13

12.2K 2K 572
                                    

VOTE GRATIIIIISSSSSSS!!!!


JANGAN JD SILENT READERS!


PENCET TOMBOL BINTANG DI KIRI BAWAH ITU LOOOHHHHH !!!!!














⚠️PENGUMUMAN ⚠️

Ini akan jadi part terakhir minggu ini. Karena satu minggu kedepan aku bakal libur dulu!

Kenapa ndoro?

Karena idul fitri sayangku. Diriku sibuk, pergi ke luar kota pula... Banyak yg di urus, pasti gk bisa buka wattpad.

Sekian.

Dan... Part ini sebagai penutup, terbilang cukup manis bagiku😚

Selamat membaca ❤️

***


Ku tatap semua makanan yang tersaji didepanku. Perasaan aku tidur di kamarku sendiri deh, lah ini pagi-pagi bangun di pendopo si bontot.

Lihat, sekarang dia tengah makan dengan lahap. Wajahnya ceria sekali, tidak seperti kakaknya yang minim ekspresi.

Rambutnya masih meneteskan air, ia baru saja selesai mandi begitu juga diriku. Eitss tidak mandi bersama kok, bergantian.

"Tidak perlu malu-malu didepanku, makan saja." Dia menegurku.

Yah mau bagaimana lagi sih, aku belum mood sarapan. Masih pagi sudah di suruh makan, katanya biar ada tenaga soalnya aku mau dibawa keluar.

Haduhhh aku sudah dag dig dug, mengurus bontot ini kayaknya banyak menguras tenaga deh, iya kan?

"Raden, apa hamba boleh bertanya?" sebenarnya ini pertanyaan yang sudah lama kusimpan.

"Ya, silahkan."

"Raden Setyaka dan raden Setyaki kan kembar, sebenarnya hamba sedikit kesulitan membedakan kalian. Kalian terlalu mirip." Aku mengeluarkan unek-unek ku.

Setyaki berhenti mengunyah, matanya menatapku tak percaya. "Kau benar tidak melihat perbedaan diantara kita?"

Aku menggeleng.

Dia menghela nafas. "Padahal terlihat jelas. Aku dan kakanda jelas lebih tampan aku kan?"

Aku menelan tawaku, dia sangat pede. "Hamba serius raden, kalian sama-sama tampan."

Matanya berkedip-kedip lucu mendengar ucapanku tadi. Tiba-tiba dia menyugar rambutnya. "Ya, kita memang tampan. Kau juga mengakuinya kan. Hw hw." Hidungnya kembang kempis terlihat berbangga diri.

"Seorang pria kan memang sepatutnya tampan kan? Jika cantik, itu kata untuk perempuan," balasku.

Ekspresi tengilnya hilang seketika. "Ck...ini lihat ini, buka matamu!"

Dia menunjuk bawah mata kananya.

Aku menyipitkan mata, menajamkan fokus ku. Ahh... Ada tahi lalat, sangat kecil.

"Ah tahi lalat toh," gumamku.

"Ya, kakanda Setyaka tidak memilikinya."

"Itu sangat kecil raden, sulit melihatnya dengan sekilas. Harus benar-benar fokus," keluhku.

"Maka dari itu, kau harus fokus saja padaku."

Eh?

Eh?

Dandang Mangore Romance [21+]  ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang