6. JIMAT

116 14 9
                                    

Minal aidin wal faizin semuanya
maaf banget aku baru bisa update sekarang karena kesibukan yang emang bener-bener sibuk.
Oh iya mohon maaf ya kalau semisal aku ada salah perkataan atau perbuatan sama kalian, semoga kalian memaafkan makhluk imut seperti aku ya, terima kasih

Salam sayangg

🤍🤍🤍

****


Memasuki jam empat pagi, mereka semua tidak melanjutkan tidur, melainkan berkumpul di kamar untuk menjaga Yoyo. Sekalian mendengar cerita Jo yang terlihat masih syok itu, ia duduk di bawah karpet bersama Zeen, Hansa dan Gibran. Yang lain memilih duduk di atas kasur–karena hanya kasur Gibran yang berada di ujung dan tidak bertingkat.

"Sekarang kamu bisa cerita, Jo. Apa yang kamu liat tadi?" ujar Hansa diangguki yang lain, mereka semua kepo akan cerita Jo beberapa menit lalu.

"Tadi Jo lagi duduk sendirian di depan kelas, terus tiba-tiba ada yang lemparin Jo pake buah jambu, sosok perempuan."

Bagas memeluk lengan Iwan di sebelahnya. Celingak-celinguk ke sekeliling kamar.

"Mbak Kun?"

"Mirip,"

Gibran mengangguk.

"Sebenernya ni asrama kenapa sih, baru juga beberapa hari dah ada teror aja!"

"Aku juga diteror Bang, Abang inget kan yang aku liat Bang Iwan di lorong itu?" celutuk Shaquille.

"Jadi waktu itu lo beneran liat gue?"

"Iya lah, Bang Iwan pikir aku boong?"

"Tapi kan gue lagi di dapur, jadi yang bangunin lo itu siapa dong?"

"Itu pertanyaan yang sampe sekarang aku belum tau jawabannya."

"Mungkin itu hantu, hantunya gabut, lo bayangin aja asrama segede ini nggak dihuni lima taun. Kesepian itu dia."

Gegas Defan menabok paha Bagas yang barusan bercelutuk. "Ngadi-ngadi!"

"Eh iya, gue belum nanya sesuatu sama Pak Bambang!" Pekik Iwan seraya mengetuk pelan kepalanya.

"Nanya apa, Wan?"

"Itu lho Gas, kejadian tadi di wc."

Bagas berdecak. "Kan udah gue bilang lo halu, percaya sama gue."

"Emang kejadian apa sih?"

Keduanya langsung mengarahkan atensi ke Hansa. Iwan menghela panjang, siap-siap bercerita.

"Tadi tuh, Bagas minta temenin ke wc lorong, nah pas Iwan tungguin tiba-tiba Iwan liat ada anak kecil perempuan di belakang halaman asrama deket gerbang. Anak itu mau masuk ke sini tapi mendadak ada kereta yang nabrak dia."

Semuanya menyimak cerita Iwan barusan. Kompak mengerutkan dahi merasa bingung. Sepengetahuan mereka, tidak ada kereta, jangankan kereta, jalurnya pun tidak mereka lihat selama ini.

"Selama ini gue nggak tau ada rel kereta di belakang asrama." Defan agak bimbang, karena ia juga belum sepenuhnya menjelajah asrama ini, paling mentok ke dapur atas.

"Abang juga, toh selama ini kita sibuk dan nggak sempet keluar kalo nggak penting-penting amat, jadi mungkin belum tau banyak." Lanjut Hansa setelah lama menyimak pembicaraan mereka.

"Emamg anaknya umur berapa, Wan?" tanya Zeen.

"Sekitar 10 atau 11 tahun, anak SD lah."

"Ngapain bocah SD mau masuk ke asrama khusus SMA? Kurang kerjaan banget."

24/7 Terror |XODIAC| Where stories live. Discover now