“Kamu enggak keberatan hanya mendapatkan harta papa kamu hanya rumah dan jatah perbulan dari dirinya. Kita harus pergi ke rumah istri papa kamu yang kedua. Karena ia yang memegang semua harta papa kamu” ucap Susan penuh dendam.

“Mama enggak malu ngomong kayak gitu. Mama harusnya bersyukur, papa masih inget sama Mama. Kalo aku jadi Papa, aku enggak bakal ingat sama Mama. Karena mama udah menghianati papa dengan main sama gigolo. Aku sekarang enggak mau hidup sama Mama. Mama terlalu jahat sama Papa!” geram Axel.

“Diam kamu anak brengsek! Kamu juga berkerja ‘kan disana menjadi gigolonya Gina. Apa yang membuat kamu berkerja seperti itu. Hah!” bentak Susan.

“Aku ingin bebas, Ma. Karena di rumah sudah tidak ada yang peduli kepadaku. Hanya Papa yang peduli kepadaku sementara Mama sering pergi dan tidak pulang berbulan-bulan” jawab Axel sengit.

“Sekarang kita jalani aja masing-masing. Aku udah enggak peduli lagi sama Mama. Mama mau kemana kek. Itu terserah Mama. Mama mau jual rumah ini juga terserah. Intinya aku sudah tidak mau hidup dengan Mama. Karena aku muak dengan Mama” timpal Axel setelah itu ia pergi ke kamarnya untuk mengambil baju dan perlengkapannya.

“Kamu akan menyesal Axel berbicara seperti itu kepada mama!” bentak Susan.

***

Varo malam ini ke rumah Alisa. Alisa dan Ibunya sudah pindah ke rumah baru. Varo melihat Alisa sedang beres-beres barang-barangnya.

“Mau aku bantu sayang?” ucap Varo kepada Alissa sambil mengambil kotak di tangannya.

“Enggak usah kamu duduk aja, kamu juga baru pulang kerja. Pasti capek ‘kan. Aku tinggal buang kotak ini. Kamu mau minum apa nanti aku buatin” Alisa menawarkan kepada Varo.

“Apa aja yang penting kamu yang buatin” ujar Varo sambil tersenyum.

“Yudah tunggu disini nanti aku buatin.” setelahnya Alisa pergi membuang kotak ke dalam tong sampah, setelah itu ia membuatkan minum untuk Varo dan membawanya ke ruang tamu.

Alisa pun menyuguhkan secangkir kopi untuknya dan duduk di samping Varo.

“Gimana tadi di kantor?” tanya Alisa kepada Varo sambil memijat bahunya.

“Hmmm enak juga pijatan kamu. Enggak ada apa-apa sayang. Cuma masalah kecil aja tapi udah aku atasin kok” ucap Varo.

“Aku mau kejar paket C, boleh ‘kan sayang?” Alisa pun meyudahi memijat Varo.

“Boleh sayang, kamu udah cari tempatnya?” 

“Udah sih, besok aku mau kesana. Doain ya semoga lancar” ucap Alisa

“Iya semoga lancar ya besok. Aku boleh enggak nginep disini, enggak apa-apa deh tidur dimana aja yang penting sama kamu” rayu Varo.

“Ada Ibu disini nanti dia marah-marah lagi. Kamu pulang aja ke rumah kamu, besok pagi kamu kesini lagi buat sarapan disini, oke” tolak Alisa halus.

“Kalo kayak gini caranya aku pengen cepat nikah aja sama kamu. Di rumah aku kesepian sayang, enggak ada siapa-siapa” jawab Varo sendu.

“Yudah ngelamarnya yang benar dong pakai cincin atau enggak, sekalian panggil penghulu juga boleh” tantang Alisa kepada Varo.

“Oh kamu nantangin aku nih, oke besok aku bawa penghulu kesini buat nikahin kita.” ucap Varo yakin.

“Aku juga mau seperti wanita yang lain, dilamar oleh pria dengan romantis, digelar pesta pernikahan yang mewah dan elegan. Aku ingin diratukan oleh pasanganku, Mas” ucap Alisa kepada Varo.

“Maafkan aku sayang, aku sampai lupa kearah sana. Maaf ya. Oke nanti aku akan mewujudkan semua keinginan kamu ya. Oke sekarang aku mau pulang dulu. Kamu jangan tidur malam-malam dan salam buat Ibu kamu juga” Varo pun pamit, sebelum pulang ia mengecup bibir Alisa.

The Young marriage(Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang