4

832 94 20
                                    

Pagi itu diawali dengan teriakan histeris seorang pelayan, dan kemudian semuanya berjalan dengan begitu membingungkan bagi Harry.

Dia terbangun karena teriakan itu, dan langsung keluar kamar, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Di pintu, dia berpapasan dengan Tom yang sepertinya terbangun juga oleh jeritan itu, bersama-sama dengan beberapa pelayan lain mereka melangkah ke arah jeritan dan keributan yang mulai terdengar.

“Apa-apaan ini?” Tom melangkah di depan Harry, jelas sekali jengkel dengan keributan yang mengganggu tidurnya. Lalu di ujung tangga langkahnya mendadak terhenti hingga Harry menabrak punggungnya.

“Oh Tuhan! Tidak …” Tom berusaha mencegah Harry menengok, “Jangan lihat.”

Tapi Harry sudah terlanjur melihat, di bawah sana, di ujung paling bawah tangga, ibunya terlentang dengan posisi aneh. Tangan dan kakinya patah, mencuat ke arah yang berlawanan, darah menggenang di belakang kepalanya, di mulutnya, di wajahnya, di dagunya hingga membasahi gaun tidur putihnya ….. dan matanya melotot …. Penuh dengan ketakutan …

Tubuh Harry langsung lunglai, hingga Tom harus menopangnya.

“Telepon polisi,” Harry lamat-lamat mendengar suara Tom memberi perintah kepada beberapa pelayan yang mulai berkerumun, “Panggil dokter!” perintah Tom lagi, lalu kemudian kesadaran Harry menghilang.

***

Harry terbangun di kamarnya, dengan dokter membungkuk di atasnya, memeriksanya, tampak lega ketika melihat dia sadar.

“Dia sudah sadar, Tuan Tom.”

Lalu Tom mendekat, tampak pucat dan cemas.

“Kau tidak apa-apa?” kecemasan tampak jelas di matanya, emosi pertama yang dilihat Harry dari Tom sejak perkenalan pertama mereka.

“Lily ...” suara Harry menghilang.

Tom menggenggam kedua tangan Harry, tampak sedih.

“Aku menyesal, Harry. Aku sangat sangat menyesal .... Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi, polisi ada di bawah … dan menurut mereka Lily terpeleset di tangga, mungkin dia mengantuk ... aku ...” suara Tom tampak tertelan, “Aku menyesal, Harry.”

Harry mengamati kesedihan di mata Tom dan air mata mengalir di matanya.

Ibunya telah tiada. Seberapapun buruknya hubungan mereka berdua, Lily tetap ibunya, dan Harry masih selalu menyimpan harapan kalau suatu saat nanti ibunya akan mencintainya. Sekarang Lily telah tiada, dan harapan Harry seolah-olah dipadamkan dengan kejam.

Tangis Harry muncul, semula hanya isakan pelan, tapi makin lama makin keras tak tertahankan, dan tomt langsung memeluknya menenangkannya. Mereka berdua berpelukan dalam kesedihan

***

Tom melangkah memasuki kamarnya, letih. Harry sudah tidur, dokter terpaksa memberikan obat penenang karena Harry tidak henti-hentinya menangis.

Polisi sudah membawa jenazah Lily ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Para pelayan langsung bergerak cepat dengan instruksi Sirius, karpet yang penuh darah langsung diganti dan disimpan bersama barang-barang lain yang diminta, untuk diserahkan kepada pihak kepolisian. Selain itu semuanya dibersihkan, barang-barang Lily yang masih tersimpan di kamarnya dibereskan dan dikemas dalam satu kotak. Dalam sekejap rumah itu sudah tampak seperti semula, seolah-olah tidak ada yang mati beberapa saat lalu di sana.

Sedikit masalah dengan wartawan, Tom mengernyit. Mereka langsung berbondong-bondong mencoba mencari berita, seperti semut merubungi gula. Tapi pengamanan rumahnya yang ketat menyebabkan wartawan-wartawan itu hanya tertahan sampai pintu gerbang. Tom hanya mengizinkan wartawan yang memperoleh kualifikasi dari kepolisian untuk meliput TKP.

From The Darkest Side | Tomarry [ON GOING]Where stories live. Discover now