8 - Voli

126 97 83
                                    

"Car, itu abang lo?" Tanya chika takjub dengan apa yang ia lihat. Carolline mengangguk sebagai jawabannya.

"Wait, kalo abang lo anak BlackWolf, kenapa gak lu minta abang lu aja buat bikin lu sama kak Gevan deket?" Pertanyaan Chika masuk di akal. Mengapa ia baru tau sekarang kalau abangnya ternyata anggota BlackWolf.

"Aku juga baru tau, Chik."

Siswa siswi berlarian mendekat ke arah mereka. Untuk sekedar Berfoto, berkenalan, menggoda, dan masih banyak yang lain. Tetapi mereka tetap acuh dan tidak perduli, lain hal nya dengan Reno dan Igoy. Ia malah meladeni dengan memberikannya tanda tangan,berfoto, dan sesekali memeluk.

"Menang banyak, slur." Ucap Igoy disertai tawaan dari temannya.

Mereka duduk di kursi yang sering mereka tempati, entah mengapa semua orang tidak ada yang berani untuk mendudukinya. Menurut kebanyakan orang, meja itu sudah dibeli dan di boking selama mereka masih bersekolah disini. Mata Carolline dan Gevan sempat bertemu. Carolline yang sadar melambaikan tangannya malu. Gevan yang melihat itu memperhatikan lebih dalam mata Carolline. Timbul rasa rindu saat melihat matanya. Dengan cepat Gevan menepiskan pikirannya dan memalingkan wajahnya.

♡♡♡

Jam ke 4 berbunyi, hari ini kelas Carolline ke dapatan jadwal olahraga. Guru olahraga menjelaskan materi tentang bola voli, cara bermainnya, tinggi net nya, dan lain sebagainya. Pak Jaja membagi beberapa kelompok untuk nantinya pengambilan nilai.

"Saya jelaskan dulu, ya. Buat yang belum tau, bola voli ini pertama kali ditemukan oleh William G. Morgan pada tahun 1895. Voli ini pertimnya berjumblah 6 orang. Kanan dan kiri, yaa. Jangan atas depan belakang, salah itu. Jadi keseluruhan total pemainnya berapa, adik-adik?" Tanya pak Jaja.

"12." Ucap mereka bersamaan. Sudah bukan hal lain, pak Jaja memang sering mengadakan kuis dadakan yang sebenarnya muridnya tentu sudah tau jawabannya.

"99 buat kalian."

"Kok gak 100 sih, pak?" Tanya Gea, salah satu muridnya.

"Ingat ya adik-adik. Yang 100 dan sempurna itu hanya milik Allah swt." Jelasnya sambil menujuk jari ke atas. Mereka yang mendengar itu hanya tertawa melihat kelakuan gurunya yang sering berganti-ganti provesi setiap kali berbicara.

"Oke, yang namanya saya sebut maju dan berdiri di belakang net. Oiya saya lupa memberi tahu, bola voli bukan di sundul apalagi di tendang ya adik-adik."

"Kalo di gebuk boleh ga, pak?"

"Boleh, nanti kamu yang saya gebuk." Jelasnya, sambil merapikan kumis tebalnya. Pak jaja adalah guru olahraga sekaligus Kepala Sekolah. Sifatnya memang humble, tapi bisa serius menyesuaikan situasi. Ia tidak mau di bilang tua walaupun umurnya bisa dibilang sudah menginjak kepala 4. Bahkan memanggil anak muridnya tidak pernah dengan panggilan Nak, melainkan adik-adik. Baginya semua muridnya masih seperti anak Tk.

"Abellia Lestari, Alda Aulia, Amanda frigita, Belle Synthia, Bianca safitri, Carolline Aurelia. Tim kalian melawan, Cerylintia, Davisa dent, Eka Wulan, Elsa simatumpang, Fransisca Erida, dan Gea Berilia." Absen Pak jaja.

Mereka yang namanya disebut maju dan menempatkan posisi yang sudah pak Jaja atur sesuai kelompok. Pluit berbunyi. Tim Eka mendapat lebih dahulu yang memulai, mendriblle dan memukulnya ke arah tim Carolline. Belle dnegan sigap memukulnya kembali, bola jatuh telat di tempat lawan.

Prit!

" 1 poin untuk tim, Carolline." Ucap pak jaja dari jauh.

Alda yang berada di ujung mendribelle bolanya dan memukulnya dengan begitu keras. Tim Eka memberikan smash kearah Carolline. Ia yang tidak siap menerima serangan dari tim lawan hampir terjatuh, akibat bola voli yang mengenai kepalanya dengan begitu keras.

"Aw----" Ringis Carolline memegangi kepalanya. Belum sempat jatuh ke bawah, dada bidang seseorang mengenainya. Mereka yang melihat itu ingin menghampirinya. Namun, melihat seseorang yang membantu Carolline dengan tidak sengaja membuat nyali mereka menjadi ciut.

"Hei, yang disana. Cepat bawa ke Uks." Gevan yang mendengar itu sempat terdiam sesaat. Saat Gevan menginginkan untuk pergi, tiba-tiba merasa iba melihat keadaan Carolline yang sudah tidak sadarkan diri. Ia menghembuskan nafasnya kasar, lalu menggendong Carolline menuju Uks.

Gevan berniat untuk langsung pergi setelah membawa Carolline ke Uks. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat kalung yang sangat familiar untuknya. Ia memandangi kalung itu terus sambil mengingat ingat kapan ia pernah melihat kalung itu sebelumnya. Carolline terbangun, matanya mulai terbuka. Gevan yang menyadari itu segera pergi, saat ingin berjalan pergelangan tangannya di cekal.

"Makasih, kak." Gevan memandang Carolline yang masih tertidur di bangker Uks. Senyuman itu juga sangat begitu familiar untuknya. Memang sebelumnya ia tidak pernah melihat senyumannya Carolline, menurutnya tidak penting. Namun saat dilihat, tidak tahu mengapa perasaan nya saat ini menjadi tidak karuan. Jantungnya berdetak tidak stabil.

Pintu Uks terbuka, Gevan melepas paksa pergelangan tangannya dari Carolline dan segera pergi. Zaza, Belle, dan Chika masuk berbarengan dengan kepergian Gevan.

"Lo gpp, Car?" Tanya Belle khawatir. Ia tau betul bagaimana rasa sakitnya. Membayangkan nya saja sudah membuat dirinya pusing.

"Gpp dari mananya, nih kepala aku benjol. Ih malu banget masa pas penjol dlu sih baru di notic, kak Gevan." Rengeknya sambil menutupi mukanya menggunakan bantal.

"Gua kaget, sumpah. Seorang kak Gevan nolong lo." Ucap Belle bertepuk tangan kagum.

"Mungkin, mata nya kak Gevan udah kebuka. Siapa tau dia udah suka sama lo, Car." Zaza membantu nya untuk terduduk.

"Haha, bagus itu. Progres lo udah keliatan banget. Emang semua tuh butuh pengorbanan dlu, Car." Ucap Chika penuh keyakinan.

Bell jam terkahir berbunyi, teman Carolline sudah masuk kedalam kelasnya. Ia lebih memilih untuk tidur di Uks. Kepalanya masih terasa begitu sakit dan pusing. Yang ia lakukan hanyalah bermain game Candy Crush di ponselnya untuk menghilangkan bosan. Hingga notif pesan masuk.

Abangku♡

|Dek, lu dimana? Kok gada di kelas?
|P
|Dek

Missed voice call
Missed voice call
Missed voice call

|Kenapa, bang?
|Aku lagi di Uks

|Kok bisa?
|Abang kesana, tungguin dan jangan kemana
Mana!
|Abang bawain bubur sekalian
|Kamu utang cerita sama abang!

|Mau seblak aja, gamau bubur

|G!
(Read)

Carolline yang melihat itu hanya pasrah, padahal dirinya ingin sekali makan seblak. Makanan favoritnya setelah coklat, siapa manusia di dunia ini yang tidak suka dengan seblak. Sepertinya 70% orang tentu sangat menyukainya. Ingat ya, tidak boleh berlebihan. Karna sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Calvin datang dengan membawa bubur di tangannya. Ia menyuapi dan mempertanyakan mengapa adiknya bisa seperti ini. Carolline menceritakan semua, termasuk Gevan yang menolongnya. Calvin sedikit tersenyum mendengar bahwa Gevan peduli dengan adiknya.

♡♡♡

Siulan terdengar dari mulut Galang, saat ini ia berada di kamar mandi setelah membuang hajatnya. Dengan merapihkan rambut dan pakaiannya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Galang membuka notif pesan yang masuk.

+6287538****

|Gua tunggu kedatangan lu beserta geng
sampah lu itu di gedung tua, cempaka biru.
|kasih tau juga sama kapten pecundang lu itu,
Buat dateng. Gua punya sesuatu penawaran
yang bagus.
(Read)







•••

GEVANO WIBOWO | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang