6

773 75 4
                                    

“James sangat senang membaca buku, karena itu aku senang ketika siang itu kau memilih duduk di perpustakaan. Aku sangat senang, karena kau sangat mirip dengannya.”

Mereka duduk sambil minum kopi dan kue yang disediakan di kebun belakang rumah. Tom sudah menyelesaikan pekerjaannya dan mengajak Harry duduk dan bercerita. Tentu saja Harry tidak menolak, jantungnya berdegup kencang, menanti cerita tentang James, ayah yang selama ini tidak pernah dikenalnya. Tetapi Tom mengenalnya. Dan lelaki itulah satu-satunya penghubung Harry dengan ayahnya.

Lelaki itu menyesap kopinya, lalu menatap Harry dengan alis diangkat, “Aku lupa menanyakannya. Kata Lily kau bekerja di sebuah biro wisata … apakah mereka tahu kenapa kau tidak bisa masuk kerja?”

“Aku sudah menelepon mereka dan mengambil cuti besar ku. Aku punya dua puluh hari cuti besar … tapi kalau lebih dari itu, tidak bisa … jadi beberapa hari lagi aku harus masuk kerja.”

Mata Tom berkilat mendengarkan keterangan Harry, tetapi Harry tidak melihatnya. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri, matanya menatap ke arah album foto keluarga itu dengan sangat tertarik.

Tom begitu baik, dia menunjukkan album foto keluarga kepada Harry, di sana ada foto James dan dengan rinci Tom menjelaskan masing-masing kisahnya,

“Ini foto James waktu wisuda …” Tom menunjukkan jarinya ke foto lelaki muda yang tampak begitu bahagia dan mengenakan toga yang terpasang rapi, senyumnya lebar, dan sangat mirip dengan Harry. “Dia sangat gugup pagi itu …. karena di hari yang sama dia diwawancara oleh perusahaan besar yang sudah memesannya jauh-jauh hari. Kau tahu, James mahasiswa jenius, jadi banyak yang mengejarnya ketika lulus. Dia memilih penghasilan terbesar meskipun dia harus bekerja keras. Lebih dari separuh gajinya dia kirimkan kepada kakek dan nenekmu, untuk membantu biaya perawatanmu.”

Harry membelalakkan matanya, “Ayahku melakukan itu?”

Tom menganggukkan kepalanya, “Keluarga angkat ku tidak kaya dan ayah James tidak tahu tentang dirimu, jadi James harus bekerja keras demi bisa mengirimkan uang untukmu ….. Mereka dulunya sahabat ayahku, ayah James sempat satu sekolah dengan ayahku di London. Mereka terus menjalin persahabatan ketika ayah James ditugaskan ke salah satu cabang perusahaan di Yunani, di dekat rumah ayahku. Ketika kedua orangtuaku meninggal, ayahku menunjuk ayah James sebagai waliku sampai aku berusia dua puluh satu tahun dan bisa menerima warisan sah secara hukum.

Dan kemudian ayah James harus kembali ke negaranya, sehingga aku dibawanya. Dan disinilah aku sekarang. Aku cukup bahagia dengan keluarga angkatku, mereka menyayangiku dan tidak pernah menganggapku sebagai orang luar. Ketika usiaku dua puluh tahun, mereka semua meninggal karena kecelakaan dan itu merupakan pukulan yang sangat besar untukku. Karena masih kurang dari usia wajibku untuk menerima warisan. Aku mengajukan gugatan ke pengadilan dan dikabulkan, dan mereka akhirnya memberikanku warisanku. Yang ternyata sangat besar, ditambah dengan bunga dan pengembangan saham selama bertahun-tahun, membuatku luar biasa kaya. Aku akhirnya mengembangkan perusahaan dan di sinilah aku.” Tom tersenyum menyesal, “Aku menyesal keluarga angkatku pergi begitu cepat karena aku belum membalas budi kepada mereka dan aku menyesal karena kau tidak sempat bertemu James.”

Harry mendengarkan kisah Tom dan termenung. Kisah lelaki ini hampir sama dengannya, mereka sama-sama kehilangan orangtuanya dan bertahan hidup dari kasih sayang orang lain yang mencintai mereka. Ada perasaan empati yang berkembang untuk Tom di hati Harry, membuat dadanya terasa hangat.

Tom menyesap kopinya dan mengalihkan pandangannya kembali ke album foto, “Mari kita bahas lagi tentang James, ini fotonya ketika dia merayakan ulang tahun ke dua puluh. Kau tahu apa doanya? Dia ingin waktu cepat berlalu dan kau segera berumur tujuh belas tahun …”

From The Darkest Side | Tomarry [ON GOING]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora