9

564 71 6
                                    

Pagi harinya Voldemort mendengarkan pesan itu, yang diantarkan langsung oleh Snape, orang kepercayaannya yang sangat setia kepadanya. Snape, pria itu memiliki keahlian membunuh yang sangat hebat. Voldemort pernah menyelamatkan nyawanya dalam satu insiden dan lelaki itu mengabdikan kesetiaannya kepada Voldemort. Kepada Voldemort, bukan kepada Tom. Kalaupun dia melaksanakan perintah Tom, itu karena dia tahu Voldemort ada di dalam diri Tom. Snape adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu bahwa Tom Riddle memiliki kepribadian ganda.

“Apakah kau sudah tahu di mana wartawan bodoh bernama Theo itu tinggal?”

“Saya sudah tahu.”

“Bagus. Kau dapat nomor kontaknya?”

Snape mengangguk dan tanpa kata meletakkan sebuah kertas bertuliskan nomor ke meja Voldemort.

Voldemort menelepon nomor itu. Suara Theo terdengar ragu menjawab di telepon itu.

“Ya?”

“Ini Tom Riddle.” Suara Voldemort dingin dan tenang. “Katakan penawaran mu.”

“Sebentar aku keluar dulu.” Theo tampak keluar dengan hati-hati, membuat Voldemort langsung tahu, Harry ada di situ, bersamanya. Senyumnya langsung mengembang.

“Aku menerima tawaranmu untuk wawancara ekslusif itu. Info apa yang kau punya tentang Harry?”

Theo begitu senang hingga tidak menyadari nada kejam dari suara Voldemort, “Baiklah. Jam berapa aku harus siap ke rumah mu? Oke.” Dia mencatat dalam hatinya, besok jam sembilan pagi di rumah Tom Riddle. Dia akan mewawancari lelaki itu secara ekslusif. Dan malam ini dia punya kesempatan mewawancari Harry. Betapa beruntungnya dirinya.

“Aku tahu di mana Harry berada.”

“Di mana?”

“Maaf tidak bisa aku katakan. Aku harus mewawancarai mu dulu, setelah aku mendapatkan berita baru aku beritahukan informasi itu.”

“Dan bagaimana aku tahu kau tidak membohongiku?”

Suara lelaki ini, meskipun lewat telepon begitu mengintimidasi. Pantas Sirius tampak ketakutan kepadanya, Theo mengerutkan keningnya, “Sirius …” gumamnya, “kau mengenal kepala pelayan mu, kan? Jadi kau tahu aku tidak berbohong.”

Hening yang lama dan menyeramkan. Lalu Voldemort bersuara.

“Besok jam sembilan.” Dan teleponpun ditutup.

Voldemort masih merenung dalam senyuman sinis sambil menatap telepon itu ketika Snape bertanya.

“Kau akan menerima permintaan wawancara itu?”

Voldemort mengangkat matanya dan menatap Snape, tatapan membunuh ada di sana, meskipun bibirnya tersenyum, “Tentu saja tidak. Lelaki bernama Theo itu bertindak bodoh dengan mengira bisa mempermainkanku. Dia tidak akan hidup sampai besok jam sembilan untuk mewawancaraiku.” Voldemort terkekeh, “Malam ini kita akan memberikan kunjungan kejutan untuknya”.

***

“Kita tidak jadi pergi?” Harry mengerutkan keningnya. Dia sudah bersiap untuk pergi menemui teman lelaki bernama Theo ini yang katanya akan membantunya melarikan diri ke luar negeri.

“Temanku sedang ada urusan ke luar kota, jadi kita harus menunggu besok untuk menemuinya.” Mereka sedang sarapan kopi dan roti, karena hanya itu yang dipunyai Theo di lemari dapurnya.

Harry gelisah. Itu berarti dia akan tertahan di tempat ini satu hari lagi. Firasatnya mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk. Semoga saja Voldemort tidak dapat melacak mereka. Tetapi Sirius pasti sudah mengusahakan yang paling aman untuknya bukan? Voldemort pasti tidak akan bisa menghubungkan dirinya dengan Theo.

From The Darkest Side | Tomarry [ON GOING]Where stories live. Discover now