluk erat tubuh Saka, senang itu yang dirasakan oleh Afgan.

Untuk hadiah mungkin belum bisa Afgan dan Saka lakukan karena memang Saka belum siap untuk ngelakukan hubungan intim.

Sudah lah, walaupun tidak bisa melakukan hubungan intim tapi Saka sudah menjadi milik Afgan.

"Ingin mandi?." tanya Afgan.

"Iya." jawab Saka dengan anggukan kecil.

"Jangan terlalu lucu, nanti aku terkam."

"A-apa sih! jadi mandi gak?."

"Mau sama-sama?."

"Gak!." Saka bangkit dari duduknya berjalan melewati Afgan, namun tangannya ditarik oleh Afgan.

"Gak ada penolakan." Selesai berbicara seperti itu Afgan mengangkat tubuh Saka bridal style, Saka malu diperlakukan seperti itu rasanya ingin pindah ke planet lain.

.
.
.
.

"Kenapa nyak aku teh kayak pernah ngeliat foto itu." Gumam Faisal yang masih setia menyetir mobil.

Faisal merasa tidak asing dengan foto yang dirinya lihat, anak kecil yang menggunakan baju berwarna merah dan celana hitam dengan pose dua jari, kulit yang sedikit kusam, badan yang kurang.

"Apa dia... ah! nggak mungkin atuh, masa den Gabriel keponakan saya. wajah nya aja teh gak ada mirip mirip nya sama sekali dengan difoto punya saya."

Untuk memastikan nya Faisal sedikit mengebut dalam perjalanan pulang.

"Loh itu teh bukannya den Gabriel nyak?." Faisal melihat Gabirel sedang membeli Es krim disebuah mobil, Faisal menghentikan mobilnya dan keluar menemui Gabirel.

"Den" panggil Faisal, "Loh pak! kok disini?." Tanya Gabriel.

"Seharusnya teh saya yang tanya aden teh ngapain disini."

"Oh! aku lagi beli es krim, baru pulang dari rumah Saka hari ini hari ulang tahun Saka." Faisal mengangguk paham dan berniatan untuk menunggu Gabriel.

"Kalo bapak sendiri kenapa disini?." Tanya Gabriel.

"Saya tadi disuruh ibuk ngantar tas buat tuan katanya teh mau rapat." Jawab Faisal.

"berarti ayah lembur dong." Faisal tidak menjawab hanya mengangguk. Faisal dan Gabriel duduk bersebelahan di sebelah mobil dimana bangku yang disediakan oleh pemilik nya.

"Ya udah pak, udah sore aku pulang dulu."

"Saya antarin aja ya den, udah sore soalnya saya teh takut nanti aden datang kerumahnya malam, gak baik."

"Boleh deh." Gabriel dan Faisal jalan bersama kearah mobil yang terparkir.

.

"Makasih ya pak Udah antarin saya." Gabriel pun keluar dari mobilnya, dan masuk kedalam rumah sementara Faisal sudah tancap gas pulang.

"gue heran, kenapa gue hamil gak ada ngidamnya ya? seharusnya kan kalo hamil pasti ada ngidamnya, tapi kok ini gak ada ya. apa jangan-jangan..."





























































TBC....

Kependekan ya? sorry hehe😅
lain kali dipanjangin deh.

Nah loh! kira-kira apa yang mau Gabirel bilang.

JANGAN LUPA VOTMEN YA, Thank you

Nanti tak kasih permen😅
typo tandai.

Tatahhh!

Headmaster [BL]Where stories live. Discover now